Notes

Menyelami Jenang Ketan, Makanan Utama Hajatan
Seluruh kawasan di Indonesia tentu saja mempunyai makanan tertentu tradisional, salah-satunya Jenang Ketan Asli Jawa. Bahkan keberadaannya juga meski sekedar persembahan, namun pula sarat mau makna yang dalam. Pengantar sudah tidak asing lagi di telinga orang Jawa dimana keberadaannya sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha.

Karena jenang yang memiliki tidak sedikit makna maka kehadirannya kerap dijumpai pada acara religiositas atau pesta tertentu. Nah, penasaran tak apa aja maknanya? Ayo simak penjelasannya berikut ini.

Mula-mula, sejarah memukau jenang. Jenang menjadi target khas daripada Jawa yang sudah ditemui sejak kala ke 4 Masehi sebelum agama Hindu dibawa ke Jawa. Makanan manis berikut dibuat daripada campuran tapung ketan dan tepung beras yang dicampur dengan santan dan gula Jawa alias gula ramal.

Jenang tampak karena memilikinya kreasi warga setempat dalam disajikan di acara-acara khusus. Misalnya adalah selamatan tujuh bulanan ibu hamil, perhelatan pernikahan, dan berbagai upacara keagamaan unik. Acara mereka sampai sekarang pula biar masih menampilkan jenang di dalam suguhannya.

Kedua, filosofi pengantar. Jenang tak hanya sekadar sebuah persembahan, namun menyimpan berbagai representasi yang sarat akan makna. Hal ini sudah dipercaya sejak zaman walisongo di masa silam. Simbol mereka penuh dengan makna sebagai pengingat lawan nilai-nilai religius masyarakat Jawa ataupun tuntunan kehidupan mudah-mudahan mengingat kuasa-Nya.

Jenang sangat identik serupa simbol sebutan rasa syukur untuk Yang mahakuasa. Selain itu jenang juga dapat melambangkan persatuan, ciri, semangat, serta harapan atas masyarakat Jawa. Namun jenang sendiri masing-masingnya memiliki makna yang berbeda-beda untuk masing-masing jenisnya, berdasar pada umum ada 17 jenis.

Ketiga, beragam jenis wajik. Salah satu macam jenang yang populer yakni Jenang Ketan Asli Jawa Tengah yang keberadaannya sering disajikan pada hajatan akad nikah. Jenang tersebut terbuat dari jalinan antara tepung ketan & beras secara gula ahmar dan santan, biasanya ditambahkan wijen sebagai penambah rasa.

Selain itu, terdapat juga jenang sumsum yang dibuat dari adonan beras putih dan beras ketan suci. Warna wajik yang murni ini dipercaya sebagai sinyal untuk tarikh yang terang dan kesejahteraan. Jenang berikut juga sering kali dijumpai dalam daftar pernikahan.

Wajik procotan pun tidak rontok populer, yang mana keberadaannya kerap dijumpai pada acara tujuh bulanan ataupun selamatan embuk hamil yang lain. Jenang tersebut dipercaya sederajat simbol bagi keselamatan ibu hamil & jabang bayinya sekaligus dalam kelancaran selama masa kehamilan dan proses membangun nantinya.

Kemudian juga terdapat jenang kakak yang sedarah dengan jenang sumsum namun diberi sambungan gula warna merah dan toping parutan kelapa. Jenang ini biasanya dijumpai pada acara penyambutan urusan baru tahun Jawa sebagai ucapan rasa syukur. Masih banyak spesies jenang lainnya seperti taming, Dodol Jenang Ketan Asli Jawa , ngangrang, lahan, gerendul, lemu, katul, koloh, dan lain-lain.

Keempat, ada pada sejarah terbelakang. Kitab terlambat Sera Tatacara oleh Nyai Padmasusastra tahunu 1893 membincangkan secara nyata mengenai pembantu ini. Bahkan isi daripada kitab ini merupakan dokumentasi dari macam jenang, bakal baku, dan penyajian jenang untuk kegiatan tradisi bangsa. Bahkan keberadaan jenang tidak akan pernah tampak di dalam acara kematian pokok jenang adalah simbol untuk kehidupan.

Pembantu sampai saat ini masih sangat mudah dijumpai dalam variasi acara ataupun sebagai oleh-oleh, salah satunya Jenang Ketan Wijen Asli Jawa Tengah. Rasanya belum sah jika menjelang ke Jawa Tengah namun tidak menuntun oleh-oleh pengantar untuk diboyong pulang.
Read More: https://s.lazada.co.id/s.SziEO