NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Tittle : Alter Ego
Cast : - Rae
- Bekun(Alter ego)
- Qisa
- Hansol
- Jung
- Sungmin
Narator : - Ray

Summary

Kami ini dua yang menjadi satu. Satu yang terdiri dari dua. Aku tak tega membiarkanmu mencintaiku, karena dengan begitu, kau harus bisa mencintai sisi jahatku. Dan sisi jahatku ini, sangat sulit untuk dicintai. Bukankah cinta juga sama? Aku selalu berpikir bahwa cinta hanyalah bentuk puitis dari obsesi dan keinginan untuk memiliki satu sama lain. Bukankah cinta sepasang dua sejoli yang saling menyukai satu sama lain? Aku selalu berfikir bahwa cinta harus saling memiliki, bukan tidak saling memiliki.

------------------------

Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Qisa sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada.
Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Berbanding terbalik dengan lelaki yang menyetir di sebelahnya tampak tenang. Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Qisa menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Sebuah dress rumahan sebatas lutut berwarna biru laut membalut tubuh putihnya dipadukan dengan sendal rumah berbulu biasa. Qisa tak membawa apapun hanya segenap harga dirinya dan secuil keberanian yang dia genggam erat dikala tangan kasar lelaki yg berkendara itu menariknya kedalam mobil mewah berwarna hitam dan membawanya ketempat sebesar istana ini. jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika ahkirnya mobil mereka berhenti, Qisa sempat ternganga, melihat rumah marmer putih bergaya gothic dan renaissance yang megah di depannya. Sepertinya kehadirannya sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Qisa mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga, karena begitu mereka sampai di pintu dibawah kanop dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk, dan seorang pelayan pria dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri disana.

"Miss Qisa?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Qisa bertanya -tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun. "Saya Hansol, kepala pelayan disini. Tuan Raesudah menunggu di ruang utama, mari saya antar," gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Qisa mengikutinya.

Sepanjang lorong itu Qisa terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini. Namun ada satu hal yang mengganjal rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Qisa selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah meskipun kagum, Qisa sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini. "Lewat sini Miss Qisa." Pelayan menunjukkan pintu sebuah ruangan yang besar membuat Qisa terpana sekali lagi. Saat kakinya tepat melangkah melewati pintu besar yg dibukakan oleh pelayan datar itu Qisa melihat seorang pria duduk membelakanginnya dengan kain satin hitam melejat ditubuhnya.
Lelaki itu tak memalingkan wajahnya barang sedikit pun.
"sungmin"
suara itu terdengar tegas mengisi seluruh ruangan membuat Qisa mengedarkan pandangannya dan menemukan sesosok pria bertubuh tegap dengan tatapan dingin berdiri dibelakangnya.
Menggumamkan kata tidak jelas. Dan semuanya menjadi gelap. Qisa tak mengingat apapun. Hanya gelap dan suara tawa kecil yg begitu menusuk. Qisa menggeliat ketika terbangun dari tidurnya. Dan langsung merasakan rasa tidak enak yang amat sangat. Tidak ada secuil pun ingatannya yang menjelaskan kenapa dia bisa berada disebuah ranjang didalam kamar megah bernuansa hitam. "Maafkan aku." Akhirnya lelaki itu bersuara, pekat, penuh
kepedihan. Membuat Qisa mengernyitkan dahinya. "Untuk
apa?" Ucapnya menatap sang lelaki yang berjalan menghampiri dirinya. Rae menghela napasnya dengan berat, dia lalu mengecup
kening Qisa lembut, dan mengelus pipinya, "Untuk semua
kekasaranku... ini... bekas-bekas ini... Oh Astaga, aku minta
maaf Qisa.." Qisa menatap Rae bingung, lalu dia menundukkan kepalanya dan menatap tubuhnya yang tadi di usap oleh Rae. Matanya membelalak, ada bekas-bekas ruam merah di tubuhnya, dan juga beberapa memar di lengan dan pahanya, mungkin akibat cengkeraman yang terlalu keras. Tetapi Qisa semalam tidak merasakannya, "Aku kasar dan melukaimu...kau memar-memar seperti ini."
Rae menarik Qisa ke dalam pelukannya, memeluknya
dengan erat, "Maafkan aku Qisa."Qisa membalas pelukan Rae, "Tidak apa-apa Rae, toh aku tidak menyadarinya semalam.""Maafkan aku menyebabkanmu harus mengalami ini." Lelaki
itu tampaknya tidak mendengar kata-kata Qisa. "Maafkan
aku."Qisa tertegun. Rae tampak merasa sangat bersalah karena melukainya.
"Aku tidak apa-apa Rae" Dan Rae terdiam. Tidak mengatakan apa-apa lagi.. "Kau brengsek." Rae menatap bayangan bekun (anggaplah alter egonya namanya bekun) di cermin. "Kau memperlakukannya dengan kasar"
Bekun (alter ego) mengangkat alisnya "aku sudah menunggu lama untuk memiliki Qisa, bukan salahku kalau aku terlalu senang dan sedikit melukainya." "Sedikit katamu?" Rae menggeram, mengernyit pahit ketika mengingat pemandangan tubuh Qisa tadi pagi. Hatinya langsung hancur, menyadari bahwa Qisa dilukai, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Seluruh tubuh Qisa memar dan merah penuh bekas kekasaran dan cengkeramanmu, "Brengsek!" Rae menggeram marah, tinjunya melayang ke arah kaca, menghancurkannya. Membuat bayangan Bekun terpecah menjadi kepingan kecil-kecil. Tetapi Bekun tidak terpengaruh. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak, menertawakan luapan emosi Rae
"Hati-hati Rae." Bekun bergumam di sela tawanya, "Kau tahu kalau kau marah, aku akan menguasai tubuh ini."

-----------------------

"Tuan melukai tangan Tuan begitu dalam." Hansol mencabut hati-hati serpihan kaca di jari Rae, setelah yakin tidak ada kaca lagi, dia membasuh luka Rae dengan alkohol dan antiseptic lalu membalut luka itu. "Anda tahu, anda harus menahan kemarahan anda."
"Aku tahu. Kalau aku marah atau tidak bisa mengendalikan emosi, aku akan lengah dan Bekun menjadi kuat." Rae mencoba menggerakkan tangannya yang diperban, lalu mengernyit ketika merasakan sakit, "Kemarin malam aku lengah... dan Bekun melukai Qisa."
"Anda tidak bisa menyalahkan diri anda. Kehadiran Qisa membuat tuan Bekun semakin kuat."
"Ya aku tahu. Seharusnya aku menjauhkan Qisa dari diriku... tapi aku.. aku mencintainya Hansol." Suara Rae menjadi tersiksa. "Aku tahu kalau dia berada dekat denganku, dia akan ada dalam bahaya... tetapi aku begitu egois tidak bisa jauh darinya. Apa yang harus kulakukan Hansol?"
Hansol mengamati tuannya dengan sedih. Dia juga tidak tahu. Tuannya ini telah menanggung penderitaan sejak lama karena
kehadiran Bekun yang begitu kejam di dalam dirinya. Tetapi mereka adalah satu kesatuan. Satu tubuh, dua kepribadian yang bertolak belakang. Tuan Rae sangat baik, sayangnya alter egonya... sangat jahat.
Rae menghela napas panjang, menatap Hansol dengan hati-hati lalu berucap misterius kepada Hansol "Lakukan apa yang harus kaulakukan pada saatnya nanti Hansol..."

-------------------------

Ketika Jung sedang mengamati rumah Rae di sudut yang tak terlihat, jendela kacanya diketuk. Dia menoleh dan mengernyitkan keningnya melihat sosok lelaki berpakaian rapi berdiri di sana. Diturunkannya kaca jendelanya.
"Ya? Ada apa?" Hansol. Lelaki itu tampak serius, dia melirik ke arah rumah mewah milik Rae dan menundukkan tubuhnya supaya jelas melihat Jung "Anda Jung wartawan investigasi yang saya tahu punya reputasi bagus. Maaf, saya menyelidiki anda sebelumnya." Hansol menghela napas panjang, "Saya adalah kepala pelayan di rumah Tuan Rae... saya punya informasi untuk anda. Tetapi sebagai gantinya saya ingin meminta tolong anda melakukan sesuatu." "Melakukan apa?", Jung langsung tertarik ketika mengetahui ada orang dalam yang ingin memberikan informasi. Hansol melirik ke kanan dan kiri, tampak tak nyaman berdiri di luar mobil Jugh, "Boleh saya masuk? Tidak aman bagi saya untuk berdiri di sini dan bercakap-cakap dengan anda."
Sejenak Jung ragu. Dia menatap Hansol lagi, tetapi kemudian menyimpulkan bahwa lelaki itu adalah lelaki baik-baik. Dia membuka kunci pintu mobilnya. Bunyi 'klik' terdengar dan Hansol melangkah masuk ke dalam mobil, dan duduk di sebelah Jung. "Sekarang bagaimana?", tanya Jung kemudian. "Mohon jalankan mobil anda menjauh dari rumah ini. Saya
akan menjelaskan semuanya kepada anda di perjalanan."
Hansol tidak menjelaskan semuanya kepada Jung, informasi
yang diberikannya kepada Jung hanyalah kebohongan yang bisa
memberikan alasan kepada Jung untuk membantunya. Tuan Rae telah menyuruhnya mencari orang yang dipercaya
untuk membawa Qisa kabur kalau tiba waktunya Bekun
menguasai tubuhnya. Dia harus menyelamatkan qisa dari
Bekun. Tetapi Tuan Rae melarangnya memberitahukan
semua rencananya kepadanya. Hansol harus merencanakan
semuanya sendiri, dan menjaga jangan sampai Tuan Rae
tahu, karena kalau Tuan Rae tahu, Bekun kemungkinan
besar juga tahu.Rencana ini mengancam nyawanya, Hansol tahu itu. Tetapi
dia tidak peduli. Sekarang tinggal meyakinkan Jung untuk membantunya. "Nyonya Qisa terjebak di rumah Tuan Rae, dia menahannya. Karena Tuan Rae ingin menjadikan Nyonya Qisa sebagai pengganti istrinya." Hansol menyelesaikan kebohongannya,
"Saya meminta bantuan anda untuk membantu nyonya Qisa melarikan diri, Karena saya tidak bisa melakukannya, Tuan Rae pasti akan bisa melacak saya. Bawa nyonya Qisa menjauh dari rumah ini. Dari kota ini kalau perlu. Saya tahu anda mempunyai banyak koneksi yang bisa membantu anda, dan anda bisa pergi kemana saja tanpa ketahuan, karena itulah saya meminta bantuan anda untuk membantu nyonya Qisa kabur ke luar negeri kalau perlu.""Lalu aku dapat untung apa?" Jung mengernyit, mulai merasa bingung atas kesepakatan ini.lalu Lelaki itu (Hansol) mengeluarkan amplop cokelat yang besar dan tebal dari dalam jasnya. "Saya tidak bisa menggunakan cek atau rekening bank karena itu akan terlacak, jadi maafkan saya menggunakan uang tunai. Ini uang untuk proses membantu nyonya Qisa melarikan diri. Semoga cukup." Hansol meletakkan amplop itu di dekat perseneling di antara kedua kursi.
Koneksi Jung memang banyak dan pekerjaan ini tampaknya mudah, dia tinggal meminta bantuan teman-temannya untuk menyembunyikan Qisa dan kemudian membantunya kabur keluar negeri, itu gampang. Apalagi amplop cokelat itu tampaknya sangat tebal, uang akan memuluskan segalanya...
Jung membatin sambil melirik amplop cokelat itu. Tapi Hansol tampak begitu ketakutan seakan kabur dari Rae adalah hal yang sangat sulit, "Apakah Rae sebegitu hebatnya?" jung bertanya.Dan Hansol mengangguk tanpa ragu. "Dia sangat hebat. Anda harus sangat berhati-hati. Kalau menginginkan sesuatu dia akan mengejarnya sampai dapat. Saya mohon lindungi nyonya Qisa sampai dia bisa kabur, setelah berhasil Orang kepercayaan saya akan mengirimkannya (uang) kepada anda segera setelah anda berhasil menyelamatkannya."Hansol mengisyaratkan Jung untuk menepi dan lelaki itu melakukannya, dia meminggirkan mobilnya di tepi trotoar dekat kawasan perdagangan, Hansol tersenyum kepada Jung, mengulurkan tangan dan Jung menjabatnya, "Terima kasih atas kerjasama anda Jung. Nanti kalau ternyata terjadi sesuatu kepada saya sehingga saya tidak bisa bertemu anda lagi, anda tahu betapa saya menghargai bantuan anda."Lalu lelaki itu keluar mobil dan melangkah pergi. Jung memandang sampai Hansol menghilang di keramaian. Dahinya mengernyit ketika dia melirik amplop cokelat itu. Diambilnya, dan diintipnya. Semuanya dalam dolar amerika. Dan mengingat banyaknya tumpukan di dalamnya, jumlahnya mungkin ada puluhan ribu dolar.

---------------------

Rae merasakannya. Dia sudah tidak mampu menahannya. Bekun begitu kuat, mendesak untuk menguasai tubuhnya.bekun sudah sekuat tenaga menahannya. Dia tidak mau qisa menghadapi sosoknya yang mengerikan ini. Sosok kejam bekun. qisa pasti akan langsung membencinya.
Jauh di dalam sana bekun tertawa mengejek. "Kau bodoh karena terperangkap perasaan rae, cinta hanya akan memberatimu. Sekarang kau makin lemah karena kau jatuh cinta." Bekun terus mengejek rae
"Diam kau!" rae mencoba menghilangkan bisikan-bisikan bekun di dalam sana. "Aku tidak akan membiarkan kau menyakiti qisa lagi !! ." Jerit Rae
"qisa milikku." bekun mengucapkannya dengan yakin seakan itu sebuah kebenaran absolut. "Kau tidak akan bisa menyingkirkannya dariku rae, apapun rencanamu, aku akan mendapatkannya. Aku tahu kau sedang merencanakan sesuatu dibantu oleh si dingin hansol" Bekun terkekeh "kalian tidak akan berhasil. Qisa akan menjadi milikku."lalu dia tertawa "Dia mencintaiku. Bukan dirimu." Akhirnya rae menggeram marah.
"Aku tidak membutuhkan cinta dari qisa, silahkan. Miliki saja cintanya. Aku hanya membutuhnya menjadi istriku dan jatuh dibawah kuasaku sampai dia memohon belas kasih dikakiku" bekun terkekeh lagi , "Kau gila!" Rae menggerutu . "Itu sudah bukan rahasia rae..." bekun tersenyum kejam. "Kegilaanku, dan hasrat ingin membunuh ini sebenarnya milikmu juga. Apa kau sudah lupa? Kita ini satu yg terdiri dari dua, dua yang menyatu" Rae mengernyit, merasakan kepalanya berdentam-dentam. "Kau yang melakukan semua kejahatan keji itu. Bukan aku, dasar Iblis!"
"Aku melakukannya dengan tanganmu, rae. Ingat itu. Kita ini dua yang menjadi satu. Satu yang terdiri dari dua." Bekun tertawa. Dan saat itulah rae merasakan semuanya menjadi gelap. Ia berusaha menggapai dan menahan, tetapi bekun terlalu kuat dan mendesaknya hingga dia menyerah."Qisa.." Nama itu terucap di bibirnya sebelum kesadarannya hilang...

-------------------------------

Qisa hendak melangkah dan mengetuk pintu ruang kerja rae ketika dia berpapasan dengan hansol. Lelaki itu mengenakan baju biasa, bukan seragam pelayannya. Tampaknya dia baru pulang dari berpergian. "nyonya qisa..." hansol membungkukkan badannya dengan sopan. "Apa kabar. Kenapa anda sendirian? biasanya Tuan rae menemani anda siang-siang begini?" Qisa melirik ke arah ruang kerja rae, kemudian menatap hansol dengan bingung. "Itulah yang ingin kutanyakan hansol, rae mengurung dirinya sejak tadi di ruang kerjanya, apakah mungkin dia sakit? Tangannya tadi terluka dan aku mencemaskannya."
"nyonya qisa." hansol berbisik lirih, memandang cemas ke arah pintu ruang kerja tuannya lagi, "Kalau boleh saya ingin berbicara dengan anda. Penting." Qisa mengernyitkan dahinya. "Tentang apa hansol?"
"Silahkan anda ikut saya." hansol mengajak qisa ke arah dapur. Di sana ada ruang bawah tanah untuk menyimpan persediaan anggur. Lebih aman di bawah sana, karena Tuan rae dan bekun hampir tidak pernah ke area dapur. Hansol menceritakan semuanya tetang Rae dan Alter Egonya yang bernama bekun
Mata qisa membelalak kaget. Wajahnya pucat pasi. "Kepribadian ganda? Apakah kau serius hansol? "Hansol sudah tidak mampu mempertahankan ekspresi datarnya.
"Anda tentunya menyadari bahwa kadang-kadang Tuan rae tampak begitu berbeda. Alter egonya...Tuan bekun sangat kejam dan dia membawa aura menakutkan itu ke sekelilingnya." "Tuan bekun terobsesi kepada anda. Anda tahu. Begitu
Ayah anda meninggal, ketika anda berumur delapan tahun. Dan entah apa yang anda lakukan, anda membuat Tuan bekun terobsesi kepada anda sejak saat itu." "Saya mungkin menyakiti anda dengan apa yang akan saya katakan kepada anda." hansol menatap qisa sungguh-sungguh. "Tetapi saya mohon, setelah anda tahu, jangan anda membenci Tuan rae, dia sudah berusaha mencegahnya, tetapi kadang-kadang Tuan bekun terlalu kuat.." Jantung qisa berdebar, entah kenapa. "Mengetahui tentang apa?" "Bahwa Tuan bekunlah yang bertanggung jawab atas kematian seluruh keluarga anda, kakek nenek anda, ayah anda serta ibu anda" "Kenapa rae mengurung diri di ruang kerjanya?" qisa menyadari firasat buruk itu.
hansol menghela napas panjang, "Karena Tuan bekun makin kuat dari hari ke hari... dia..bisa saja bangkit dan mendesak Tuan rae... Tuan rae meminta saya mempersiapkan kalau ini semua terjadi." Qisa gemetar. Dia takut, dia telah mendengar kisah kekejaman bekun. Dan sekarang dia hanya bergantung pada kekuatan rae. Bagaimana kalau rae kalah dan bekun menguasainya? "Saya merencanakan pelarian anda. Seharusnya tidak secepat ini. Tetapi sepertinya kita harus bergerak cepat. Malam ini anda harus bersiap-siap." hansol bergumam dengan gelisah.
qisa menyadari hansol gemetar. Lelaki itu ketakutan. Sama seperti dirinya. Takut kepada bekun yang mengerikan. Begitu qisa pergi, hansol langsung menelepon jungie, dia sudah menyimpan nomor itu dari hasil penyelidikannya.
"Halo?"
"Ini hansol."
"Well, hansol, uang yang ada di amplop ini banyak sekali..." "Anda akan membutuhkannya nanti. Malam ini saya membutuhkan anda untuk bersembunyi di sudut dekat pagar rumah Tuan rae.Saya akan menyelundupkan nyonya qisa keluar malam ini." "Malam ini?" jungie merenung, tidak menyangka mereka akan menjalankan rencana ini secepat itu. Dia belum menyiapkan segalanya. Tetapi mungkin dia bisa menaruh qisa di apartemennya dulu. Atau di hotel dan menyamarkannya.

--------------------------

"Keadaan menjadi gawat." hansol berbicara pelan dan waspada dengan keadaan sekelilingnya, "Saya harap anda siap di posisi. Tepat jam dua belas malam."
"Oke. Aku akan siap."
Malam itu qisa sudah berpakaian lengkap dia menyiapkan sedikit bawaannya. sweater dan pakaian paling sederhana yang dia bawa, dan sepasang sepatu datar yang paling tidak mencolok. Sisanya, kemeja dan segala perlengkapannya yang dibelikan oleh rae untuknya, dia tinggalkan tergantung di atas lemari. Malam ini adalah malam pelariannya.
qisa merasa sangat gugup. Gugup dan takut. Takut rencana hansol gagal. Takut dia harus bertahan di rumah ini, bersama bekun yang telah mengalahkan rae. Ketukan di pintunya begitu pelan, tetapi dalam keheningan itu membuat qisa melonjak kaget. Dia termangu sejenak. Itu hansol? Atau rae?
Dengan hati-hati dia membuka kunci pintu, berdoa supaya hansol yang ada di depan pintunya. Dan syukurlah doanya dikabulkan. hansol yang ada di sana, membawa bungkusan warna hitam.
"Pakailah baju ini. Cepat." Suaranya berbisik pelan, penuh kehati-hatian. Qisa masuk kembali ke kamar dan buru-buru mengenakan pakaian itu. Itu pakaian pelayan pria. qisa mengikat rambutnya dengan karet yang disediakan, lalu memasukkan rambutnya ke dalam jaket pelayannya. Sekilas dia melirik ke kaca. Penampilannya mirip seperti anak lelaki yang masih remaja. Hansol sangat gugup, dibalik sikapnya yang tenang, qisa melihatnya berkeringat, padahal malam ini sangat dingin.
Lelaki itu mengajak qisa berhati-hati berjalan-jalan menuju ke arah pintu samping. Mereka berdiri di sana dan hansol membuka grendel pintu samping itu. Dan dalam sekejap pintu itu terbuka. "Lari..." hansol berbisik, "Ada mobil yang menunggu anda di ujung sana. Dia orang baik. Dia akan menjaga anda. Ini uang untuk pegangan anda, ini dari tabungan investasi Tuan rae atas sebuah peternakan yang diberikan kepada saya. Saya sudah menyiapkan uang itu untuk anda, saya harap uang itu cukup." hansol meletakkan amplop tebal berisi uang ke tangan qisa. "Anda sendiri... bagaimana dengan anda?" qisa kaget, tidak menyangka bahwa hansol tidak akan ikut lari bersamanya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya dan menatap qisa dengan menyesal, "Saya tidak bisa ikut bersama anda. Saya akan memperlambat anda. Dan Tuan Rae akan bisa melacak saya." Dia menatap qisa dengan sedih, "Lari. Dan berhati-hatilah." qisa menatap hansol dengan mata berkaca-kaca, 'Terima kasih." Dia berbisik pelan, lalu membalikkan badan. Berlari dan tidak menoleh ke belakang lagi.
Setelah mengantar kepergian qisa, hansol kembali masuk ke dalam rumah mewah milik Rae. Tidak lupa ia mengunci pintu itu kembali agar tuan Rae, lebih tepatnya tuan Bekun tidak curiga.
Sementara itu,Qisa sudah berada di dalam mobil bersama jungie, "selamat malam nyonya qisa" sapa jungi dan langsung mejukan mobilnya ke appartement nya.

-----------------------------

Hansol menghela nafas panjang sebelum suara itu mengagetkannya dan cukup mengguncang kesadarannya "apa yang kau lakukan di malam seperti ini, Hansol" suara itu, Suara dingin khas Tuan Bekun. Ia tidak menyangka, tuan Rae, sepertinya sudah dikuasai oleh Tuan Bekun dan keluar dari ruang kerjanya secepat itu. Hansol terdiam, rasanya seluruh sandi sandi di dalam tubuhnya melemas kala mendapat pertanyaan dengan tatapan mata yang sangat dingin. "aku bertanya, kenapa hanya diam saja?" ujar rae mulai jengah "darimana kau di malam dingin seperti ini? Dan, tolong panggilkan Qisa untukku" perintahnya penuh penekanan, perintah tuan Bekun itu mutlak, jika kau masih menyayangi nyawamu kau harus melakukan segala perintahnya "a-aku, aku habis memeriksa pintu apakah sudah terkunci atau belum. Dan- dan nyonya Qisa... A-aku akan memanggilkannya untuk Tuan" ujarnya berusaha tenang, namun tetap saja, kegugupan itu tidak bisa di tahannya. Badannya yang sedikit gemetar dan cara bicaranya yang gugup cukup menyadarkan bekun akan sesuatu.
Dengan sikap yang berusaha tenang, Hansol membungkukkan badannya sopan sebelum melangkah melewati tuan Rae. Baru saja kaki jenjang Hansol ingin melangkah naik, suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih dingin dan penuh penekanan "apakah kau berhasil merencanakan perintah Rae bodoh itu?" Bekun kali ini tertawa menggelegar, membuat Hansol mengeratkan genggamannya pada pegangangan tangga.
Kali ini Bekun berjalan mendekati Hansol. Ia berjalan angkuh, terlihat bagaimana gaya seorang bangsawan ditanamkan dalam dirinya "apa kau berhasil membawa wanita itu pergi? MEMBAWA QISA KU PERGI DARI GENGGAMANKU?!" suara teriakan bekun menggelegar di dalam rumah mewah ini. Belum sempat hansol membalikkan badannya, sebuah tangan berhasil menarik kerah bajunya dan membantingnya kebawah. Menghasilkan suara debuman yang keras dan suara rintihan dari Hansol. Mata Hansol berkunang karena kerasnya Hantaman kepalanya dengan lantai. Tapi, ia masih bisa melihatnya, tatapan rae padanya, bukan lagi tatapan rae yang biasa lelaki itu tunjukkan kepadanya. Tatapan bengis, dendam, dan rasa ingin membunuh, ini tatapan sang sisi Jahat, Tuan Bekun.

------------------------

Hansol tidak tahu, bagaimana bentuk tubuh dan wajahnya sekarang. Dari setengah jam yang lalu, tuan Bekunnya belum juga puas menyiksanya. Kakinya telah mati rasa, seluruh tubuhnya berdenyut sakit, terutama di bagian kepalanya "kau berhak mati, tidak kau wajib mati karena telah mengacaukan rencanaku!" dengan sigap Bekun mengambil pisau yang selalu ia siapkan di saku celananya, sebelum ia menusukkan pisau ke tubuh hansol, tiba tiba suara dingin lainnya memanggil namanya "Tuan Rae" Rae terdiam, dengan tangan masih menggantung di atas tubuh hansol yang sedang berusaha mempertahankan kesadarannya
Sungmin berjalan mendekati Rae dan Hansol. Sungguh ia terlalu iba melihat temannya itu merenggang nyawa. Hanya satu tujuan hidup mereka, menjaga tuan Rae dari segala bahaya. Tapi, temannya satu ini lebih mempunyai hati darinya, setidaknya Hansol masih bisa menyelamatkan 1 nyawa yang akan melayang akibat tuan bekun, tidak seperti dirinya, yang dengan gelap hati menjalankan semua perintah membunuh dari tuan Bekun "Biarkan dia hidup tuan" sungmin berusaha mencari alasan untuk menyelamatkan Hansol."kenapa aku harus membiarkannya? Oh! Apa kau juga bersekongkol dengannya" jawab rae sambil beranjak meninggalkan tubuh yang sudah kehilangan kesadaran itu. Bekun menatap sungmin dengan tatapan dinginnya "Setidaknya..." sungmin menggantungkan kalimatnya, berusaha meyakinkan dirinya akan alasannya "setidaknya ia bisa menjadi sumber informasi kita dimana keberadaan nyonya Qisa. Jika ia mati, saya tidak yakin Tuan dapat menemukan nyonya Qisa dengan mudah karena saya yakin Hansol telah membawanya menjauh dari tempat ini" sungmin berbicara dengan lancar dan tetap mempertahankan suara dinginnya. Bekun tampak berfikir sebelum ia menjatuhkan pisaunya kelantai dengan sembarang "Urus dia, pastikan ia tidak mati sebelum aku mendapatkan informasi darinya" ujar Bekun sambil melalui tubuh Sungmin yang sedang membungkuk hormat untuknya. Sungmin dengan cekatan segera membopong tubuh Hansol yang mengeluarkan banyak darah "seharusnya kau lebih hati hati, Hansol" ujar sungmin, cukup pelan namun tersirat rasa penyesalan di dalamnya. Sungmin membawa hansol ke dalam mobil dan melajukan mobilnya cepat menuju rumah sakit.

-------------------------

Disisi lain qisa sampai di appartemen jungie ,jungie terus memperhatikan Qisa dan amplop coklat yang dibawanya. Diapun berfikir "mungkin aku bisa mendapat uang lebih banyak lagi dari tuan rae" ucapnya dalam hati.
"Hmm, nyonya qisa anda bisa menunggu dulu disini saya akan mengurus visa dan tiket untuk keberangkatan anda besok pagi". Qisa hanya mengangguk mengiyakan. jungie pun pergi keluar dari appartement nya dia melajukan mobilnya kembali ke rumah tuan rae.

–––––––––––——––––

Sesampainya di rumah Rae, Jungie disambut oleh Sungmin. Ya, Sungmin adalah tangan kanan tuan Rae atau lebih tepatnya Asisten Pribadi tuan Rae Yang berparas dingin. "Ada perlu apa anda kesini" tanya sungmin datar "bertemu tuan rae".sungmin kaget "untuk apa anda bertemu tuan rae, anda akan dapat masalah"sungmin menciba menjelaskan dan akhirnya Jungie pun mencoba segala cara untuk apa dia mau bertemu Rae. Rae yang sedang duduk di ujung sana memperhatikan gerak gerik mereka dengan tatapan tajam. Dan terlihat sungmin mendekati rae tuannya, lalu berbisik "perempuan itu mengetahui keberadaan nyonya qisa". Mendengar itu rae pun mengeluarkan smirk mematikannya. "Haha, suruh dia kesini" sungmin mengangguk dan menyuruh Jungie mendekat. jungie pun duduk disebelah rae dan dia Memberitahu semua rencana hansol yang ingin menyembunyikan qisa. Ada rasa sedikit takut di batin jungie sehingga ia berkata "kalau anda ingin tahu keberandaan nyonya qisa anda harus..." Jungie memotong perkataannya sejenak dan melihat ke arah rae "anda harus memberiku uang lebih banyak dan anda harus menjadi milikku, jadikan aku pengganti nyonya qisa"
Rae melirik kearah sungmin sejenak, sungmin pun tau apa yang akan dilakukan tuannya dan sungmin terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. Rae pun mendekatin jungie dan merangkul pundaknya.jungie memperhatikan wajah rae."ternyata dia sangat tampan". Ucapnya dalam hati.jungie pun mengalungkan tangannya di leher rae,dan mereka Berciuman. Disela sela ciuman mereka jungie mengatakan secara rinci dimana keberadaan Qisa. Sungmin yang melihat nya pun terkekeh pelan "bodoh". Ucapnya pelan lalu mengeluarkan smirk ya.
Setelah selesai mengatakan alamatnya, rae berkata "hmm,jadi dia disana?haha biar saja" rae mencium jungie lagi, jungie mengira tuan rae sudah menyukainya. Tanpa diketahui jungie, rae mengeluarkan pisau yang selalu dia bawa di saku celananya, rae memukul perut jungie, jungie tersentak dan rae pun memainkan pisau di leher jungie, jungie ketakutan. "Kamu fikir aku sudi memiliki orang yang jelas jelas penghianat dan membantu pelayan sialan itu?cih!" Ucap rae lalu menusuk perut jungie dengan pisau yang dia pegang tadi dan menyayat perutnya. "Urus dia". Titah rae ke sungmin dan rae pun langsung pergi ke alamat yang di beritahu jungie kepadanya tadi,dia masih ingat betul apa yang dikatakan jungie tadi.

-----------------------------

Qisa duduk di tepi ranjangnya sambil menatap foto keluarganya dengan raut wajah sedih.
"Ayah.. Ibu.." Gumamnya pelan dan memeluk foto berbingkai itu. Ia menitikan air matanya merasa begitu kehilangan. Begitu pahit mengetahui bahwa Alter Ego kekasihnya lah yang menghabisi semua keluarganya.

Tok Tok Tok..
Terdengar ketukan di balik pintu membuat Qisa tersentak kaget.
Tok Tok Tok Tok Tok Tok
Ketukan itu semakin kencang. Mungkin itu Jungie, pikir Qisa maka ia membuka pintu itu.

"Oh sayang, ternyata disini kau berada."
"Rae?" Qisa menatap lelaki di depan kamarnya dengan tatapan tak percaya.
Raut wajah rae berubah menjadi marah lalu ia menjambak rambut Qisa, mendorongnya masuk ke dalam.
"Bodoh! Kau pikir kau bisa jauh dariku?! Kau ini milikku!" Lalu Rae menamparnya keras.
Qisa terjatuh sambil memegang pipinya yang menjadi merah karena tamparan Rae.
"Bekun.." Yang dipanggil lalu bekun pun tertawa keras.
"Hahaha.. baru sadar jika ini aku?"
"Kau.." Qisa bangkit. Ia mengambil sebuah vas di balik badannya. "telah membunuh orang tuaku!" Qisa memukul kepala rae dengan vas itu hingga pecah.
Rae menundukkan kepalanya sejenak lalu tertawa.
Ia mengeluarkan pisau dari sakunya, "Aku kecewa padamu. mati saja kau, jalang." Ia menebas pisaunya mengenai pipi Qisa hingga pipinya berdarah.
Qisa memegang pipinya yang berdarah. Ia mulai takut, tapi ia melawan Bekun . Qisa melemparkan apapun di dekatnya ke arah Bekun. Lalu Ia ke dapur dan mengambil pisau juga.
Ia menebasnya sembarang hingga mengenai tangan Rae.
"Pergilah kau, iblis!" Qisa menusuk-nusukkannya sembarang dan nyaris mengenai badan Rae. "Kau telah merebut segalanya. Kau telah membunuh orang tuaku, kau telah membunuh keluarga besarku, dan sekarang Rae! Kenapa kau tidak bunuh saja aku?Hah!!!!" Teriak Qisa sambil berjalan mundur kembali ke ruang tamu hingga tak sengaja ia terjatuh ke sofa.

Rae lalu menindih Qisa.
Dan sedikit menyerang qisa
"Matilah kau!" Seru Qisa yang akan menusukkan pisaunya ke leher rae, tapi ia berhenti.
Rae berhenti menyerang dan tiba-tiba menatap Qisa dengan mata berkaca-kaca.
"Sayangku..." Ucap Rae pelan. Qisa menatapnya tak percaya. Ia tak dapat berkata-kata, apakah Rae telah kembali? "Kau telah berhasil mengalahkan Bekun berkat cintamu." pisaunya yang di pegang rae terjatug dari tangan Nya dan Rae mengelus pipi Qisa.
"Rae.." Ucap qisa dan qisa mulai mengeluarkan airmatanya
"Maafkan aku karena aku telah merenggut semuanya darimu.." "Dan terima kasih.." Rae mengambil tangan Qisa yang masih memegang pisau lalu mengarahkan pisau itu menusuk lehernya. Semuanya terjadi dengan cepat.
Qisa membulatkan matanya ketika tubuh Rae jatuh di atasnya.
"Rae!!!" Qisa tak bisa mengangkat tubuh Rae, ia hanya memeluk Rae sambil tetap menangis. "Rae rae rae aku mohon jangan pergi!!"
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.