NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

The Moon Arcana - Path 1 A (Atas) - Metode 5
@DSP_VelvetRoom

Mamoru berjalan meninggalkan sekolah dengan wajah datar. Kakinya diayunkan dengan pelan. Sore itu terasa sedikit melelahkan baginya. Membuat lelaki berusia 16 tahun itu ingin segera tiba dirumah dan berendam di air panas sebelum makan malam.
Karena itulah Ia memutuskan untuk pulang lewat jalan pintas. Melalui jalan tikus disekitar permukiman sepi.

Awalnya tidak ada yang terjadi. Matahari tetap tenggelam di barat, waktu terus berjalan. Tapi suasana sunyi yang menemani langkah Mamoru pulang mendadak berubah setelah telinganya mendengar suara teriakan.
Tepat saat Ia melewati sebuah bangunan kosong, seseorang dengan wajah tertutup berlari. Matanya sempat melihat bercak darah di pakaian hitam yang dikenakan oleh orang itu. Ia meninggalkan sebilah pisau penuh darah disebelah tubuh korbannya yang sudah mulai mendingin.
Mamoru yang terkejut sempat terdiam untuk beberapa saat. Ini pengalaman baru baginya? Apa yang harus dilakukan?
Matanya melihat ke arah korban, Ia tak bergerak. Darah yang keluar dari tubuhnya semakin banyak. Ia pun akhirnya bergerak, tangannya meraih ponsel dengan cepat & langsung menelpon polisi.
Ia bermaksud untuk menolong, melaporkan pembunuhan itu & berusaha menyelamatkan sang korban. Sayangnya takdir berkata lain.
Setelah mengiyakan permintaan polisi untuk ikut ke kantor dan menjadi saksi. Statusnya kemudian dinaikkan menjadi tersangka.
Mamoru yang malang menjadi tersangka pembunuhan. Ia tidak jadi pulang ke rumah. Sekarang ia justru duduk di kursi pesakitan. Dengan tangan terikat, sudah hampir satu jam Ia menjadi target kekerasan dari para polisi yang menangani kasus pembunuhan tersebut.

"Katakan! Katakan bahwa kau pembunuhnya, bocah!"
Pria berusia 40 tahunan itu melayangkan tinjuan di wajahnya yang mulai dipenuhi luka. Mamoru terbatuk. Darah keluar dari ujung bibirnya.
"Bukan.."
Mamoru menjawab dengan suara bergetar. Ia tetap menjawab dengan jujur. Enggan menjadi pembohong. Ia tidak akan pernah mengakui dirinya sebagai pembunuh.
Tapi Ia justru mendapatkan tendangan. Tepat di perutnya hingga Ia terjatuh. Tubuhnya berdebam menghantam lantai. Seluruh tubuhnya terasa sakit.

"AKUI SAJA, ANAK MUDA! KAU MEMBUNUHNYA! BUAT KASUS INI CEPAT SELESAI!!"
Pria itu berteriak lagi. Mamoru mengehela nafas dalam. Sampai kapan ini akan terjadi?
Dua orang polisi di kanan dan kiri Mamoru membenarkan posisi kursinya. Mamoru kembali terduduk. Sekarang Ia tampak semakin lelah. Ia ingin pulang. Ibunya pasti sudah sibuk mencarinya karna terlambat pulang. Sejak tadi ponselnya yang diletakkan diatas meja terus bercahaya. Entah sudah berapa panggilan yang masuk kesana tapi tidak bisa terjawab.
"Pembunuhnya,, Dia memakai pakaian hitam,, Ia berlari ke arah pasar,,"
Mamoru kembali bersuara. Tapi jawabannya tak membuat polisi itu puas hati. Wajahnya justru semakin garang.
"KAU JUGA BERPAKAIAN HITAM, DASAR BODOH!"
Satu pukulan kembali diterima oleh Mamoru. Ia berteriak kesakitan.
"Bukan aku,," Ucapnya lemah. Kepalanya tertunduk. Matanya berusaha terbuka. Ia sudah lelah. Kenapa dia harus mengalami semua ini?

"Cih! Aku sudah lelah! Akui saja, apa susahnya?!"
Polisi itu berteriak. Ia menyodorkan kertas untuk ditanda tangani. Itu surat pengakuan. Mamoru mengatur nafasnya. Ia tidak siap jika harus menerima pukulan lagi setelah Ia menolak menandatangani surat itu. Bukankah tidak ada bukti kuat yang menunjukkan kalau dia adalah pembunuhnya?
"Masih belum mau mengaku, hah?!"
Polisi itu menarik rambut Mamoru. Memaksanya untuk beradu pandang. Tapi Mamoru tak ingin melihatnya, Ia melemparkan pandangannya ke lantai.
Saat itulah Mamoru melihat ada bercak darah di kaos kaki sang polisi.
Mamoru langsung menatapnya, mulai merasa marah. Tapi ia malah tersenyum.
"Kau pembunuhnya." Ia berkata dengan tegas. Wajah polisi itu langsung berubah. Begitu pula dengan dua polisi lainnya.
"HAH?! KAU MENUDUHKU?!"
Satu pukulan kembali dilayangkan ke wajah Mamoru. Memar di wajahnya tampak semakin parah.

"Kau,, Kau yang berlari kesana,, Kau yang menusuknya,," Mamoru berkata dengan susah payah.
Wajah polisi itu menjadi merah padam. Ia tampak sangat marah.
"Ada,, Bercak darah, di kakimu.."
Dua polisi lain langsung menatap pria itu. Mulai curiga.
"KALIAN PERCAYA PADA BOCAH INI? BUKANKAH KITA TADI MEMERIKSA TKP BERSAMA DAN TIDAK ADA APA-APA?!"
"Tapi,,"
"DASAR BODOH! DIA PELAKUNYA! AKU TIDAK MUNGKIN MENUSUK KORBAN DENGAN PISAU BAYONET! KELUAR KALIAN! BIAR AKU YANG MENGURUSNYA!"
Mamoru terdiam. Sejak tadi dia tidak mendengar para penyidik menyebutkan jenis pisau yang membunuh korban. Bagaimana dia bisa tahu?
Sementara Mamoru terdiam, dua polisi muda dipaksa meninggalkan ruangan. Menyisakan Mamoru dengan pria yang sejak tadi terus menyiksanya.
Mamoru tentu ingin lepas, ia sungguh ingin pulang dan makan malam dengan Ibunya. Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang?

"Kau tahu, nak? Orang tuamu pasti akan kecewa karena kau adalah seorang pembunuh."
Polisi itu berkata dengan nada tajam. Matanya menatap wajah Mamoru dengan penuh kemarahan.
"Jika aku punya anak sepertimu, aku bisa merasa bangga karna kau cukup pintar untuk mengetahui fakta itu. Tapi sayangnya tidak. Kau punya ayah? Katakan padanya kalau kau melakukan pembunuhan."
Mamoru menelan ludah mendengar kata "ayah". Ia tidak suka dikaitkan dengan ayahnya.

Tangan polisi itu bergerak menuju pinggang. Mamoru tetap diam. Ia bahkan tak mau bersitatap dengan polisi penjahat itu. Sejak tadi Ia menahan seluruh emosinya, tapi sepertinya Ia sudah tidak kuat lagi.
"Sayang sekali kau harus mati hari ini, nak. Kau sudah tahu terlalu banyak."
Polisi itu menodongkan pistolnya ke kepala Mamoru. Jarinya sudah siap untuk menarik pelatuk.
Mamoru terbelalak. Ia sungguh harus pergi dari tempat itu. Menyelamatkan dirinya.
Tepat saat pelatuk pistol itu ditarik, tiba-tiba saja suasana berubah.
Layar ponsel Mamoru diatas meja mengeluarkan cahaya kemerahan, cahaya yang belum pernah Ia lihat sebelumnya.
Angin berhembus kencang, polisi itu menjatuhkan pistolnya. Ikatan tangan Mamoru terlepas.
Setelah angin yang entah darimana datangnya itu berhenti, Mamoru dikejutkan dengan sebuah topeng yang muncul di wajahnya.
"Eh,,?"
Ia menyentuh topeng itu. Darimana datangnya? Topeng apa ini?
Refleks Ia ingin melepaskan topeng itu, menariknya sekuat tenaga dan berteriak parau hingga saat topeng itu terlepas, wajahnya dipenuhi darah.
Pemuda itu seolah tersihir, menjadi pribadi yang berbeda. Ia tersenyum pada polisi itu, membuatnya sedikit ketakutan hingga kemudian cahaya biru menyelimuti wajahnya, terus menyebar hingga seluruh tubuhnya tak terlihat lagi.
Sang polisi mengambil beberapa langkah mundur. Terkejut dengan perubahan yang terjadi pada pemuda lemah yang sejak tadi Ia paksa untuk mengakui dosa yang bukan miliknya.

Di belakang Mamoru muncul sesosok makhluk asing yang langsung menyerang sang polisi. Pria itu berteriak kalap. Ia terjatuh, tak mampu berlari.
"Serangan balasan" itu berlangsung dengan cepat. Tapi alih-alih selesai, sesosok makhluk asing lainnya muncul dari tubuh sang polisi. Matanya menguning.
Tanpa banyak bicara, Mamoru langsung memerintahkan kekuatannya itu untuk menyerang. Pertarungan berlangsung dengan cukup sengit. Tapi akhirnya Mamoru berhasil menang.
Polisi itu terduduk lalu kemudian menangis.

"Benar! Benar aku pembunuhnya!!"
Pria itu berteriak, wajahnya dipenuhi air mata. Ia kemudian berlari keluar ruangan dan mengakui kesalahannya.
Sementara Mamoru kembali ke tujuan awalnya, pulang kerumah. Seperti tidak ada kejadian apa-apa yang terjadi sebelumnya.
Tapi dalam hati, Ia merasa lega & bebas. Kekuatan itu sudah membuatnya merasa lebih baik.

- End -
@DSP_VelvetRoom @YuSensei_ @Saga_Sensei











     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.