Notes

Kota asalnya-- Sichuan, China. Tentu pindah ke Korea bukanlah keputusan yang main - main. Ia telah menyepakati segala konsekuensi +

+ Yang akan ia terima pada akhirnya. Ayahnya pun sepertinya telat mengetahui atas keinginan Keiko yang sudah bulat.

" Duìbùqǐ, bàba."

Lirih Keiko yang tengah menyeret koper dan akan berangkat ke Bandara International yang ada di China.

" Nǐ bùnéng zǒu." +

Dengan segala usaha ayahnya mencegah Keiko agar tidak benar pergi.

" Duìbùqǐ. Qǐng liú xiàlái.

 Nǐ kěyǐ xuǎnzé-" +

ucapan Ayahnya terpotong-- seiring radius yang menjauh membentang jarak mereka.

Dengan sedikit teriakan, ayah Keiko menyesali. +

"- Suǒ xū de xuǎnxiàng."

Lanjutnya.. Namun Keiko telah berhasil naik mobil dengan tujuan Chengdu International Airport. +

Ia tersenyum.. Kini beban dirinya telah hilang. Ia sedikit lega dengan kenyataan yang membuatnya terdesak untuk pergi.

"Yeah. +

+ we already know the cause, isn't it? I'll be okay." ucap Keiko memegang dadanya dengan tujuan memberikan semangat pada dirinya +

+ Sendiri.

Tentu hanya diri dia sendiri yang bisa memberi semangat kan?

Well.. The time will come. When everything has gone. +

+ Setibanya di Chengdu's International Airport, ia segera memesan tiket penerbangan ke Korea, dengan waktu penerbangan tak berjarak lama. +

Ia mengantri untuk menscan Visa dan juga Passportnya.

" Qiānzhèng hé hùzhào, xiǎojiě ?" ucap sang penjaga dengan ramah +

dan tegas di waktu yang bersamaan. " Wǒ de zhǔ ." timpal Keiko-- gadis bersurai hitam dengan manik mata yang sama seperti +

+ Surainya. Dengan senyuman, Keiko memberikan Visa dan Passport milik dirinya.

" Jiǎnchá . + [ visual ] http://t.co/xhsekaOpH6

- Xiǎngshòu nín de lǚxíng, xiǎojiě ."

Keiko hanya membalasnya dengan senyuman, senyumam yang sangat ramah. "Okay." lanjutnya +

+ menenangkan dirinya sendiri.

"Qǐng liú zài mùdì de. Zhè jià fēijī jiāng qǐfēi yī fēnzhōng." Keiko mempercepat +

+ langkahnya agar ia tidak terlambat tentunya. Dan untungnya waktu yang dimilik Keiko cukup, sehingga dirinya tidak terlambat. +

+ Kini.. Dirinya telah duduk di seat nomor 10-b. Dengan tujuan Korea-- Incheon International Airport +

+ Beberapa menit kemudian, pesawat dengan tujuan Korea lepas landas.

Keiko mulai menyambungkan headsetnya pada iPod +

+ berwarna putih dengan cover belakang berhias Panda.

Ia mulai duduk dengan tenang, sampai akhirnya saat ia membuka mata telah +

+ Sampai di Incheon's Airport.

"Eh ? Tā shēnshǒu ?" pekiknya bingung lalu keluar dari pesawat, melewati tanggan demi tangga. +

+ ia kembali mengantri jika ingin mendapatkan tasnya kembali.

"Gzz.." lirihnya sedikit mengantuk.

"Your bag, miss." ucap penjaga +

+ itu membuat Keiko sedikit terjaga. "Ah.. Ghamsa-yo"

Penjaga itu hanya tersenyum.

Tujuan selanjutnya ialah.. rumahnya. +

+ Berhubung.. dirinya sudah mengantuk berat. Keiko mempercepat langkahnya, mencari taxi terdekat.

Untungnya sudah ada station yang +

+ Menyediakan Taxi dengan tujuan beragam.

"Excuse Me. Ano.. bisakah kau antarkan aku ke Hanlim, paman?" tanya Keiko +

+ dengan sedikit membungkuk dan ramah. Tentu senyumannya terulaskan.

"Of Course." timpal paman yang + ( vis )

+ umurnya sepertinya sudah setengah abad. Atau lebih? Entahlah.

Kala paman itu berkata 'tentu', Keiko langsung masuk ke taxi nya +

+ "Where do you come from?" tanya paman itu. "can speak korea, right?"

"Ne.. From Sichuan, China." +

+ Paman itu mengangguk, sepertinya ia sudah biasa menerima pendatang dari chima.

"Oh.." timpalnya kemudian menganggukan +

+ kepalanya secara perlahan.

"Paman.. Aku masih bingung dengan transportasinya."

"Simpan kartu nama ini. Kapanpun kau -

- butuh paman akan membantu mu. Sebentar lagi kita sampai di tempat tujuan mu."

"Ah.. Mohon bantuannya." balasnya membungkukkan +

+ kepalanya sedikit.

10 menit kemudian...

Keiko sampai di tempat tujuannya. Yaitu-- Hanlim.

"Ini tempatnya." tukas paman itu. +

+ "Gamsahamnida!" balas Keiko dengan senyuman yang mengembang.