Notes

Untitled
Chara: miss queen , master max, miss lilith , master four
Rate: romance, angst, friendship.
Disclaimer: cerita ini hanya fiksi belaka. Apabila ada kata yang menyinggung atau tak layak sesungguhnya adalah kekurangan dari cerita ini.

"Ada perlu apa mencariku?"
Queen mengetuk-ngetuk jari telunjuknya yang lentik di atas meja. Dahinya mengernyit keheranan. Ada yang lain dari lelaki yang tengah duduk berseberangan dengannya itu. Ia terlihat gelisah. Namun excited. Sungguh paduan yang aneh. Tapi itulah yang ia lihat saat ini.
"Cepatlah max, waktuku tak lama." Ujarnya pada rekan sekerjanya itu. Ia merengut -terlihat- sebal. Namun seperti apa gejolak dalam hatinya?

"Masih saja galak kau. Ini sudah di luar jam kerja." Lelaki yang disebut max itu tergelak pelan dan akhirnya mengeluarkan senyum simpul. "Ada yang ingin ku katakan padamu."

Hati wanita itu bergemuruh. Tapi di tepisnya perasaan senang itu dengan mendengus. Ah.. tak mungkin. Kau sudah jadi rekan kerja sejak lama, Queena. Tapi mungkinkah....? Dalam hati ia merutuki kegeerannya. "Tentu saja. Kau sengaja mengajakku bertemu denganmu karena ada yang ingin kau bicarakan denganku. Cepat katakan." Ujarnya -terlihat- gusar.

"Aku.. menyukai seseorang." Queen ingin sekali tersenyum, walaupun berusaha ia tahan.

"Guru baru erudite itu... Lilith."

Queen mencoba menahan luapan emosinya yang seolah hendak keluar. Queen, tenangkan dirimu! Kau tak boleh kehilangan kendali. Biar bagaimanapun, kalian... teman.

Ya,hanya teman.
"Kau harus segera mengatakannya pada Lilith kalau begitu." Ujarnya dengan berusaha mengeluarkan nada yang ceria. "Aku mengenalnya dengan baik. Mau kubantu?"
Max menyinggungkan senyum yang semakin membuat hati queen bergemuruh. Namun dengan gemuruh yang beda. Kali ini... lebih sakit. "Thanks, queena. I owe you so much."

"Jangan dipikirkan." Tukasnya sengit. Namun max hanya tertawa saja. Sudah hapal dengan tingkah sahabatnya.
"Aku pergi dulu. Perlu mengoreksi tugas anak anak." Dengan segera queena pamit dan meninggalkan lelaki yang tengah jatuh cinta... dengan wanita lain itu.

Tak peka sekali kau max, padahal aku selalu disini untukmu...
***

Queena berjalan beriringan dengan lilith setelah diadakan kelas gabungan erudite dan amity. Dilihatnya lilith tengah asik memainkan handphonenya. Dengan max kah....?
"Asik sekali? Dengan pacarmu kah?" Tanyanya dengan nada menggoda.

Lilith hanya tersenyum simpul sambil merona. "Ah... ini dari max."
Berkali kali queen mencoba mengontrol emosi yang bergejolak dalam hal ini. Lilith tak tahu menahu tentang perasaannya. Percuma saja. "Bocah itu sudah memberanikan dirinya menghubungimu ternyata." Ujarnya sambil tertawa kecil.
"Sehabis ini kami akan pergi membeli eskrim oreo.. kau ingin ikut?" Lilith mencoba menawarkan. Namun queena menggeleng. "Tidak.. terimakasih, tapi aku ada janji dengan four. Kecuali kalau max mau membelikanku juga." Candanya. "Aku pergi dulu. Nikmati kencanmu !" Queena bergegas pergi dari pandangan lilith. KhawatirMatanya yang berkaca kaca itu malah hanya akan mengkhawatirkan lilith.

Lilith kau beruntung sekali mendapatkannya.

***

"Aku sudah bilang berkali kali kau seharusnya mengaku saja padanya." Four mendengus sebal terhadap wanita yang tengah bergelayutan dilengannya. Wanita yang diomelipun tak peduli. Hanya melanjutkan racauannya tentang ketidakpekaan max terhadap dirinya.

"Padahal kami sudah lama saling kenal. Benar benar bocah tak peka. Padahal aku selalu memberikan perhatian lebih terhadap dirinya." Queen meneruskan racauannya.

"Queen, tatap aku." Four menatap dalam mata queena yang telah sembab. Tentu saja. Ia hanya mengadu kepada kepala sekolahnya ini. Tentang perasaan tak terbalasnya terhadap rekan satu faksinya. Sekuat apapun ia, ia hanya seorang wanita, selama apapun ia bertahan. Rapuh juga pada saatnya.

"Lupakan max. Masih ada lelaki lain yang sanggup membahagiakanmu dan aku tidak membual."

"Pft. Tidak ada orang yang pernah tahan dengan sikapku ini four, kau tau itu."

"Ada." Four menangkup jemarinya yang lentik itu di tangan besarnya. "Aku."

Matanya membelalak terkejut. Jadi selama ini four...? Rasa bersalah mulai meliputi dirinya. Tapi tentu saja ia tak ingin menunjukkannya pada kepala sekolahnya.
"Jangan bercanda." Ucapnya lugas. "Kau tau aku bukan wanita yang bisa kau ajak bercanda dalam hal seperti ini four." Queen mencoba melepas genggaman tangannya. Namun masih tertahan oleh genggamannya.

"Apa di mataku ada kebohongan? Tatap aku" ia lihat bola mataFour yang menatap lurus kepadanya. Tidak ada kebohongan di dalamnya. Queen mulai merasakan mukanya memerah. Sejak kapan terakhir kali ia blushing seperti ini?? "O..oke aku tau. Lalu aku harus bagaimana?" Ia kembali memasang tampang acuh tak acuh hingga akhirnya kecupan di pipi kirinya menyadarkannya kembali terhadap namja di sampingnya.

"Beri aku kesempatan. Aku yakin aku bisa membuatmu jauh lebih bahagia daripada kau mencintai max." Ucap four serius.
"You're asking for a king. But i promise you'll be my queen. Always."