Notes

Deg. Deg. Deg.

Degup jantung dari sang dara yang tengah berdiri di tengah ruang audisi SJH Entertainment ini berdetak amat kencang. Tak heran, sebab ini adalah kali kedua ia melakukan audisi ini. Ia tak ingin gagal lagi dalam audisinya kali ini. Bukannya karena ia pesimis ataupun patah semangat jika nantinya ia gagal. Hanya saja ia ingin segera memulai langkah awal dari pencapaian cita-citanya. Menjadi seorang penyanyi dan idola yang dapat di contoh oleh penggemarnya.

Telapak tangan gadis yang tengah di rudung rasa kegelisahan yang amat sangat ini terus saja saling meremas satu sama lain guna untuk menutupi kegelisahannya—yang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Netranya pun yang tak bisa fokus pada juri. Ia benar-benar gugup.

"Lee Aeri," panggil salah satu dari juri yang sontak membuatnya tersadar dari lamunannya. "Tunjukkan pada kami bahwa kamu bisa bersinar seperti bintang."

Gadis yang dipanggil Lee Aeri itu mengangguk paham. Ia menghembuskan napasnya untuk mengusir rasa gugupnya dan berdeham untuk melegakan tenggorokannya sebelum memulai aksinya.

Aeri bersiap dalam posisi memegang mikrofon yang terjepit oleh stand dari mikrofon tersebut. Tak lagi menunjukkan kemampuannya bermain gitar, kali ini ia hanya akan menyanyikan lagu yang ia persiapkan secara acapella.

"Hari ini saya akan membawakan lagu Baby Don't Cry dari EXO," Aeri menjelaskan sembari ia melepaskan mikrofon dari standnya. Lagu yang ia persiapkan kali ini benar-benar dipikirkannya secara matang. Beberapa lirik juga ia ubah agar terlihat cocok untuk dinyanyikan oleh seorang perempuan.

Kembali Aeri menghela napas dengan berat. Ia memejamkan matanya dan berusaha mendapatkan 'feel' dari lagu tersebut. Mimik wajahnya terlihat amat serius. Perlahan ia mendekatkan mikrofon dengan mulutnya.

"Deoneun mangseoriji ma jebal," ia mulai bernyanyi dengan nada terendah yang dapat dicapainya dan mengambil napas sebelum melanjutkan lirik setelahnya. "Nae simjangeul geodueo ga," ia mempercepat pengucapannya pada lirik tersebut sepertu pada lagu aslinya.

"Geurae nalkaroulsurok joha," kembali ia mengambil nada rendah dan menyanyikannya dengan cepat. " Joha dalbit jochado nuneul gameun bam," ia bernyanyi dengan nada seperti pada baris sebelumnya. Tetap tenang namun cepat dalam pelafalannya. Tangannya terangkat kedepan, bergerak sesuai ritme dari lagu tersebut.

Ia menyanyikan lirik selanjutnya dengan nada yang lebih tinggi, "Na anin dareun yeojayeotdamyeon." Ia tak melupakan bagian-bagian dimana seharusnya ia mengambil napas, salah satu kesalahannya pada audisi terdahulu. "Huigeuk anui han gujeorieotdeoramyeon," keningnya mulai berkerut saat menyanyikan lirik ini. Ekspresinya memperlihatkan ia mulai masuk dan menyatu dengan lagunya.

"Neoui geu saranggwa bakkun sangcheo modu taewobeoryeo," Aeri kembali mengambil nada rendah dan mengambil napas setelah kata 'saranggwa'. Ia mengakhiri bait tersebut dengan nada tinggi—lebih tinggi dari yang seharusnya,namun terdengar pas dan indah.

Dengan cepat, performanya telah mencapai bagian puncak. Reffrain. Bagian paling sulit dalam lagu ini adalah bagian reffrain, yang mana harus dinyanyikan dengan nada yang relatif tinggi. Suara sopran dari Aeri memenuhi ruangan putih ini. "Baby don’t cry tonight," ia menjauhkan sedikit mikrofon dari mulutnya agar suara yang dihasilkan tidak pecah. "Eodumi geochigo namyeon," suara Aeri terdengar lebih lemah saat menyanyikan lirik ini.

"Baby don’t cry tonight eobseotdeon iri doel geoya," kembali ia bernyanyi dengan nada yang sama, hanya saja bagian ini diakhiri dengan 'tarikkan' suara yang lebih panjang. Ia membuka kelopak matanya, kedua netranya menatap keempat juri yang tengah memperhatikan penampilannya. Hampir mencapai akhir dari performanya, ekspresi dari Aeri tetap terlihat serius. "Mulgeopumi doeneun geoseun nega aniya kkeutnae mollaya," kembali ia memperdengarkan nada tinggi dengan suara soprannya yang lembut.

"So baby don’t cry cry," mencapai baris akhir dari lagu, ia mulai menurunkan nadanya sebagai penutup. "Nae sarangi neol jikil teni."

Setelah menyanyikan penampilannya, ia menurunkan mikrofon. Senyum cerah terpatri di sudut bibirnya. "Jauh lebih baik dibanding sebelumnya," begitulah pikirnya.

"Apakah ada penampilan lain yang akan kamu tampilkan?" Tanya salah satu dari juri tersebut.

Sejujurnya, ia pun tak memiliki jawaban pasti. Sampai saat inipun, ia masih ragu akan penampilan lainnya.

Mendekatkan mikrofon pada bibirnya, "Mungkin saya akan menampilkan sedikit dance," ucapnya dengan suara pelan.

Kemampuan dance yang dimiliki Aeri tidak terlalu baik. Namun, jika cita-citanya adalah menjadi seorang idol, mampu bernyanyi dengan baik tentu bukan satu-satunya yang harus ia miliki. Banyak hal lain yang harus ia latih dan miliki agar dapat bertahan di industri ini dan dance adalah salah satunya. Sudah sejak lama Aeri berlatih, namun tetap saja kemampuan menarinya tak sebaik saat ia bernyanyi. Ia hanya bisa mengikuti beberapa tarian dari video-video yang kerap ditontonnya.

Tak lama, salah satu juri menyalakan sebuah lagu secara acak. Alunan lembut lagu tersebut memasuki indera pendengarannya. Beruntungnya, lagu yang dimainkan adalah salah satu lagu yang pernah ia mainkan untuk latihan.

Secara perlahan, Aeri menggerakkan tubuhnya mengikuti irama lagu tersebut, menunggu sejenak sampai irama musik yang tepat.