Notes

PLOT AS A LAWYER ㅡ POWER FACTOR

Gemericik tetesan air hujan terpantul pada aspal bumi. Menggeliat dalam genangannya, sesekali terbuyarkan kendati karena tumbukan suatu massa. Cuaca New York sedang tidak bersahabatㅡatau bersahabat bagi segelintir orang dengan mayoritas surai berkeratin pirang yang merupakan penggemar hujan.

Di sisi lain, denting pintu sebuah kafe bernuansa kayu menyablak ke tengah-tengah atmosfer damai yang diiringi oleh simponi instrumen klasikal yang menjadi pelipur lara serta pengiring kesibukan dalam meredam kemurkaan batin.

Seorang teruna dengan jaket kulit panjang yang ternyata penyebab bel berbunyi, menghampiri konter pemesananㅡlebih milih memesan langsung dibandingkan harus duduk terlebih dahulu.

Dengan derap sol sepatunya yang lumayan bising, figur tersebut menumbukkan bokongnya di atas sebuah sofa bernuansa cokelat, tepat di hadapan seorang dara dengan netra yang sedang terfokus pada sebuah buku penuh tulisan.

"Nona Darnel? Maafkan keterlambatanku." DirinyaㅡDarnel, sosok yang disebut aliasnya, mendongak menyadari keadaan.

"Tuan Kesley, senang bertemu dengan Anda. -Ah, cuaca di luar sedang buruk, tidak masalah." Ia tersenyum menanggapi kliennya yang tidak tepat waktu ini, kemudian berdeham sebelum memperbaiki posisi duduknya.

"Nah, apakah sudah bisa kita mulai sekarang?" Beberapa berkas telah terpatri di pucuk meja. Seiring dengan teruna tersebut mengangguk, seorang pelayan berjalan menghampiri meja, memberikan segelas Americanno untuk lawan bicaranya ini.

"Sebelumnya, maafkan pertemuan yang kurang formal ini. Seharusnya Anda bisa berbicara dengan pengacara senior, lalu saya sendiri akan diinformasikan olehnya. Namun terkait dengan situasi, pertemuan harus dilakukan hari ini. Bagaimana kabar Anda, Tuan Kesley?"

Kasus kesekian yang ditanganinya. Dan kasus pertama yang ditanganinya secara mandiri tanpa 'mentor'-nya yang sedang menjalani ekspedisi demi keruntutan bukti pembelaan untuk persidangan beberapa minggu lagi.

Kliennya yang kali ini lebih unik. Kasus berhubungan dengan keluarga jauh yang notabenenya tidak pernah berhubungan setelah bertahun-tahun lamanya, seketika menelepon dan meminta bantuan. Tidak ada hal yang spesial jika lebih ditinjau, namun ada setitik kejanggalan yang membuat firma hukum tempatnya bekerja bersedia membantu.


Keluarga jauh yang dimaksud adalah keluarganya, seorang laki-laki terkenal, yang telah membawa musiknya ke atas panggung hampir di seluruh dunia.

Paul Deschamps.

"Kami berkerabat. Lebih lama dari yang kukira. Paul sebenarnya adalah seorang paman. Aku 7 tahun saat dia 25. Kami jarang bertemu, karena lokasi tempat tinggal paman yang berada di pinggiran kota. Ia menyukai udara hangat dengan rerumputan di sana. Sedangkan kamiㅡsekeluarga memilih untuk tinggal di pusat kota karena pekerjaan ayah. Aku dan paman jarang mengirimi surat satu sama lain, bersua dengannya pun hanya tiga bulan sekali. Tapi ia adalah sosok yang baik. Tabiatnya tidak buruk, dan ia merupakan seorang pekerja keras. Terakhir kali aku melihatnya ia berprofesi sebagai petani gandum dengan penghasilan yang lumayan."

"Maaf," ia menyela di tengah perkenalan cerita, "apa Paul mempunyai hobi bermusik?"

"Ya. Ya, tentu saja." Kesley mengusap wajahnya yang rupawan. Ia sempat tertolong dengan profesi yang mengharuskan keprofesionalannya, "Paman pernah magang menjadi penyayi bar saat itu, dan orang-orang menyukainya."

Kesley menyeruput Americanno yang sudah agak dingin dibanding sepuluh menit yang lalu, "Awal tahun 2015, ia pergi ke kota. Aku 20, ia 38. Aku sudah tinggal di apartemenku saat itu. Jujur saja, ibu dan ayah mengira ia akan berkunjung. Namun, tidak. Paman justru pergi mencari pengalaman berharga. Ia pergi ke sebuah panti jompo, mendaftarkan dirinya sendiri, lalu... inilah yang kutakutkan. Aku kehilangan informasi sampai sini. Komunikasi kami benar-benar terputus hingga ia memulai debutnya yang kelewat telat tersebut, saat ia merajai puncak chart lagu, dan hingga sekarang, ia belum pernah menghubungiku."

Ia mengulum labiumnya, "Apa kamu pernah berpikir kalau Paul memiliki phobia atau kenangan buruk di masa lalu yang membuatnya menghindari kalian."

Pemuda itu terdiam sesaat, lalu menggeleng. "Tidak. Ia diperlakukan sangat baik oleh keluarga yang lain.

Sudah kubilang paman mempunyai tabiat yang baik, ia akan mudah disukai oleh siapapun, lalu ia akan merasa nyaman dengan kehidupannya saat itu."

Banyak kemungkinan yang dapat terjadi. Terlalu luas jika ditelusuri, mengingat riwayat hidup yang diceritakan oleh sang keponakan hanya sepotong-sepotong. Ia tidak dapat menemukan sumber yang akurat untuk mendukung pihak ini. Bahkan hal terkecil sekalipun perlu diperhatikanㅡhal-hal yang berhubungan dengan sang penyanyi misterius, Paul Deschamps.

"Kupikir kita akan membicarakan ini di kantor lagi. Bersiaplah, aku akan merekam semua kata yang keluar dari bilabialmu setelah ini. Terima kasih atas waktunya, selamat sore dan sampai jumpa, Tuan Kesley." Ia menjabat tangan pemuda tersebut.