Notes

♡Botolimun

Sebagian besar, zat ini digunakan dalam produk kosmetik, yaitu botox.

Racun ini sangat kuat karena hanya dengan satu sendok teh dapat membunuh sejumlah besar orang – katakan saja sekitar 1,2 miliar orang. Itulah alasan mengapa kita haris berhati-hati memilihtempat untuk botox, karena tidak boleh berlebihan dan jangan sampai suntik botox di tempat yang abal-abal, bukannya jadi cantik dan tampan, eh malah berakibat fatal. Ketika racun ini berkontak langsung dengan tubuh maka gejala utamanya adalah penglihatan ganda, penglihatan kabur, kelopak mata terkulai, cadel berbicara, kesulitan menelan, mulutkering, dan kelemahan otot.

Racun botulinum juga mempengaruhi sistem pernapasan dan pada akhirnya akan menyebabkan kematian. Seseorang dapat mengatasi racun ini dengan mendapatkan pertolongan darurat dan penanganan yang tepat dalam jangka waktu tertentu. Biasanya diberikan antibiotik supaya racunnya tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Lewat eksperimen, dosis sangat kecil yang tidak mematikan terbukti bisa membuat seekor tikus pingsan hingga satu bulan.

Saat ini racun botulinum yang telah dimurnikan dimanfaatkan untuk terapi kecantikan, terapi mata juling atau strabismus, blepharospasm dan sakit otot atau myofascial pada atlet. Meski beruparacun, botolinum toxin aman jika disuntikkan dalam kadar kecil oleh ahli.

Suntikan yang langsung ke sasaran membuatnya tidak berpengaruh pada otot lain. Makanya penggunaannya tidak boleh sembarangan. Sebenarnya cara kerja racun ini adalah dengan memblokir sinyal dari saraf ke otot. Makanya tadi di gejalanya orang yang keracunan botulinum ini mungkin terlihat seperti mayat hidup, karena yayang tadi itu... Otak menyuruh untuk bergerak tapi tidak sampai ke otot sinyalnya.

Kalau dilakukan dengan dosis dan cara yang tepat kan bisa mengurangi sakit otot itu sendiri, lalu yang matanya juling atau susah membuka kelopak matanya bisa dilemaskn juga ototnya supaya bisa berfungsi seperti biasa lagi.

Kalau sejarahnya, dulu seorang Dokter dan penyair Jerman, Justinus Kerner menamakan Botulinum toksin pada 1820 sebagai “Sausage poison” atau racun sosis, karena bakteri ini menyebabkan keracunan akibat tumbuh di olahan daging yang jelek penanganannya. Beliau merupakan orang pertama yang mengemukakan ide penggunaan botulinum toxin sebagai alat terapi. Tahun 1895 Emile Van Ermengem pertama kali mengisolasi bakteri Clostridium botulinum yang memproduksi toksin botulinum.

Kemudian tahun 1944 Edward Schantz membiakkan Clostridium botulinum dan mengisolasi racunnya dan baru kemudian 1949 kelompok Burgen menemukan bahwa racun botulinum menghambat transmisi syaraf otot.