Notes

Bomi berjalan tanpa mengetahui tujuannya. Terus kesana kesini, lalu berputar dan terus berulang lagi. Luhan dengan sabar mengikuti Bomi dengan tawa yang tertahan. Bomi berhenti.

"Berhenti mengikutiku. Masuk saja ke kelas. Aku masih ingin disini" Kata Bomi tanp berbalik.
"Jika kau menangis, aku baru akan pergi" Tolak Luhan.
"Kenapa?" Tanya Bomi.
"Karena itu membuatku tidak khawatir"

+++

Sesuatu itu melayang dari arah kanan dan jatuh diatas meja Bomi. Dengan geram, Bomi melirik kearah kanan itu. Didapatinya Luhan sedang meminum minuman yang sama dengan yang ada di atas mejanya. Luhan menoleh.

"Untukmu." Katanya singkat. Bomi pun menatap Luhan aneh. Tapi karena tidak mau mempermasalahkan hal ini, Bomi pun menerima minuman dari Luhan.
"Terimakasih" Jawab Bomi ketus lalu melanjutkan mengerjakan sesuatu yang ada diatas meja.

Tak lama,Bomi yang sedang konsentrasi ter ganggu lagi karena Luhan memanggilnya. Bomi menoleh kearah Luhan malas.
"Ap-"
"Bomi ayo temani aku akhir pekan ini. Bisa?"

+++

Akhir pekan pun tiba. Seperti yang Luhan janjikan. Luhan mengajak Bomi kesuatu tempat yang tidak Bomi ketahui. Bomi yang sudah percaya kepada Luhan pun hanya mengikuti Luhan dari belakang.

Setelah jauh berjalan, akhirnya mereka sampai. Mereka sekarang berdiri didepan sebuah restoran yang besar. Bomi yang melihatnya sedikit takjub sampai-sampai tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Ayo masuk" Ajak Luhan seraya menarik tangan Bomi kedalam.
"Eh? Tunggu. Apa yang akan kita lakukan didalam?" Tanya Bomi.
"Sudah jelas kita akan makan, Bomi. Namanya juga restoran. Masa di restoran kau mau tidur? Hahaha" Canda Luhan yang membuat Bomi mengerutkan dahinya kesal. Luhan pun menarik Bomi kedalam.

Didalam, Luhan terlihat seperti mencari seseorang yang sangat penting. Bomi yang sadar akan tingkah Luhan pun ikut mencari seseorang yang Bomi tidak ketahui. Tapi tak lama, Luhan berseru sambil memanggil seseorang lalu menarik Bomi.

"Ayah! Ibu!" Panggil Luhan yang sudah ada didepan orang tuanya.

Apa? Tunggu. Orang tuanya?
Bomi tidak bisa mengontrol ekspresinya, begitu juga dengan pikirannya. Pikiran Bomi tidak bisa perpikir dengan jernih.

Oh apa dia mengenalkanku kepada orang tuanya? Apa dia melaporkanku pada orang tuanya? Aku salah apa?

"Bomi, ayo duduk" Suruh Luhan kepada Bomi yang sedang berdiri disebelahnya yang sudah duduk itu. Dengan gugup Bomi duduk disebelah Luhan.
"Ibu, Ayah, kenalkan. Ini Yoon Bomi" Kata Luhan dalam bahasa mandarin yang tidak Bomi mengerti. Tapi Bomi yakin bahwa Luhan menyebut namanya tadi.
"Oh jadi dia perempuan yang kau maksud?" Tanya Ibu Luhan dalam bahasa mandarin juga.
"Iya Ibu" Jawab Luhan, lalu orang tua Luhan pun tersenyum hangat kearah Bomi yang tersenyum dengan canggung.

+++

"Bagaimana kaubisa bilang begitu kepada orang tuamu? Status kita hanyala; teman sekelas. Kau tak tau?" Tanya Bomi dengan kesal. Luhan hanya terkekeh.
"Aku tau. Tapi aku serius dengan apa yang aku bilang pada ibuku"

Lalu hening

"..."
"Bom-"
"Act like you dont know me.."