NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

— My Possesive Boyfriend —
By: Olivia Arian.

Apa kalian pernah membayangkan apabila kekasih kalian adalah seorang penderita gangguan kejiwaan yang terkenal berbahaya dikalangan para ahli kejiwaan. Psychopath, Nama penyakit kejiwaan tersebut sudah tidak asing dipendengaran kita bukan? Sebuah penyakit dimana penderitanya mengidap gangguan dibagian kejiwaan mereka. Seorang psikopat tampak luarnya akan sama seperti manusia normal lainnya, Maka dari itu pun Para ahli biasa menyebut mereka —para psikopat— dengan sebutan “Orang gila tanpa gangguan mental”. Lalu, bagaimana rasanya menjadi kekasih seorang psikopat dan perlakuan apa saja yang dilakukan Sang psikopat kepadamu —yang notabenya adalah kekasihnya. Apakah Ia akan melukaimu, mengikatmu, menawanmu atau malah memperlakukanmu layaknya putri raja? Pasti itu menjadi pertanyaan besar dan sukar untuk dipecahkan bagi orang biasa bukan? Karna sesuai fakta yang ada, penderita gangguan kejiwaan ini sudah seperti manusian tanpa hati nurani. Mereka adalah antisosial yang ahli melakukan kamuflase, mudah memutar balikkan fakta untuk menjatukan orang lain, tidak perduli dengan sesama mereka, tertawa diatas penderitaan orang lain. Dan Jatuh Cinta merupakan kata asing yang pernah didengar oleh rungu mereka. Bahkan sangat tidak mungkin seorang psikopat dapat jatuh cinta, itu hanya khayalan dalam drama atau novel bergenre romance biasa. Akan tetapi Aku —kau boleh memanggilku orang terberuntung,orang tersial, ataupun orang terbodoh didunia— dapat menceritakan perasaan itu,menjawab pertanyaan besar itu, dan menepis argumen tanpa dasar yang mengatakan bahwa seorang psikopat tidak dapat jatuh cinta didalam dunia nyata. Sebab, kekasihku sendiri merupakan seorang psikopat.





— My Possesive Boyfriend —
Kimmy’s POV
Hai! Aku Kimberly Alexandra, kebanyakan orang memanggilku Kimmy. Seperti yang Aku bilang sebelumnya, Aku memiliki seorang kekasih bernama Arga Aditya. Arga mempunyai rahasia besar yang membuatnya berbeda dari pria lain. Ia adalah seorang psikopat. Maka dari itu Ia sangat spesial dan berbeda bagiku. Psikopat gila yang mengobrak-abrik pikiranku serta hatiku, mengendalikan semua sistem didalamnya, sehingga seluruh bagian tubuhku hanya dapat percaya kepadanya, selalu merindukan kehadirannya, menuruti semua perkataannya, tertawa saat Ia mengeluarkan lawakan bodohnya, menjadi sangat khawatir mendapati luka kecil ditubunya dan hal berlebihan lainnya. Ya, Aku berubah gila sejak mengenalnya. Kegilaan yang menyenangkan.
Sekarang dapatkah Aku memulai bercerita? Cerita tentang hari pertama kali kami bertemu, kejadian aneh yang membekas dipikiranku. Karena dari kejadian aneh itulah takdir kami mulai berjalan pada jalan yang sama.

( Flashback ON — 1 Januari 2013, pukul 23.50 )
Aku bersama kedua temanku, Kezia dan Gaby tengah merayakan malam tahun baru disalah satu mall yang mengadakan pesta malam tahun baru, pastinya akan banyak barang ditawarkan dengan diskon menggiurkan bagi mahasiswi seperti kami. Kami bertiga menyusuri setiap inchi mall ini tanpa merasa lelah, meskipun tak dipungkiri setiap ruang dimall ini sangat ramai dipenuhi para pengunjung. Tepat pukul 2 pagi, Aku, Kezia dan Gaby memutuskan berpisah untuk segera pulang kerumah masing-masing. Karena orang tua mereka pasti akan khawatir apabila putrinya pulang terlalu larut, walaupun pukul 2 pagi sudah terhitung sangat larut. Paling tidak masih ada 3 jam sebelum ayam jantan berkokok. Percayalah kami bertiga bukan anak rumahan yang akan pulang tepat waktu. Tetapi kami tidak terlalu nakal pula hingga lupa untuk pulang. Jika Gaby dan Kezia memiliki orang tua yang akan menunggu anaknya sampai tiba dirumah. Hal itu tidak berlaku bagiku, karena Aku adalah anak yatim piatu. Kedua orang tuaku telah meninggal 4 tahun yang lalu akibat sebuah kecelakan lalu lintas. Meninggalkanku tanpa salam perpisahan, melainkan meninggalkan buku tabungan yang berisikan nominal uang yang sangat banyak. Sehingga Aku tidak harus bekerja keras membiayai biaya kuliahku. Meskipun memilik banyak tabuangan hasil kerja keras kedua oran tuaku. Aku tetap tidak mau hanya bergantung dengan itu, jadilah Aku memilih bekerja sampingan sebagai barista dikedai kopi yang tidak jauh dari rumahku. Setidaknya, Aku mempunyai cadangan untuk masa depan. Hahaha sudahlah, hentikan kegiatan bernostalgia dengan masa laluku.
Sepasang onyx hitamku teralih menatap keatas, memandangi bentangan langit hitam diatas sana. Sangat membosankan tanpa ada kemilau bintas disana. Jangan heran melihatku pulang dari mall tadi menuju rumahku dengan berjalan kaki. Karena jarak mall yang tidak terlalu jauh dari rumahku, Aku memilih untuk berjalan kaki, menghemat bensin sekalian berolahraga malam itulah alasanku. Ayolah jangan menganggapku anak manja yang hanya senang menghamburkan uang tabungan kedua orang tuaku.
Kedua tungkai jenjang ku terus bergerak menapaki satu persatu jalanan yang dilapisi oleh aspal hitam ini, sembari bersenandung memecah keheningan. Saat ditengah perjalanan, runguku samar-samar mengangkap suara anjing yang terdengar seperti rintihan menyedihkan bersamaan dengan debuman menghantam sesuatu. Firasatku berkata anjing itu tengah disiksa oleh seseorang, tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan. Sebagai pecinta hewan sejati, Aku harus menyelamatkannya!
Secepat kilat, Aku berlari menuju sumber suara yaitu gang kecil yang tak jauh dari tempatku berdiri sebelumnya. Bola mataku terbelalak lebar melihat apa yang terjadi didalam gang ini. Sebelum aku menjelaskan apa yang terjadi, Aku akan bertanya kepada kalian. Bagaimana reaksimu saat melihat seorang pemuda dengan kejamnya menginjak kepala seekor anjing yang sudah tidak berdaya melawannya. Oh dan jangan lupakan balok kayu disalah satu genggamannya. Benar-benar gila!
"Hey! Apa yang kau lakukan!"
Tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi, Aku langsung memekik keras menghentikan aktifitas Si pemuda gila itu. Membuatnya mengalihkan atensinya ke arahku. Sontak nafasku tercekat begitu mendapat tatapan tajam darinya. Namun detik berikutnya Aku menepis rasa gentar yang menggerayangiku demi keselamatan anjing malang itu. Lihatlah dia nyaris sekarat.
Dap. Dap. Dap.
Aku memberanikan diri melangkah beberapa langkah kedepan, mendekati pria menyeramkan itu. Ada jarak sekitar 70cm diantara Aku dan pemuda berhoodie hitam ini, paling tidak aku memiliki peluang untuk kabur.
"Hey, lepaskan injakanmu Tuan" Ujarku, tidak terlalu keras seperti sebelumnya. Netraku menatap seringaian tipis tertoreh pada wajah pemuda gila ini. Sialnya, Aku tak dapat melihat seluruh rupanya karena pencahayaan yang sangat minim dan tudung hoodie yang menutupi parasnya.
"Jangan ikut campur. Pergilah" Balasnya, seraya menekankan kakinya lebih keras ke kepala anjing itu. Tenggorokanku memekik tertahan. Tidak! Dia orang yang berbahaya! Tapi Aku juga tidak bisa meninggalkan anjing ini mati begitu saja.
"Kumohon. Kumohon lepaskan anjing itu tuan.." Ucapku memohon. Dia tidak merubah ekspresinya sedikitpun, apakah hati nuraninya telah mati?!
Tidak ada pilihan lain, Aku menekuk lututku perlahan. Namun.. Ugh sial bau apa ini? Seperti air seni. Jangan-jangan..
"Tuan apa anjing ini buang air dikakimu?" Tanyaku dengan kepala mendongak keatas. Dia lagi-lagi tidak bergeming, menatapku tanpa minat. Ku anggap itu sebagai jawaban iya. Pantas saja dia begitu marah, meskipun kemarahannya sangat berlebihan. Lenganku terulur mengangkat kakinya hati hati, lalu menumpukannya pada ban bekas yang tergeletak tidak jauh dari jangkauanku.Tidak berhenti sampai disitu karena tanganku terus bergerak sibuk melepaskan sepatu pemuda ini.
"Apa yang kau lakukan?" Ia kembali bersuara merasa risih, tetapi tetap membiarkan tingkahku yang cukup lancang.
"Membersihkan kakimu, kau tau? Air seni hewan mengandung banyak kuman" Jawabku berusaha santai dan lembut. Tentu saja Aku harus tetap menjaga kesopananku agar nyawaku selamat. Ah, bahkan Aku heran kenapa aku harus repot seperti ini demi anjing berbulu coklat emas yang nampak lebih baik selepas bebas dari siksaan pemuda dihadapanku.
Manikku memandang lekat kakinya yang penuh luka memar saat penutup luarnya terlepas. Nuraniku lagi-lagi bersikap terlalu rapuh, merasa iba dengannya. Bukankah sedari tadi aku tanpa henti mengumpatinya? Ah lupakan, lebih baik aku lekas membersihkan kakinya dan pergi.
Beruntunglah Aku selalu membawa gel anti kuman didalam tasku. Tanpa membuang waktu, telapak tanganku sudah terlapisi oleh gel tadi mulai tergerak untuk mengusap kaki pemuda aneh ini. Jangan heran dan jangan bertanya mengapa aku sampai melakukan hal menggelikan ini. Karena akupun juga tak henti memikirkan alasannya dalam otak kecilku. Setelah membersihkan kakinya, aku menutupi kakinya dengan beberapa lembar tisu lalu memasangkan lagi sepatu hitam kepunyaannya.
"Kakimu sudah bersih, tidak perlu berterima kasih. Sebagai imbalannya biarkan aku membawa anjing ini" Ujarku menatapnya takut-takut.
Dia tetap diam. Menatapku sangat lekat dan tajam, mengakibatkan nyaliku semakin menciut.
"Terserah" ucapnya nyaris tak terdengar. Lalu setelah selesai mengucapkan 1 kata itu, tungkainya melaju maju meninggalkanku bersama anjing yang berhasil ku selamatkan. Detik selanjutnya tubuhku menjadi lemas dan seketika ambruk, tulang-tulangku rasanya meleleh tak bersisa. Benar-benar menegangkan! Kupikir Ia akan memukuliku atau bahkan membunuhku!
Kedua sudut pipiku tertarik berlawanan arah, mematri sebuah senyuman penuh kelegaan seraya mengusap anjing disampingku. Bulunya sangat terasa lembut ditanganku. Apakah aku bawa pulang saja anjing ini? Menggantikan molly yang baru saja mati lusa lalu. Ah ide yang cukup bagus! Aku memang cerdas. Lagipula tidak ada kalung terikat dileher anjing ini. Tandanya ia tidak memiliki majikan bukan?
Aku mulai bangkit dari posisi ambrukku, tidak lupa menggendong tubuh besar anjing jenis golden ini. Ugh dia berat juga.
"Hey anjing manis, mulai hari ini aku akan memanggilku holly. Dan aku akan merawatmu, jadilah anjing yang baik okay? Besok kita akan kedokter untuk mengobatimu holly manisku" tururku kepada Holly. Tanpa menghapus senyumanku, Aku berjalan melanjutkan langkahku menuju rumah kecilku dengan Holly meringkuk dalam gendonganku.

— My Possessive Boyfriend —

(( 5 Januari 2013, 20.30 ))

Dap.
—Dap.
Dap dap.
—Dap dap.
Dap dap dap.
—Dap dap dap.

Nafasku semakin memburu disetiap langkah tungaiku pada jalan beraspal yang mengarah menuju jalan rumahku berada. Beberapa hari belakangan ini rasa khawatir dan was-was terus menghantui hari-hariku. Seperti malam ini, Aku merasa ada seseorang yang mengikuti dari belakangku, mengintai setiap gerak-gerikku, menatapku dari jarak yang jauh namun dapat membuatku merasakan tajamnya tatapan mata itu.
Aku mempercepat langkahku, dan orang yang mengikutiku juga ikut menambah kecepatan langkahnya. Sialnya, karena terlalu panik kaki malah bergerak memasuki area jalan yang lebih sepi.
Sial sial sial. Barisan umpatan terus keluar begitu saja, saat manikku menangkap beberapa pemuda —yang sepertinya tengah kehilangan kesadarannya akibat minuman beralkohol.
Aku bingung harus berbalik arah kearah penguntit —yang mungkin saja mengintai nyawaku— atau terus berlari menerobos gerombolan preman didepanku. Dan holla! Aku memilih melompat ke neraka, yaitu menorobos gerombolan preman tersebut sembari mendoakan agar preman-preman itu membiarkanku melewati mereka, akan tetapi memang Tuhan tidak membiarkanku bernafas dengan tenang.
Karena...
Grab—
Salah satu dari mereka, meraih lenganku dan menarikku kedalam rengkuhannya sangat erat.
"Hey manis, kenapa terburu-buru?" Ujarnya dengan bau alkohol yang menguar, ugh! Sangat memuakkan. Aku memejamkan mataku, tubuhku mulai bergetar hebat akibat usapan nakal milik preman tersebut dibeberapa bagian tubuhku. Oh Tuhan selamatkan hambamu ini!

Bugh—!
Secara tiba-tiba datang suara debuman berasal dari sebuah bogem mentah milik seseorang, berhasil menyelamatkanku dari rengkuhan maksiat itu. Belum sempat aku membuka mata, tubuhku malah terlontar kuat dan berakhir dengan kepalaku yang menabrak trotoar. Lalu semuanya menjadi gelap gulita.

Author's POV

Hening. Satu kata tercipta untuk menggambarkan keadaan yang menyelimuti ruang tempat tidur berukuran cukup besar itu. Dentingan jarum jam beradu saling mengejar, memecah keheningan didalam sana. Pada tengah ruangan, terdapat seorang gadis dengan kepala terbalut perban sedang terlelap mengistirahatkan tubuhnya. Sedangkan disudut tepi ranjang yang berisi tubuh tak sadarkan diri milik sang gadis, nampak seorang pemuda mengenakan hoodie hitam tengah menatapi sang gadis lekat. Hanya menatapinya tanpa berbuat hal lain.
Selang beberapa jam berlalu, Sang dara akhirnya terbangun. Mengerjabkan kedua kelopak matanya berusaha mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke celah matanya. Seketika, rasa pusing berputar disekitar kepalanya. Namun segera Ia tepis demi menebus rasa keingintahuannya tentang tempat dimana Ia berada saat ini.
"Dimana aku?" Monolog Sang gadis pada dirinya sendiri seraya memegangi salah satu sudut kepalanya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa setiap pergerakannya tengah diamati oleh sosok asing yang duduk disampingnya.
"Dikamarku Kimmy" Jawab sang adam, membuat gadis yang ternyata adalah Kimmy menolehkan kepalanya, menatap sang adam.
"Bagaimana bisa kau—" Belum selesai kalimatnya terselesaikan, kini kedua maniknya malah terbuka lebar diikuti raut wajah menegang begitu sekelebat memori diingatnya.
"A-apa kau yang menguntitku selama ini? Bukankah kau orang gila yang menginjak kepala hollyku?!" Cerocos Kimmy yang tanpa disadari olehnya intonasi yang digunakannya semakin lama semakin tinggi.




— Kimmy's POV —
Jika diperbolehkan untuk berkata jujur, sejujurnya aku sangat takut saat ini. Bagaimana tidak ketakutan? Menemukan dirimu berada dikamar orang yang beberapa hari terakhir ini sudah menguntitmu, bahkan lebih parahnya orang tersebut pernah melakukan suatu hal yang amat sangat kejam terhadap hewan kesayanganmu. Memang tak bisa dipungkiri bahwa orang ini juga yang baru saja menyelamatkan seluruh aset dan nyawamu, tapi tetap saja rasa takut itu tidak bisa lenyap begitu saja.
"Kau tidak perlu takut Kimmy. Sebelumnya, kau bisa memanggilku Arga. Dan atas semua pertanyaanmu tadi, ya memang benar aku yang melakukan semua itu" Suara penguntit itu menyadarkanku dari lamunan sejenakku. Si penguntit itu ternyata bernama Arga, lalu sejak kapan Ia melepas tudung hoodienya dan malah menunjukkan senyum tanpa dosa. Membuat jantungku berdegub lebih kencang karena lingkupan kecurigaan atas senyuman itu. Jika kalian berpikir jantungku berdegup karena senyumannya, itu adalah pemikiran yang bodoh kawan.
Manikku menatapnya penuh selidik, menggenggam kuat-kuat selimut yang sedari menyelimutiku, sebelum kembali bersuara.
"K-kenapa kau menguntitku dan menyelamatkanku? A-apa kau akan membunuhku?" Tanyaku takut-takut. Takut apabila pertanyaanku akan mengundang kemarahannya seperti waktu Ia menyakiti Holly.
Namun, respon pemuda bernama Arga itu sangat diluar dugaanku. Dia malah tertawa lebar seolah-olah Ia tak melakukan sesuatu padaku. Apa dia gila? Sepertinya.
"Hahaha— mana mungkin aku membunuhmu manis. Justru aku sangat menginginkanmu" Ucap Arga masih sedikit terkekeh.
Jantungku berdegub 2kali lebih cepat mendengar ucapannya. Menginginkanku? Apa aku salah dengar? Atau memang dia ini benar-benar telah kehilangan akal sehatnya?

"Apa kau gila?" Oh tidak. Kimmy kau yang gila! Bagaimana bisa aku mengeluarkan pertanyaan yang jelas-jelas menyinggung perasaannya, bisa-bisa dia menghabisku sekarang. Kulihat aura tubuhnya berubah tak bersahabat. Baiklah, tamat sudah riwayatku.
"M-maafkan aku Arga" Aku kembali berucap meminta maaf dengan tersendat-sendat. Manik Arga menatapku tajam, tanpa ekspressi, membuatnya terlihat mengerikan —meskipun wajahnya cukup tampan.
Tubuh Arga bergerak mendekatiku, tanpa melepas tatapannya yang mengintimidasiku. Aku menjadi lupa bagaimana caranya untuk bernafas!
Tangan penuh luka —seperti saat Aku membersihkan kakinya dulu— mulai merambat, mengusap lembut pipiku. Membuaiku hingga Aku lupa akan rasa takut yang sebelumnya menjalar diseluruh tubuhku.
"Aku gila karnamu Kimmy, Aku menginginkanmu. Sangat menginginkanmu" bisiknya,menyadarkanku dari buaian kelembutannya. Dan....
Dagh!

Kakiku terangkat, menendang kuat tubuhnya hingga terjungkang cukup jauh dari tempatku. Pada detik itu juga, Aku segera berlari sekuat tenaga menuju pintu keluar rumah orang gila ini. Untung saja Arga tidak mengejarku. Kuharap lelaki itu tak menguntitku lagi huft.

— My Possesive Boyfriend —
Keesokan harinya.
Hari ini merupakan hari yang yang sangat menyenangkan bagiku. Hari yang telah kunanti-nantikan sejak dulu. Sebab pada hari ini, pangeran berkuda putih pencuri hatiku akan mengajakku pergi menonton film. Oh, bukankah itu artinya dia mengajakku berkencan? Aku benar-benar tidak sabar menemuinya! Hal ini membuatku sedikit melupakan tentang apa yang terjadi kemarin malam. Aku sangat ingin melupakan orang gila itu!
Ah sudah lupakan masalah Arga. Kini tubuhku susah terbalut sweater putih, sedangkan kakiku tertutupi oleh jeans biru laut dan sneackers putih. Rambut hitamku tergerai bebas menggantung dipunggungku. Oh surga telah kehilangan salah satu bidadarinya! Pujiku teruntuk diriku sendiri. Hahaha bukankah percaya diri perlu saat kau akan pergi berkencan? Sudahlah, pangeranku sudah menungguku sejak tadi diluar. Aku tidak boleh membuatnya menunggu terlalu lama.
Joshua Liem. Seorang cassanova dikampusku. Sangat rupawan, gentle, ramah dan cerdas. Sungguh Ia sangat sempurna bagi kebanyakkan orang yang mengenalnya, akupun juga tak luput dari bagian orang-orang itu. Joshua bahkan memiliki official fan club yang dibuat oleh para penggemarnya — jika boleh kukatakan, lebih tepatnya penggemar fanatik yang amat mengerikan. Aku mengangguminya sejak pertama kali kami berbincang hingga akhirnya berteman. Dan Aku sangat beruntung karena Ia secara tiba-tiba mengajakku menonton film dimalam minggu ini. Bukankah itu pertanda ada sesuatu? Baiklah Aku memang terlalu percaya diri tetapi berharap sedikit tidak ada salahnya kan?
"Hey Josh! Maaf membuatmu menunggu" Sapaku, begitu sampai didepan kaca mobilnya. Ngomong-ngomong Ia terlihat sangat keren malam ini. Tuhan selamatkan jantungku!
Dia tersenyum lebar menatapku sambil menggumam 'tidak masalah' lalu kemudian berjalan keluar dari mobilnya untuk membukakan pintu untukku. Mencetak rona merah diarea pipiku, kenapa suhu tubuhku menjadi panas?!
"Terima kasih Josh" Ujarku dibalas oleh senyum tampannya.
Tak ingin membuang waktu lebih lama dan berakhir terlambat melihat film. Kami segera berangkat menuju salah satu mall yang ditujukan Joshua.

— 4Jam Kemudian —
Beberapa jam berlalu dengan sangat cepat, kami telah menonton 1 film terbaru dibioskop, berjalan-jalan dan makan malam bersama. Kini roda mobil Joshua telah berhenti tepat didepan rumah kecilku. Akupun bergegas keluar setelah mengucapkan terima kasih kepadanya. Akan tetapi sebuah tangan menarikku, membuatku kembali berbalik. Menatap Si pelaku yang ternyata adalah Joshua.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Kimmy jadilah kekasihku. Aku tau aku sangat tidak romantis tetapi jadilah kekasihku. Aku mencintamu!" Tubuhku mematung, lidahku kelu, jantung sudah meloncat keluar dari tempatnya ketika mendengar ungkapan kata yang dilontarkan Joshua. Jika ini mimpi kumohon jangan bangunkan aku! Bagaimana bisa cassanova kampus berdiri dihadapanku sembari membawa sebucket mawar dan yang lebih hebatnya Ia menyatakan cinta padaku!
"Hey Kimberly Alexandra apa kau mendengarku?" Ia bertanya serta menyadarkanku akan sikap bodohku.
"Josh, Apa aku tidak salah dengar tadi?" Ucapku ingin memastikan lagi. Benarkah telingaku masih berfungsi atau tidak. Gelak tawa Joshua terpecah, bahkan sampai menitikkan air mata disudut kantong matanya.
"Tentu saja kau tidak salah dengar Kimberly Alexandra. Jadi apa kau bersedia menjadi kekasihku?" Pertanyaan Joshua terulang untuk kedua kalinya, terdengar lebih santai tetapi tetap terlihat keseriusannya.
"Yes, I'm yours" Aku mengangguk cepat seraya tersenyum lebar memandangi wajahnya. Senyum Joshua semakin merekah, Ia memelukku sangat erat. Hey, aku baru tau cassanova kampusku bisa sangat menggemaskan seperti ini.
"Hahaha aku tidak bisa bernafas Josh, ini sudah larut malam. Cepat pulanglah" tuturku melepas pelukannya. Ia nampak mencebikkan bibirnya kesal. Terlihat menggelikan dan mengundang tawa.
"Ck! Baiklah sayangku. Cepatlah masuk, aku akan segera pergi. Good night" Kata Joshua kepadaku, sembari tak lupa memghadiahiku sebuah kecupan dipipi. Pipiku terasa terbakar gara-garanya!

"Euhm— baiklah. Selamat malam Josh, kembalilah dengan selamat" Pamitku, kemudian berlari masuk kedalam rumah agar Joshua tidak melihat rona dipipiku.

— My Possessive Boyfriend —

Di Universitas Negri Sastra Jakarta.
Kedua tungkaiku melangkah riang memasuki gedung tempatku menimba ilmu susah payah. Meskipun hari ini adalah jadwal dosen /terkill-er/ ku mengajar tapi entah mengapa semangatku tetap berkobar senang.
Tetapi ditengah perjalanan sebuah panggilan masuk menghentikan langkahku. Segera saja kuangkat begitu melihat nama si penelfon dilayar ponselku yang tak lain dan tak adalah Joshua—kekasihku.
"Hallo Jo—"
"Kim. Kita putus. Anggap saja kita tidak pernah menjadi sepasang kekasih. Anggap saja kita tidak pernah kenal sebelumnya. Lupakan aku. Selamat tinggal. Beep-" Sambungan panggilan diputus secara sepihak. Apabila ini digambarkan pada buku-buku komik, mungkin akan ada efek petir menggelegar menyambar jantungku. Hahaha mimpi ini sangat buruk! Bangunkan aku siapapun tolong!
Netraku memburam akibat cairan bening yang mendesak ingin keluar, aku mencoba menahannya selama mungkin. Tetapi Aku tidak sanggup! Kakiku berlari kencang membelah kerumunan koridor, tanpa memperdulikan tatapan orang-orang disana yang memandangiku aneh —yang aku butuhkan sekarang adalah toilet.
Didalam salah satu bilik toilet tubuhku sudah merosot begitu saja bak tanpa ada tulang yang menyangga. Terduduk diatas kloset yang sudah kututup lubangnya, seraya menutup mulut kuat-kuat agar isakanku tidak terdengar oleh pemakai toilet lain. Joshua hanya mempermainkanku, dia tidak benar-benar mencintaiku! Kenapa air mata sialan ini tidak mau berhenti!
"Hey Ji, apa kau tau Joshua masuk rumah sakit hari ini? Kudengar Ia dipukuli hingga nyaris terbunuh semalam"
Isakanku terhenti seketika, begitu sebuah suara terdengar dari luar bilik toilet tempatku mendekam. Ada dua wanita tengah berbincang atau bisa dibilang bergosip. Bukan maksudku untuk bertindak tidak sopan dengan menguping seperti ini. Akan tetapi topik perbincangan merekalah yang menarik perhatianku. Joshua. Mereka sedang membicarakan kekasihku, ah tidak. Mantan kekasihku jika kau ingin tau kebenarannya.
Aku lantas menajamkan indra pendengaranku, menyimak percakapan mereka.
"Tentu saja aku tau! Bahkan Aku sudah melihat rupanya yang babak belur. Membuatnya terlihat sangat buruk!"
"Kurasa juga begitu. Dan lagi, kudengar Joshua melanjutkan studynya keluar negri. Wow, sebenarnya apa yang terjadi padanya"
"Entahlah, lebih baik kita bergegas kekantin. Perutku sudah demo"
"Hahaha baiklah. Ayo!"
Joshua berada dirumah sakit?
Apakah Ia sehabis bertengkar?
Lalu kenapa Ia harus pindah keluar negri?

Otakku berpikir keras berusaha menemukan secercah cahaya jalan keluar atas masalah yang datang dengan tiba-tiba ini. Aku sangat yakin ini Joshua dipukuli selepas Ia pulang dari rumahku. Apa aku yang menjadi penyebabnya? Tapi siapa yang melakukannya?
Pikiranku terus melayang memikirkan masalah Joshua. Aku sangat menyukainya, bagaimana bisa Aku menghiraukannya saat Ia diperlakukan seperti ini. Hanya satu orang yang menjadi fokus kecurigaanku yaitu Arga. Tapi mana mungkin?

Tanpa kusadari, sebuah tangan menarikku cepat ke gang sepi tak jauh dari kampusku. Manikku terbelalak lebar mendapati beberapa mahasiswi dikampusku berkumpul didalam gang tersebut. Mereka menatapku dengan tatapan yang sama, tatapan tajam seolah ingin menusuk seluruh bagian tubuhku. Satu hal yang baru kusadari adalah gadis- gadis ini merupakan anggota fan club penggemar Joshua. Fans gila yang dulu sempat kuceritakan.

Oh tidak. Kesialan apalagi ini.
"A-ada apa ini? K-kenapa kalian menatapku seperti itu?" Aku mencoba memecah keheningan yang menegangkan, serta berusaha berpikiran positif bahwa semua akan baik-baik saja.
Salah satu dari mereka tekekeh sinis, mengitimidasiku dengan seringaiannya. Lalu kemudian baru membuka suaranya
"Kimberly Alexandra. Kau berpacaran dengan Joshua bukan? Oh maksudku kau sempat berpacaran dengan Joshua kita bukan?" Ujarnya menekan kata 'sempat' dan 'kita'. Ugh menyebalkan. Kenapa beritanya cepat sekali menyebar! (7145)
Aku menghela nafas panjang beberapa detik agar kegugupan berkurang. Mencoba menetralkan emosiku yang nyaris meledak jika todak kutahan.
"Memang benar aku sempat berpacaran dengan Joshua. Memangnya kenapa?" Ujarku menantang. Kulihat mereka berubah semakin emosi setelah mendengar suaraku yang tak gentar.
Grab—
Kedua lenganku dicengkram tiba-tiba oleh dua orang gadis yang merupakan anggota ini. Sial, satu banding 6 orang yang benar saja!
"Sial! Lepaskan aku!" Bentakku sembari meronta-ronta. Pimpinan dari mereka berjalan mendekatiku lalu mencengkram kuat rahang bawah ku, kemudian berkata
"Cih. Apa kau tau gara-gara Joshua berpacaran denganmu Ia hampir kehilangan nyawanya Bodoh!"
Plak—! Sebuah tamparan sukses menyapa pipiku, rasa panas itu mulai menjalar diarea pipiku. Namun aku tidak memperdulikannya, karena otakku sibuk mencerna apa yang dikatakan oleh gadis bermata elang itu.
"Kenapa karenaku? Apa yang kulakukan pada Joshua?" Tanyaku dengan nada khas yang mencerminka Lagi-lagi Ia menamparku. Menarik rambutku kuat-kuat hingga kepalaku terdongak. Mengapa... Mengapa hidupku menjadi menyedihkan seperti ini.
Netraku menangkap telapak tangan itu kembali melayang dan sebentar lagu akan menyapa pipiku lagi. Mataku terpejam kuat menunggu rasa sakit itu datang. Tetapi, Aku tidak merasakan apapun.
Mataku terbuka, mendapati sebuah tangan berjarak beberapa senti dari wajahku tengah dicengkram kuat oleh tangan lain yang penuh luka. Aku mengenal tangan itu. Sangat mengenalnya.
"Argh- kau siapa?! Kenapa ikut campur urusan orang lain!?" Si gadis bermata elang nampak kesakitan akibat cengkraman ditangannya. Arga —Si pelaku pencengkraman— tampak tidak memasang raut muka bersalah. Selalu tanpa ekspresi dan dingin.
"Kau telah menyentuh milikku. Pergi dan tunggu hadiahmu" tutur Arga penuh ancaman. Gadis-gadis tadi terhenyak ketakutan. Didetik selanjutnya mereka sudah bergegas pergi meninggalkanku bersama pemuda gila ini. Sajaknya, Tuhan tengah menghukumku atas dosa-dosa yang kulakukan dimasa lalu.
Aku memilih menundukkan kepala,memandangi ujung sepatuku daripada harus beradu pandang dengannya. Sayangnya, pergerakan tangan yang mengusap pipiku lembut dapat membuaiku hingga Aku mengalihkan pandang menatapnya. Senyuman tipis itu terukir, bersamaan dengan tatapan matanya yang selalu kosong. Membawaku tenggelam kedalam kelamnya manik tersebut.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Arga sembari terus mengusap pipiku yang beberapa saat lalu terkena tamparan.

"Aku tidak apa. Terima kasih" balasku seraya menyingkirkan tangannya dari pipiku. Aku kembali membuka mulutku ragu
"Apa yang kau lakukan pada Johsua?" Kulihat raut wajahnya menegang tersirat kemarahan disana. Detak jantungku ikut berdegub kencang, menunggu sesuatu hal yang buruk terjadi lagi padaku.
"Aku hanya memberinya sedikit pelajaran tentang cara untuk menghormati sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain" Jelas Arga terbilang sangat santai seolah-olah Ia tidak melakukan hal kriminal. Padahal yang dilakukannya pada Joshua itu sangat kriminal. Seharusnya Aku menjebloskannya kepenjara saja.
"Aku bukan milikmu dan tidak akan pernah jadi milikmu Arga! Sadarlah!" Aku membentaknya begitu menggunakan intonasi cukup tinggi sebelum akhirnya melangkah pergi keluar dari gang ini.
"Kau akan menjadi milikku Kimmy. Aku tidak menerima penolakan" Aku mendengar ucapannya sebelum bayanganku menghilang dari gang tersebut. Masa bodoh dengan orang sinting itu. Aku yakin itu hanya ancaman semata saja.

— My Possesive Boyfriend—

Langkahku terseret amat lambat menapaki marmer putih yang menutupi lantai kamar dirumah kecilku yang sepi ini. Hanya ada satu kamar disin, karena hanya aku yang tinggal disini. Tanpa orang tua maupun sanak saudara yang menemani. Dulu, aku sering mengasihani diriku yang sebatang kara ini tapi lambat laun Aku mulai bisa mensyukirinya. Akan tetapi selepas kejadian yang menimpaku beberapa hari lalu, batinkku kembali mengeluh. Meratapi nasib hidupku yang begitu menyedihkan.
Lamunanku terpotong akibat ponselku yang bergetar tanpa henti. Tanda bahwa ada banyak pesan masuk diaplikasi chat grup kampusku. Aku yang mudah merasa penasaran, memilih untuk lekas menggeser layar ponselku guna membuka pola kunci yang kupasang disana. Jemariku menggulirkan pesan-pesan digrup yang sudah tertumpuk, membaca setiap pesan demi pesan dari berbagai sumber pengirim —yang tak lain dan tak bukan adalah teman kuliahku— . Sepasang manikku melebar setelah selesai membaca pesan digrup chatku. Kabar duka sekaligus mengejutkanlah yang sedang gempar dibicarakan oleh teman-temanku. Bagaimana ini bisa terjadi?! Lama-lama aku bisa gila!
Ting Tong—
Bunyi bel rumahku berdering, pertanda bahwa ada sosok diluar sana yang telah menekannya. Keterkejutanku belum bisa hilang, namun kakiku berusaha kuat agar dapat menahan berat tubuhku demi mencapai satu-satunya akses keluar masuk disini. Ada orang sedang menunggu untukku bukakan pintu, tetapi nihil. Begitu Aku membukakan pintu tidak ada sosok apapun disana selain sebuah kotak berwarna merah muda tergeletak tepat didepan pintuku. Tanpa babibu Aku membawa masuk kotak itu, melepas pita merah yang mengitari sisi kotak tersebut dan menengok isinya.
Isi perutku bergejolak meminta untuk dimuntahkan kembali, nafasku tercekat seakan udara disekitarku menghilang tak bersisa, cairan bening mendesak keluar dari wadahnya dan tulangku seakan lepas dari sendinya. Menjijikan, tak berkemanusiaan, sinting, psikopat gila!
Ini hal paling buruk dan mengerikan disepanjang, menerima sebuah kiriman berupa berlembar-lembar foto teman-temanku yang sedang dimutilasi. Kutekankan sekali lagi, sedang DIMUTILASI! Kulit mereka nampak nyari terlepas dari dagingnya, beberapa bagian tubuh mereka terpisah layaknya seekor ayam yang siap dimasak. Aku tidak tahan lagi untuk tidak memuntahkan makan siangku. Arga. Pemuda itulah yang mengirimkan benda ini. Karena didalam kotak ini terdapat selembar kertas penuh bercak darah yang bertuliskan
'Sayang, lihatlah orang-orang yang sudah menyakitimu kini telah lenyap. Kau akan aman sekarang'
Pada akhirnya cairan bening itu tumpah. Mengalir sangat deras sampai-sampai tubuhku ikut bergetar hebat. Perasaan takut, khawatir, marah, dan sedih tercampur aduk.
Mengapa? Mengapa aku harus bertemu dengannya? Mengapa waktu itu aku menyelamatkan holly? Mengapa dia harus tertarik padaku? Mengapa hidupku sangat sial!
Ponselku kembali berdering, ada sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Aku yakin itu Arga. Bahkan dia bisa mendapatkan nomor ponselku. Wow, sangat menakjubkan. Kuangkat panggilan itu seraya mendekatkan layar ponselku didepan runguku.
"Kimmy ku sayang, apa kau menyukai hadiahku?" Sapa Arga dari sebrang sana. Membuat gigiku bergemertak geram.
"Aku bukan psikopat gila sepertimu brengsek!" balasku penuh amarah. Pendengaranku menangkap kekehan tawa Arga, Ia menganggapku lawakan huh?!
"Bukankah sudah kukatakan sayang? Aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhmu, menyakitimu bahkan berniat merebutmu dariku. Karena kau hanyalah milikku seorang." Lagi. Ia lagi-lagi menyatakan diriku sebagai miliknya, seakan Ia memiliki hak paten atas diriku.
"Bagaimana bila aku menolak untuk menjadi milikmu?" Tuturku memancing emosinya, berharap dengan sifat keras kepalaku dia akan menyerah.
"Jika kau menolak? Maka akan semakin banyak korban seperti teman-temanmu tadi. Aku tidak akan segan melakukannya lagi sayang" Lihat? Dia seharusnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
"Tch. Apa kau tidak takut aku akan melaporkan tindakanmu kepolisi?" Ya, memang aku berencana melakukan hal ini.
"Kau tidak akan melakukannya Kimmy, kau tau? Jika kau melakukannya itu sama saja kau membunuh seluruh manusia didalam kampusmu. Dan apabila kau berpikiran untuk bunuh diri, aku bersumpah seumur hidupku untuk selalu menghancurkan tubuh setiap pasangan kekasih dimuka bumi ini—" Kepalaku berputar cepat mendengar ancamannya. Ya Tuhan mengapa aku harus bernasib seperti ini. Kuyakin Arga adalah orang yang pengidap penyakit gangguan kejiwaan yang dimana penderitanya disebut dengan psycho dan penyakitnya disebut psychopath. Yang kuketahui dari seorang psycho, Ia sudah tidak mempunyai hati nurani,belas kasihan serta perhatian kepada sesama. Jadi Arga tidak mungkin menyukaiku, dan mustahil pula Ia jatuh cinta padaku. Pasti Ia hanya tertarik menjadikanku alat bermainnya, selepasnya aku tinggal menunggu waktu dimana Ia akan bosan bermain-main denganku —maka setelah tiba waktunya Ia akan membunuhku. Aku tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan seorang psycho, hingga Ia terobsesi untuk menjadikanku sebagai miliknya.
"Sayang, kau masih disana? Aku sedang menunggu didepan rumahmu" Suara dari sebrang sana kembali terdengar. Menyadarkanku untuk lekas mengusap bekas bulir bening dipipiku, sedikit berlari menuju daun pintu. Jika Tuhan mentakdirkanku seperti ini, maka aku harus tetap menerima dan menjalaninya
Didepan gerbang rumahku, sesosok pemuda nampak sudah berdiri menunggu lama disana. Tak lupa hoodie hitam beserta tudungnya yang selalu menutupi hampir separuh wajahnya. Mendadak tungkaiku menjadi kaku untuk bergerak. Bertemu oleh seseorang yang baru saja membunuh 6orang kenalanmu dengan sangat sadis, oh jangan lupa bahwa orang itu pula yang menyebabkan hubunganmu dan kekasih yang baru berjalan belum penuh 24jam kandas begitu saja. Hell, lebih baik nyawaku dicabut saja oleh Yang Maha Kuasa.
"Ayo berbicara didalam" ucapku mendahuluinya berbicara.
"Dan, jangan membawa senjata apapun!" Sambungku.
Ia terkekeh lagi, mematri sebuah senyuman diwajahnya. Terlihat lebih baik dan menenangkan hati jika Ia terus tersenyum seperti itu. Ah bodoh, apa aku baru saja memujinya? Sajaknya, otakku ikut terganggu sekarang.
"Aku tidak akan menyakitimu sayang" Gumam Arga sembari menatapku. Sekarang, Aku dapat melihat seluruh wajahnya. Cukup tampan akan tetapi terlihat suram dan tatapan mata itu.. Selalu tampak tajam namun kosong.
Kini, Aku dan Arga duduk bersebrangan disofa milikku. Menciptakan jarak cukup jauh dari jangkauannya.
"Jadi, apa kau tidak bisa melepaskanku saja?" Aku bertanya ragu-ragu. Takut ucapan mau pertanyaanku akan menyentuh sumbu emosinya.
"Tidak. Tidak akan pernah" Jawabnya mantap seraya menatapku dingin —Aku semakin gugup dibuatnya ngomong-ngomong.
"Alasannya?" Tanyaku lagi.

"Kau tidak perlu tau, yang pasti kau harus menjadi milikku." Ucapnya mutlak.
"Dengar Arga. Kau hanya terobsesi padaku. Aku bukan mainan yang seru kalau kau ingin tahu" Aku mencoba lagi untuk membujuk hatinya, tetapi sia-sia. Malah tatapan tajam itu menjadi semakin tajam seolah-olah dapat mengulitiku. Membujuknya merupakan kegiatan yang sia-sia. Kutahu dia tengah menahan emosinya, aku tidak seharusnya membantah keinginannya. Sebab seorang psycho seperti Arga benci dibantah dan disuruh-suruh. Okay Aku melakukan kesalahan. Kubuang karbon dioksida melalui lubang hidungku, lalu menarik nafas lebih dalam.
"Baiklah Arga jika seperti itu, Aku bersedia menjadi 'milikmu' tetapi kau harus menuruti beberapa syarat dariku" Demi kukit kerang ajaib kuharap keputusan ini adalah keputusan yang benar.
Kedua sisi pipi tirusnya tertarik berlawanan arah, membentuk senyuman lebar.
"Apapun syaratnya"
Entah mengapa hati merasa lega melihat dia tidak terlalu berbahaya jika sedang waras seperti ini. Aku lalu menjelaskan beberapa syarat untuknya, seperti tidak ada lagi korban yang dibunuhnya, tidak ada kekerasan, tidak ada hubungan sex, dan hal sejenis lainnya. Hebatnya, Ia setuju dengan semua itu.
"Deal Kimmy, Aku akan menuruti semua itu. Maka hari ini Aku sudah resmi menjadi kekasihmu dan kau adalah milikku seutuhnya" Cam Arga padaku. Glup— air liurku sukses tertelan walau sangat sulit, Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku kedepannya.

Flashback Off.

—My Possessive Boyfriend—

Itulah kisah pertemuan kami pertama kali hingga bisa menjadi pacarnya sampai sekarang ini. Sekarang, Aku akan melanjutkan cerita dihari pertama kami mulai berpacaran. Hohoho simaklah baik-baik, lalu simpulkan apakah Aku termasuk orang tersial atau malah orang terberuntung.

Flashback ON
Hari Pertama — Penuh kejutan dan Misteri.
Sinar surya menyusup masuk menerangi setiap sudut ruang kamarku, mengusik diriku yang tengah bermimpi indah. Kucoba untuk kembali tertidur dengan memasukan kepalaku kedalam selimut.
"Hey Putri tidur bangunlah" Sebuah suara tak asing membuat nyawaku terkumpul sepenuhnya.
"Arga?! Bagaimana bisa kau masuk kekamarku?!" Sentakku dengan tampang berantakan. Pemuda gila ini malah tersenyum kotak, melompat kekasurku seraya memelukku sangat erat.
"A-apa yang kau lakukan?!" Ucapku kesusahan akibat pasokan udara diparu-paruku menipis. Melihat diriku yang kesusahan bernafas, Arga lalu melepas pelukannya, memandang wajahku lekat tanpa melunturkan senyumannya.
"Bukankah sudah kubilang tidak ada hubungan sex" kataku sembari menatapnya tajam, tapi Ia sama sekali tak menghiraukan tatapan kesalku.
"Aku hanya memelukmu sayang, bukan memperkosamu" balasnya sangat santai, sampai-sampai nafasku kembali tersendat. Mungkin Ia menganggap perkataannya hanya guyonan semata tapi berbanding balik bagiku. Semua ucapannya merupakan ancaman bagiku.
"Ck! Terserah apa katamu" Aku memilih membiarkannya yang kembali sibuk memelukku, namun ada yang janggal dalam pikiranku. Yaitu,disaat seluruh akses masuk dirumahku terkunci rapat bagaimana caranya Arga dapat masuk kesini? Dan selain itu, mengapa Ia selalu mengenakan pakaian yang sama apa Ia tidak berganti pakaian? Daripada terus menerus memikirkan jawabannya, lebih baik kutanyakan langsung pada orangnya.

"Hey Arga, bagaimana caranya kau bisa masuk kesini?"
"Lewat jendelamu. Sangat mudah untuk kubobol" Jawab Arga, menciptakan senyum miris diparasku. Bodoh Kim, dia bukan orang biasa pasti ada banyak cara yang bisa Ia gunakan untuk masuk kerumahku.
"Lalu, kenapa kau tidak berganti pakaian? Apa kau tidak kembali kerumahmu kemarin?" Tanyaku terkesan sedang mengintrogasinya.
"Memang aku tidak pulang, kau tahu? Aku sangat malas untuk pulang. Jadi aku memilih bermalam didepan pintu rumahmu beberapa hari yang lalu. Masalah bajuku, tentu saja aku belum menggantinya" Jawab Arga panjang lebar. Keningku berkerut samar, otakku sibuk mencerna jawaban yang diucapkannya. Jadi selama ini Arga menguntitku sampai sejauh itu? Dan.. Dan Ia sangat jorok! Ugh pantas sedari tadi aku mencium aroma tidak sedap. Secepat kilat, tanganku meraih bantal yang tadinya kugunakan sewaktu tidur, kemudian melemparkannya tepat diwajah Arga.
"Kau jorok! Cepat bersihkan tubuhmu! Aku tidak mau mempunyai pacar yang jorok" titahku tanpa menerima bantahan. Bibir Arga mencebik lucu, menahan protesannya. Memilih untuk menjalankan perintahku.
Aku tahu dia orang berbahaya.
Aku tahu bila terus bersamanya nyawa dan hidupku tidak akan aman.
Aku tahu dia akan mengusik kehidupanku lebih dalam.
Aku tahu dia orang yang sangat sulit diperbaiki karena kejiwaannya yang terganggu.
Tetapi...
Berulang kali Aku menghiraukan kehadirannya, maka disaat itu pula rasa iba mengalahkan akal sehatku.
Aku terus menerus memikirkan kejadian apa yang mungkin terjadi, jika aku kabur darinya.
Aku tidak menginginkan ada korban lagi.
Aku tidak ingin Arga membunuh lagi.
Aku ingin membuat jiwanya pulih. Meskipun kehidupannku yang menjadi taruhannya.

Cklek—
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok pemuda dengan balutan handuk meliliti pinggangnya, bulir bulir air hinggap dibeberapa titik dadanya yang topless. Meninggalkan kesan seksi dimataku. Apalagi Ia tampak lebih tampan serta lebih bersih dari sebelumnya.
Plak! Aku lekas menampar pikiranku yang mulai menjalar kemana-mana.
"Rambutmu panjang sekali, apa mau kupotongkan? Tenang saja, Aku cukup ahli memotong rambut" tawarku tiba-tiba. Bahkan Aku cukup terkejut dengan ucapanku sendiri. Arga nampak menimang tawaranku, sebelum akhirnya mengangguk setuju. Hey, kenapa hatiku bersorak senang?
Tidak sampai 20 menit rambut Arga telah kubuat rapih dengan tanganku. Hohoho hasilnya cukup membanggakan, apalagi ada tambahan gel rambut yang memberikan trend fresh masa kini. Jika Arga berpenampilan normal seperti ini, mungkin akan banyak wanita tertarik padanya.
"Sayang" Panggil yang masih terdengar asing ditelingaku, berhasil menarikku dari dunia lamunanku. Aku berdeham canggung begitu lengan Arga memeluk pinggangku.
"Apa?" Tanyaku.
"Apa kau ingin melihatku telanjang bulat?" Tuturnya dengan seringaian menggoda. eh? Aku barusan tidak mengatakan psycho ini memiliki seringaian menggoda bukan?
Cepat-cepat tanganku bergerak mencari kaos oblong serta celana trainingku yang dapat dikenakan oleh Arga. Otakku bisa semakin miring apabila melihatnya topless terlalu lama.
"Cepat pakai itu! Aku akan menyiapkan sarapan!"

Ini baru hari pertama aku menjadi kekasihnya. Berapa lama aku dapat bertahan bersama semua kegilaan ini?!
— My Possesive Boyfriend—
Hari kedua — Misterius.
Hari ini Aku tidak memiliki jadwal kuliah apapun, sehingga sinar matahari yang sedari tadi mengejekku dari arah luar kuhiraukan begitu saja. Dan bergelung bersama selimut kesayanganku merupakan pilihanku satu-satunya dibandingkan keluar rumah, tanpa tujuan. Membuat tubuh lelah saja.
Selain surya yang menggangguku ada hal lain yang mengganggu kegiatanku bertapa. Tatapan yang berasal dari sepasang hazel milik seseorang. Aku tahu orang itu sudah sejak lama memandangi kegiatan malasku, tanpa berkata sepatah katapun —Karena Aku yang mengancamnya agar tidak berisik dan menyentuhku seenaknya.
Aku mulai menyadari bahwa kelemahan Arga adalah diriku, sehingga Aku memanfaatkannya untuk mengatur sikapnya yang semau dirinya sendiri. Sangat aneh bin mengherankan, Aku dapat menaklukan seorang psikopat begitu mudahnya tanpa ada sedikitpun luka ditubuhku.
Menit demi menit berlalu, mataku sudah menolak untuk terpejam lebih lama lagi, cacing-cacing diperutku pun tengah melancarkan aksi demonya minta diberi makan. Ku angkat tubuhku malas, menguap kecil sembari mengusap kelopak mataku yang melekat satu sama lain.
“Selamat pagi putri tidurku” Sapa Arga tenang, tanpa ada nada marah maupun kesal.
“Selamat pagi. Kau pasti masuk melalui jendelaku lagi?” Arga terkekeh, diikuti anggukan kepalanya. Ingatkan Aku untuk tidak bertanya lagi esok hari, manusia berkepala batu sepertinya tidak akan mengerti bahasa manusia.
“Kau tidur dimana kemarin?” Tanyaku lagi, berharap jawabannya tidak sama seperti kemarin.
“Dikamarku Tuan putri, seperti perintahmu” Jawab Arga, mengulas sebuah senyum diwajahku. Satu langkah lebih maju dalam progressku menyembuhkan kejiwaan Arga.

Hari Ketiga — Posesif.

Hari Keempat — Pencemburu.

Hari kelima — Romantis.











— My Possesive Boyfriend—
Flashback Off.
1 Januari 2016.
Kalian mungkin menyebutku gila atau sangat gila? Dalam 7hari dapat terjerat jatuh oleh pesona Arga. Melupakan semua sisi negatifnya yang bahkan pernah membunuh teman-teman dikampusku. Membuatku menulikan dan membutakan mataku dengan satu alasan yang beranggapan bahwa itu hanya masa lalu. Gila memang akan tetapi Aku tidak perduli. karena sekarang, Aku berani bersumpah Arga tidak akan mengulangi hal tersebut. Kejiwaannya sudah 100% sembuh, berkat terapi pengobatan serta dukunganku —kata Arga. Entahlah Aku tidak merasa begitu banyak membantu masa pemulihannya. Apa mungkin ini yang disebut kekuatan cinta yang dapat menyembuhkan segala? Terdengar menggelikan tetapi menyebabkan ratusan kupu-kupu berterbangan diperutku.
Cklek—
Tekanan pada engsel pintu, mengusik lamunanku. Pemuda tinggi berbalit jas hitam formallah yang menjadi pelakunya. Dia tampak sangat tampan dengan jas itu.
"Jangan memandangiku seperti itu Nyonya Arga. Upacara ikrar janji akan dimulai, bersiap-siaplah calon istriku. Aku mencintaimu" Jelas Pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Arga, kekasihku yang tak lama lagi akan menjadi suami dari anak-anak kami. Ah, bicara apa aku ini! Upacara baru saja akan dimulai,tetapi sudah memikirkan malam pembuatan anak-anakku. Sajaknya, pikiranku telah dinodai oleh kemesuman Arga.
Apa kalian bingung dengan semua ini? Aku pun sama. Semua terjadi begitu saja selama 3tahun belakangan ini. 3tahun lamanya kami berpacaran, menikmati segala masalah yang silih berganti. Hingga tiba hari ini. Hari dimana Aku dan Arga saling mengikrarkan janji untuk selalu bersama baik didalam suka maupun duka. Bukankah akhir cerita yang sangat membahagaikan? Tapi bagiku, pernikahan ini bukan akhir dikisah hidupku. Melainkan pernikahan ini menjadi awal kisah pada lembaran baru hidup kami. Tidak ada Aku dan Arga lagi, yang hanya ada kami.
— T H E E N D —
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.