Notes

Div 8/9

Aleuromancy

Aleuromancy atau meramal dengan menggunakan kue keberuntunga/fortune cookies. Fortune cookies adalah kue kering renyah yang terbuat dari tepung, gula, vanili dan minyak biji wijen dengan ‘keberuntungan’ terbungkus didalamnya. Keberuntungan yang dimaksud adalah sepotong kertas dengan kata-kata bijak, isi pesan tersebut dapat mencakup frase cina dengan terjemahan atau nomor keberuntungan yang digunakan beberapa orang sebagai nomor lotre.

Kue keberuntungan ini sering disajikan sebagai makanan penutup direstoran Cina di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, kecuali Kecuali di Cina sendiri. Asal tepatnya kue keberuntungan ini masih tidak jelas. Walaupun kelompok-kelompok imigran California mengklaim telah dipopulerkan Oleh mereka diawal abad 20, berdasarkan resep mereka pada cracker tradisional Jepang.

Garis besarnya
Kue keberuntungan ini diperkenalkan oleh Jepang dipopulerkan oleh orang China dan akhirnya dikonsumsi oleh orang Amerika.

Orang yang mengklaim kue keberuntungan

Makoto Hagiwara Pemilik Golden Gate Park’s Japanese Tea Garden di San Fransisco menyatakan sebagai orang pertama yang menyajikan kue versi modern ini ketika ia membuatnya dikebun teh pada tahun 1890 atau awal 1900an.

David Jung pendiri Jongkong Noodle company di Hongkong, juga menyatakan hal yang sama bahwa ia menemukan kue ini pada tahun 1918.

Seiichi Kito, pendiri Fugetsu-do di Little Tokyo, juga menyatakan bahwa dialah yang menemukan kue ini. Menurut ceritanya Ia menjual kue ini pada restoran cina dimana mereka lebih menghargainya di LA dan San Fransisco.

Pada akhirnya, kue keberuntungan ini berpindah asumsi dari yang semula didominasi jepang-amerika menjadi china-amerika sekitar pada perang dunia II.

Kue keberuntungan ini sebelum abad 20 dibuat dengan tangan, lalu berubah drastis setelah mesin pembuat kue ini ditemukan oleh Yee dari Oakland, California.

Pada abad ke-19, sebuah kue yang sangat mirip bentuknya dengan kue keberuntungan modern ini telah dibuat di Kyoto, Jepang. Dan ada keberuntungan acak yang berasal dari tradisi kuil jepang, disebut O Mikuji. Dalam versi jepang, Kue ini berbeda dalam beberapa hal, yaitu lebih besar, lebih gelap atau coklat dan adonannya mengandung wijen dan miso, bukan vanila dan mentega biasa, hanya saja didalamnya tetap berisi secarik kertas bijak yang diselipkan. Kue ini disebut Tsujiura Senbei.

ada beberapa variasi ‘permainan’ dalam mengonsumsi kue.

Ada yang menganggap kue harus dimakan sampai habis agar keberuntungan terwujud atau kue tidak usah dimakan jika pesan di dalamnya tidak berisi keberuntungan. Hanya saja, itu bagi orang yang berpendapat bahwa pesan harus dibaca sebelum kue dimakan. Namun, ada pula yang menganggap kue harus dihabiskan dulu sebelum pesan dibaca.