Notes

JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR MINUM DI DKI JAKARTA
Jaringan pipa distribusi air di DKI Jakarta terdiri dari jaringan distribusi utama (primer), jaringan distribusi pembawa (sekunder), jaringan distribusi pembagi (tersier), dan pipa pelayanan (pipa dinas). Masing-masing jaringan terdiri dari jenis pipa yang mempunyai diameter tertentu. Mengingat beberapa wilayah DKI Jakarta mengandung air asin/air laut, penggunaan pipa logam harus dipertimbangkan kembali karena rentan sekali terjadinya korosi/karat.
Sebagian besar PDAM beroperasi dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai yang ada sudah banyak mengalami degradasi yang disebabkan kerusakan DAS, masalah antropogenik, dan melemahnya perlindungan terhadap sungai. Faktor perubahan iklim juga menyababkan trend (kecenderungan) debit sungai mengecil secara signifikan.

Perusahaan daerah air minum (PDAM), usaha milik daerah yang terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia, adalah unit yang memproduksi dan mendistribusikan air bersih bagi masyarakat setempat. Di Jakarta, produksi dan distribusi air bersih dilayani dua operator swasta yang menjadi mitra kerja PAM Jaya. Wilayah pelayanan dua operator ini dipisahkan Sungai Ciliwung yang membelah Jakarta dari selatan ke utara.
"PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) telah menjadi mitra kerja PAM Jaya sejak tahun 1998 untuk melayani warga Jakarta yang tinggal di bagian barat Sungai Ciliwung. Tercakup di dalamnya adalah wilayah Jakarta Barat, Selatan, Pusat, dan sedikit Utara," tutur Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Corporate Communication dan Social Responsibility Palyja.
Sedangan air bersih yang mengalir ke rumah warga itu berasal dari air baku yang diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Palyja. Pemasok air baku terbesar untuk Jakarta berasal dari Waduk Jatiluhur. Ketergantungan Jakarta terhadap sumber air baku dari luar Jakarta ini karena tingginya tingkat pencemaran sungai dan waduk di Jakarta. Menurut Meyritha, air baku menjadi sebuah ironi di Jakarta. "Sebuah ibu kota dengan 13 aliran sungai dan puluhan waduk yang tidak bisa digunakan sebagai air baku karena tingkat polusi yang melebihi ambang batas," ujarnya.
Meski demikian, tutur Meyritha, air baku yang berasal dari Waduk Jatiluhur pun belum bisa memenuhi 100 persen kebutuhan air bersih pelanggan Palyja. "Untuk itu, Palyja juga harus membeli air olahan dari PDAM Tangerang untuk memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan," ujarnya.

Wilayah jangkauan layanan diperluas. Jika semula hanya terdapat 201.00 sambungan (1998) bertambah menjadi 404.769 sambungan (2015). Jumlah total air terjual pun meningkat dari 89,2 juta M3 (1998) menjadi 160.3 juta m3 (2015). Jumlah akses air bersih semula 32 % (1998) melesat 73,15 % (2015). Cakupan layanan saat ini mencapai 60 % dengan total jaringan sepanjang 5.400 km berupa tambahan jaringan (1.100 km) dan rehabilitasi jaringan (1.060 km).

Pertumbuhan pelanggan PALYJA ini meningkat di seluruh kelompok, yang dibedakan atas enam kelompok yakni kelompok usaha skala besar, kelompok rumah tangga mewah dan usaha menengah, kelompok rumah tangga menengah dan usaha kecil, kelompok rumah tangga sederhana, kelompok masyarakat penghasilan rendah, dan kelompok sosial. Harga air ini, kecuali kelompok sosial, meningkat yang digunakan setiap 10 Meter3 .