NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Kevin menaruh tasnya dikursi. Kelasnya sudah ramai. Beberapa anak terlihat sedang menyalin tugas temannya. Yang lain terlihat sedang asik dengan laptopnya di pojok kelas. Ada lagi yang sibuk mengobrol.

Kevin hanya menghela nafasnya. Pusing. Itu yang ia rasakan sekarang. Dalam hati ia merutuk karna tugas dari gurunya yang menumpuk membuat dia tak bisa tidur tenang beberapa hari ini. Dengan malas ia menghempaskan tubuhnya ke kursi. Memejamkan mata untuk sedikit menghilangkan pening.

"Lo kenapa Kev?" Suara dari sampingnya membuat Kevin terlonjak.

"Sial. Hampir copot jantung gue," Kevin mendelik kesal pada Reus. Teman sebangkunya yang dengan semena-mena mengganggu istirahatnya.

Reus yang mendapat pelototan tajam dari Kevin hanya meringis. "PR Bio. Udah belom?" Tanya Reus sambil terus meringis.

"Kupret. Gue ngerjain sampe puyeng lo tinggal nyalin. Ambil di tas," Kevin menjawab Reus dengan kesal.

"Kalo ngomel tuh gak ngebolehin. Ini ngebolehin tapi ngomel," ejek Reus sambil mengambil buku Biologi dari dalam tas Kevin. Tak digubrisnya ejekan Reus. Tak lama, Reus sudah sibuk dengan tugasnya. Membiarkan Kevin yang tertidur dengan tangan dan jaket sebagai bantal.

Bel masuk berbunyi. Wali kelas mereka sekaligus guru Kimia, pelajaran pertama hari itu masuk diikuti seorang gadis berambut panjang. Semua murid kelas itu menatap sang gadis penasaran. Menurut guru mereka, gadis ini murid baru yang bergabung di kelas X-C.

"Nama ku Taylor. Salam kenal," ujar gadis itu sambil tersenyum dan balas menatap teman sekelasnya yang baru.

Tidak. Tidak semua murid kelas itu menatap dirinya. Salah satu murid di kelas itu malah sibuk dengan dunia mimpinya. Tak memperdulikan senggolan dari teman sebangkunya yang mendarat berkali-kali di tulang rusuknya.

“BODOH! BANGUN!” merasa kesal, akhirnya Reus memukul belakang kepala Kevin dengan agak keras. Membuat sang empunya kepala terbangun kaget sambil berteriak kesakitan.

“LO MAU BUNUH GUE?!” seru Kevin tanpa sadar.

Seketika itu juga seluruh penghuni kelas X-C menolehkan kepalanya kearah Kevin dan Reus. Ditambah dengan tatapan tajam wali kelas mereka, keduanya hanya bisa meringis dan menundukan kepala. Teman-teman dan gurunya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Kevin dan Reus. Sedangkan sepasang mata yang lain memperhatikan Kevin dengan pandangan bertanya. Senyum kecil terulas di bibirnya.



***



Kevin menatap malas teman sekelasnya yang ribut sambil membawa-bawa coklat dalam bungkusan pink yang sesungguhnya, sedikit membuat matanya sakit. Yang benar aja. Ini masih pagi. Kenapa cewek-cewek ribet banget sih. Gerutunya dalam hati. Benar. Hari ini tanggal 14 Februari yang membuat siswi sekolahnya membawa-bawa coklat kemana pun merejeka pergi. Berharap dapat berpapasan dengan gebetannya dan dapat memberikan coklat. Sambil menggelengkan kepalanya jengah, Kevin mencari buku tulisnya yang tertinggal di dalam laci.


Plukk


Sebuah benda terjatuh dari dalam laci mejanya. Membuat Kevin melirik kebawah. Ia mengerutkan keningnya heran saat melihat benda itu. Dari bentuknya, Kevin menduga itu coklat. Terbungkus dengan kertas berwarna biru muda yang sederhana. Di belakangnya tertempel secarik kertas.

Happy Valentine, Kevin.

Tulisan yang tertera di kertas itu semakin membuatnya mengerutkan kening. Dibukanya bungkusan berwarna biru muda itu tanpa merusak pesannya. Benar ini coklat. Tapi siapa yang memberikan coklat ini?

“Cie dapet coklat. Dari siapa tuh?” suara Reus lagi-lagi mengejutkan Kevin. Sekila diliriknya Reus yang sedang sibuk memakan coklat.

Pasti dari Dara. Batin Kevin kemudian kembali asik mengamati coklat di tangannya. Mungkin saja nama pengirimnya tertulis di satu tempat tanpa ia sadari.

“Dari siapa woy?!” suara Reus yang kali ini benar-benar dekat dengan kupingnya membuat Kevin menoleh seketika dan mendorng wajah Reus kesal.

“MAHO LO! Kaga tau gue ini dari siapa. Gak ada namanya.” Ujar Kevin malas kemudian meletakkan coklat yang ia dapat di atas meja.

Reus mengambil coklat milik Kevin dan memperhatikannya. “Asek temen gue punya secret admirer,” ledek Reus sembari kembali meletakkan coklat Kevin di meja. Kevin hanya mengangkat bahunya kemudian memasukan coklat tersebut berserta bungkusnya ke dalam tas.



***



Satu bulan sejak coklat misterius yang ditaruh di dalam laci meja kelasnya. Sekarang, laci meja belajar Kevin dipenuhi dengan kertas warna-warni yang selalu ia temukan di dalam laci meja kelasnya di pagi hari. Isi kertas itu beragam. Sesekali si pengirim membuat puisi aneh untuk Kevin. Lain waktu ia menaruh banyak burung-burung kertas. Pernah pula ia menaruh sebuah novel komedi saat Kevin sedang suntuk. Membuat Kevin tak berhenti membaca buku itu sambil tertawa geli dan melupakan rasa suntuknya. Tapi yang paling sering adalah si pengirim menuliskan apa yang ia lakukan di hari sebelumnya. Seperti diary. Itu yang Kevin rasakan setiap kali membaca surat dari sang pengirim. Seperti membaca diary seseorang dan anehnya, Kevin menikmati itu. Ia menyukai bagaiman si pengirim menuliskan perasaannya pada Kevin. Aneh, sekaligus lucu. Dari situ ia mengetahui kemungkinan besar pengirim surat-surat itu adalah siswi di sekolahnya. Kevin menyukai bagaimana gadis itu menuliskan kesehariannya. Tulisan gadis itu selalu bisa membuat Kevin terkekeh geli bahkan tertawa lebar.

Seperti hari-hari sebelumnya, yang Kevin lakukan saat pertama kali sampai di mejanya adalah merogoh laci dan seperti hari-hari sebelumnya, ia menemukan sebuah amplop. Dibukanya amplop itu dan diambilnya secarik kertas yang ada di dalam amplop tersebut.

Hello, Kevin.
Aku memberimu surat ini lagi. Semoga kau tidak bosan dengan surat ku.
Kau tau? Kemarin itu hari yang buruk. Kemarin aku harus lagi-lagi berhadapan dengan guru les piano ku yang galak. Parahnya, aku lupa untuk belajar lagu yang ia suruh untuk ku pelajari. Jadilah aku terkena pelototannya selama aku les.
Nah nah. Tak hanya itu! Kemarin aku jatuh saat terburu-buru keluar dari kamar kecil. Sekarang tangan ku terkilir dan sepertinya aku tak kan bisa menulis hari ini. Yah, salah ku juga sih karna tidak berhati-hati.
Nah karna itu kau harus berhati-hati! Jangan ceroboh dan lupa mengeringkan kaki mu saat keluar dari kamar kecil atau kamu akan terjatuh sepertiku.
Semoga hari mu menyenangkan.

Surat itu lagi-lagi membuatnya tersenyum. Gadis yang unik. Batin Kevin kemudian terkekeh. Ia mengabaikan lirikkan aneh dari Reus tiap kali melihat Kevin tersenyum sambil membaca surat dari penggemar rahasianya itu. Tak lama kelas dimulai. Saat itu Kevin mendengar sesuatu yang membuatnya terkaget.

“Dasar ceroboh. Masa keluar kamar mandi aja jatoh. Udah ntar lo pinjem catetan gue aja. Lo gak bisa nuliskan?”

Kata-kata itu membuat Kevin menolehkan kepalanya cepat. Tapi sayang. Ia tidak bisa menebak siapa yang mengatakannya.



***



Merasa penasaran dengan gadis penggemar rahasianya yang mungkin berada di kelas yang sama dengan dia, akhirnya siang itu Kevin melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Membalas surat si penggemar rahasia.

Halo, Gadis Diary.
Ini pertama kalinya aku membalas surat mu kan? Mulai sekarang aku akan melakukannya terus.
Get well soon untuk tangan mu yang terkilir. Jangan ceroboh!

Selesai menulis, Kevin menaruh kertas suratnya kedalam amplop surat dari gadis itu dan kembali meletakkan amplop di laci mejanya.



***



Kevin merogoh laci meja kelasnya dan lagi-lagi menemukan amplop di sana. Ia membuka amplop tersebut dan membaca tulisan yang ada di dalam surat.

Hai, Kevin.
Senang akhirnya kau membalas suratku dan terima kasih. Tangan ku sudah lebih baik sekarang meski sepertinya aku masih belum bisa menulis. Tapi tak apa. Teman sebangku ku yang baik meski selalu mengomel mau meminjamkan catatannya untuk ku. Jadi aku selamat. Hehehee
Oh iya! Kemarin ibuku membawa ku ke tukang pijat! Memang sih tangan ku jadi tidak sesakit kemarin tapi tetap saja. Itu sakit dan aku tak mau lagi pergi ke tukang pijat!
Hmm.. Gadis Diary? Kenapa kau memanggil ku begitu?

Kevin terkekeh membaca surat dari gadis penggemar rahasinya. Ia merobek selembar kertas dari bukunya dan mulai menuliskan jawaban suratnya.

Halo lagi, Gadis Diary.
Syukurlah kalau tangan mu sudah lebih baik. Jangan dipaksakan kalau memang tidak bisa menulis. Nanti tangan mu semakin parah.
Kenapa Gadis Diary? Karna kau menulis surat pada ku seakan-akan kau sedang menulis dalam buku harian. Tapi tak apa. Aku suka membaca tulisan mu. Kau itu aneh tau? Unik dan selalu membuat ku tertawa. Tak bisakah kau tunjukan saja sipa dirimu sebenarnya?



***



Sejak saat itulah, Kevin terus membalas surat dari Gadis Diary-nya. Semakin hari, Kevin semakin yakin kalau gadis itu ada di kelas yang sama dengan dirinya. Meski gadis itu tak pernah mau menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya, tapi tanpa gadis itu sadari, Kevin selalu memperhatikan teman perempuan sekelasnya. Gerak-gerik, kebiasaan, cara bicara, bahkan tulisan tangan. Ada satu teman sekelasnya yang tulisan tangannya selalu menarik perhatian Kevin. Tidak. Tulisan itu tidak sama persis dengan tulisan Gadis Diary-nya. Tulisan ini lebih berantakan. Tapi entah mengapa pada akhirnya, Kevin selalu memperhatikan gerak-gerik temannya ini lebih sering.



***



Kevin memgacak rambutnya kesal. Bagaimana mungkin tidak ada? Ia tidak menemukan buku paket Ekonominya dirumah, di laci meja kelasnya, bahkan di dalam lemari kelas pun tidak ada. Buku paket adalah hal wajib saat pelajaran Ekonomi dan guru Ekonominya yang galak tidak akan mentolelir alasan apapun yang diberikan muridnya. Lagi-lagi Kevin mengacak rambutnya. Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Jam pelajaran Penjaskes dan setelah itu Ekonomi. Ia bisa saja meminjam buku paket Ekonomi. Tapi masalahnya, hanya kelas X-C yang mendapat pelajaran Ekonomi hari ini. Akhirnya Kevin menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi dengan kesal.

“Udahlah pasrah aja.” ucapan Reus semakin membuat wajah Kevin keruh. Reus menarik paksa Kevin keluar dari tempat duduknya. Membawa Kevin ke lapangan karna bel sudah berbunyi.

Satu setengah jam kemudain, Kevin kembali kedalam kelasnya dengan wajah yang tidak sekeruh tadi. Jam Penjaskes kelasnya memang tidak pernah membosankan. Teman sekelasnya yang aneh bin ajaib selalu mempergunakan waktu sisa jam pelajaran Penjaskes dengan bermain permainan anak. Apa saja mereka mainkan dari mulai bentengan, tapak gunung, galasin, bahkan petak jongkok. Tak ada laki-laki atau perempuan, semuanya terjun ke lapangan untuk bermain. Saat ia merogoh lacinya untuk mengambil seragam, ia menemukan sesuatu yang membuatnya tercengang. Buku paket Ekonomi. Di depan buku itu tertempel kertas kecil.

Dasar ceroboh! Jangan dihilangkan lagi. Bawa saja buku ini. Pasti si guru galak itu memberi tugas dari buku paket.

Buku paket ini tidak baru karna sampul bukunya sudah mulai lecek dan kotor. Berarti buku ini milik Gadis Diary-nya. Kesempatan! Kali ini dia pasti akan mengetahui siapa Gadis Diary itu sebenarnya.

Selama pelajaran Ekonomi, perhatian Kevin terpecah. Ia mengamati semua teman sekelas perempuannya. Tapi kenapa semuanya membawa buku paket? Bahkan yang laki-laki pun semuanya membawa buku paket. Gagal sudah niatnya untuk mengetahui siapa Gadis Diary itu sebenarnya.



***



Eksul basket yang ia ikuti selalu membuat Kevin pulang tiga jam lebih lambat dari biasanya. Seperti saat ini, Kevin menegak isi botol minumnya sambil duduk di dekat pos satpam. Ekskul sudah selesai. Tapi badan Kevin masih terlalu pegal untuk mengendarai motornya pulang.

“Kevin, kelas X-C kan ya?” tanya salah satu satpam sekolahnya saat melihat Kevin.

“Iya, pak. Bapak inget aja.” Jawab Kevin sambil terkekeh diikuti kekehan si satpam.

“Inget dong. Saya mah apal semua anak sekolah ini kali.” Timpal satpam itu dengan setengah membangga.

Tiba-tiba, Kevin teringat sesuatu. Mungkin si bapak ini bisa membantunya. “Pak, kalo inget semua, bapak tau gak? Anak kelas X-C juga. Cewek. Tapi suka dateg pagi-pagi. Ada gak pak?”

“Cewek dateng pagi-pagi ya? Hmm banyak Vin. Tapi kalo yang di X-C....” si bapak satpam berusaha mengingat-ingat. Membuat Kevin menatap satpam itu dengan penuh harap. “Oh ada, Vin, ada. Itu loh yang cantik. Yang pindahan itu tuh. Dia kalo dateng pagi-pagi bener. Jam 6 kurangan aja udah nyampe.”

Penjelasan si bapak satpam membuat Kevin tersenyum lebar. Dugaannya tidak salah. “Makasih ya, pak!” seru Kevin kemudian berlari menuju motornya. Ia hanya harus memastikan satu hal lagi.



***



Kevin membolak-balik buku paket Ekonomi dari Gadis Diary-nya. Satu hal kecil saja yang ia butuhkan untuk membuktikan tebakannya.

“Nah ini ketemu!” seru Kevin senang saat menemukan tanda tangan dan inisial kecil yang hampir tertutup lipatan buku. Ia cukup kenal tanda tangan ini karna beberapa kali melihatnya saat ada absen dengan tanda tangan. Senyum lebar terukir di wajahnya.



***



Seorang gadis berjalan memasuki ruang kelas X-C diam-diam. Suasana sekolah yang masih agak gelap sedikit membuatnya merinding. Sengaja tak dinyalakannya lampu kelas itu. Setelah meletakkan suratnya, ia akan langsung pergi ke kantin. Seperti biasanya.

KLIK

“Selamat pagi, Taylor.”

Suara yang amat dikenalnya dan lampu kelas yang tiba-tiba menyala membuat tubuh Taylor menegang seketika. Perlahan, Taylor membalikkan badannya dan menatap Kevin yang berdiri diambang pintu kelas.

“Ini milikmu. Aku kembalikan. Terima kasih, aku tertolong karna kamu meminjamkan buku ini,” ujar Kevin saat sudah berdiri di depan Taylor sambil tersenyum. Tangan Kevin mengulurkan buku paket Ekonomi dari Gadis Diary-nya. Dengan ragu-ragu, Taylor mengambil buku paket Ekonomi itu dari tangan Kevin dan Kevin mengambil surat yang masih ada di tangan Taylor. “Mulai sekarang, kamu tidak perlu lagi memberikan surat ini dengan sembunyi-sembunyi. Ah, tidak! Mulai sekarang, kau akan bercerita langsung padaku.” Lanjut Kevin masih dengan senyum di wajahnya.

Tangan Kevin terulur dan menyentuh puncak kepala gadis di hadapannya. “Terima kasih. Surat-surat dari mu sangat menghibur ku selama ini. Tapi mulai sekarang, aku juga akan menghibur mu. Aku juga akan membantu dan menjagamu.” Jelas Kevin lagi. Senyum senang terlukis di wajah Taylor. Menggantikan wajah bingungnya dan ia mengangguk menanggapi perkataan Kevin.

     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.