NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Tittle : Aku Mencintaimu
Author : Aria-chii
Genre: Romance, Comedy, Mystery
Rate : PG-13
Lenght : One Shoot
Cast: - Reza Anugrah
- Bisma Karisma
- Yumi
- And other cast.
_______________________
Reza. Orang yang bertipikal pendiam
dan cool ini seperti biasa mendengarkan lagu
lewat iPod yang ia bawa. Sampai-sampai, ucapan
sahabatnya diabaikan.
“Woy, Rezaaa!” teriak sahabat Reza di telinga
Reza sambil melepaskan headset yang menempel
di telinga Reza.
“Apaan sih lo, Bisma?” sewot Reza.
“Gue lagi curhat, Ja. Dengerin kek. Disumpelin
mulu tuh kuping. Hati-hati headsetnya tenggelem
masuk ke kuping lo,” cerocos Bisma.
“Ah. Lo nyumpahin gue gitu amat sih,” Reza.
“Hehe.. Sorry, Ja. Eh, lo tahu gak?” tanya Bisma.
“Ngga,” balas Reza.
“Oh, ngga tahu. Yaudah deh,” Bisma.
“Ih, Bisma dongdong. Ngga jelas banget sih,”
hardik Reza.
“Hehe.. Canda, Ja. Tahu ngga? Ada murid baru
lho. Cantik pula,” cerita Bisma.
“Oh. Cewek?” tanya Reza dengan malas. Bisma
menoyor kepala Reza.
“Aduh. Kok gue ditoyor?” pekik Reza.
“Ya di mana-mana cantik itu cewek lah, Ja. Ih,
kumaha maneh,” ucap Bisma dengan logat
Sundanya. Reza hanya manggut-maggut malas.
“Aku mencintaimu... ” lirih seseorang yang
memerhatikan mereka dari jauh.
***
Reza berjalan ke kelas setelah dari
toilet. Dia berjalan sangat cuek sampai ia tak
menyadari kalau ia menabrak perempuan yang
berjalan berlawanan arah. Perempuan itu jatuh
terduduk.
“Aduh.” Rintih perempuan itu. Reza menoleh ke
belakang.
“Eh, sorry. Lo nggak apa-apa?” tanya Reza. Ia
membantu perempuan itu berdiri.
“Ngga. Gue gak apa-apa. Thanks ya,” ucap
perempuan itu.
“Lo kelas 2D ya?” tanya Reza. Perempuan itu
mengerutkan dahinya.
“Bukan. Gue kelas 2A,” elak perempuan itu.
“Hah? Serius? Lo Kurnia kan?” tanya Reza.
“Kurnia? Siapa dia? Gue Yumi. Murid baru. Kalau
lo siapa?” tanya Yumi, perempuan itu.
“Oh. Gue salah dong. Gue Reza. Jadi ini, murid
baru yang diceritain temen gue. Cantik juga.”
Reza. Yumi tersenyum malu.
“Gue pergi dulu ya. Sekali lagi, sorry.” Reza
tersenyum dan berangsur pergi.
“Kok gue jadi deg-degan gini ya,” batin Reza.
***
“Heh, Reza! Gue cariin lo ke seluruh pelosok
sekolah tapi tak kunjung ku temukan dikau,
Reza...” ucap Bisma dengan penyakitnya yang
sedang kambuh.
“Alay lo. Tadi gue kenalan sama murid baru yang
lo bilang itu.” Reza.
“Hah? Serius lo? Ciusan? Ih, kok lo duluan sih
yang kenalan sama murid baru itu? Kan secara
gue playboy cap kelinci di sekolah ini. Masa gue
gabisa menaklukan cewek sebelum lo sih? Ah,
galau gue,” lirih Bisma dengan gaya alaynya.
“Lebay lo,” cibir Reza sambil menoyor kepala
Bisma.
“Eh iya. Siapa nama murid baru itu? Rumahnya di
mana? Nomor teleponnya berapa? Nama
orangtuanya siapa? Nama ncing-nya siapa?
Nama buyutnya siapa? Nama—” ucapan Bisma
terhenti saat Reza membekap mulut Bisma.
“Gue gak mau ngasih cewek yang satu ini ke lo.
Gue gak akan biarin lo mempermainkan dia,” ucap
Reza. Lalu ia melepaskan tangannya dari mulut
Bisma.
“Wih. Kenapa? Lo suka sama dia? Ehm.. Ehm..
Muhammad Reza Anugrah kini telah jatuh cinta
pada pandangan pertama pada murid baru di
sekolah. Ehem.. ehem. Cie.. Reza.” Bisma
menggoda Reza.
“Eng.. enggak. Ah ngaco lo. Udah ah. Gue mau
pergi.” Reza meninggalkan Bisma.
“Eh, Reza. Gue tahu lo suka sama murid baru itu.
Mula lo merah kayak kepiting rebus. Ahay,
sahabat gue jatuh cinta. Woy Reza. Tungguin
gue.” Bisma segera menyusul Reza.
***
Pulang sekolah, Reza berjalan menuju
parkiran untuk mengambil motornya. Setelah
mengambil motornya, ia melihat Yumi berdiri di
samping gerbang sekolah. Reza menghampiri
Yumi.
“Hey, lagi ngapain? Kok gak pulang?” tanya Reza
dengan lembut.
“Eh, Reza. Gue lagi nungguin supir gue nih.”
Yumi.
“Oh, gue antar pulang yuk. Kalau supir lo gak
jemput gimana?” tawar Reza.
“Hmm.. Boleh deh.” Yumi menerima ajakan Reza.
Ia segera naik ke motor Reza.
“Sorry ya. Lo harus panas-panasan naik motor,”
ucap Reza sambil mengendarai motornya.
“Gak apa-apa. Gue bukan cewek materialistis
yang tergila-gila sama cowok bermobil,” ucap
Yumi. Reza tersenyum.
“Dari pertigaan itu, rumah gue belok kanan.”
Yumi.
“Oke, bos.” Reza. Yumi tersenyum.
“Stop, Za.” Ucap Yumi di depan rumah berwarna
cokelat.
“Thanks ya, Za. Udah mau nganterin gue.” Yumi.
“Sama-sama. Sekarang lo masuk, cuci tangan,
cuci kaki, makan, minum susu, terus tidur,” canda
Reza.
“Emang gue anak kecil,” gerutu Yumi. Reza
tertawa kecil.
“Gue pulang dulu ya,” pamit Reza.
“Ngga mampir dulu, Za?” tanya Yumi.
“Gak usah. Kapan-kapan aja,” tolak Reza.
“Yaudah. Gue masuk dulu ya.” Yumi. Reza
mengangguk.
***
Keesokan harinya di sekolah.
“Woi, Reza.” teriak Bisma yang berlari
menghampiri Reza.
“Kenapa?” tanya Reza dengan ekspresi datar.
“Kemarin lo pulang sama anak baru itu ya?
Namanya siapa ya? Miyu Miyu gitu lah
namanya.” Bisma.
“Yumi namanya. Iya, emang kenapa?” tanya
Reza.
“Wah, gila lo. Mendahulukan gue, si Bisma
playboy cap kelinci.” Bisma membanggakan
dirinya sendiri.
“Kelinci? Gigi lo kayak kelinci,” cibir Reza.
“Enak aja,” dumel Bisma.
“Gue bakal tembak dia hari ini,” ucap Reza
dengan mantap. Bisma terkejut.
“What? Lo gila? Gak terlalu cepat?” pekik Bisma.
“Iya sih. Tapi gue ngga bisa menahan perasaan
ini,” jelas Reza.
“Oke. Gue dukung lo. Gue akan sebarin ke se-
antero sekolah, Muhammad Reza Anugrah kini
sudah pacaran setelah sekian lama menjones
selama 16 tahun.” Bisma. Reza menoyor kepala
Bisma.
“Berisik lo. Belum tentu gue diterima.” Reza.
Bisma hanya menggaruk tengkuk lehernya yang
tidak gatal.
“Eh, udah ya. Gue mau ke kantin dulu. Cacing-
cacing di perut gue pada demo minta makan nih.
Bye.” Bisma segera meninggalkan Reza.
“Cacing? Pantas dia gak bisa gemuk,” gumam
Reza. Tiba-tiba ia melihat Yumi.
“Yumi!” panggil Reza. Yumi menoleh.
“Eh, Reza.” Yumi segera menghampiri Reza.
“Ada apa?” tanya Yumi.
“Habis dari mana?” tanya Reza balik.
“Gue baru aja dari perpustakaan,” jawab Yumi.
“Oh. Eh, ke kantin yuk. Gue traktir deh,” ajak
Reza.
“Wih. Ada acara apa nih lo traktir gue?” tanya
Yumi.
“Gak ada apa-apa sih. Yuk.” Reza menarik
tangan Yumi dan membawanya ke kantin.
***
Reza dan Yumi duduk di tempat yang tak jauh
dari tempat Bisma makan. Mereka berdua
memesan minuman es serut. Reza mengambil es
dengan sendok dan berniat untuk menyuapi Yumi.
“Yumi,” panggil Reza. Yumi menoleh. Reza
menyuapi Yumi, tetapi Reza tidak menyuapi ke
mulut Yumi melainkan ke hidung Yumi.
“Hahahaha...” Reza tertawa melihat muka masam
Yumi.
“Ih, Reza jail banget,” gerutu Yumi sambil
membersihkan hidungnya.
“Eh, eh. No.. no! Sebentar.” Reza mengambil
sapu tangan di saku seragamnya dan
membersihkan hidung Yumi. Yumi tersenyum
melihat Reza dengan dekat. Reza membalas
senyuman Yumi.
“Thanks ya, Za.” Yumi. Reza tersenyum dan
mengangguk.
“Sama-sama. Kan gue yang salah.” Reza.
“Ohya, Yumi.” Reza meraih tangan Yumi dan
menggenggamnya.
“Yumi, kamu mau ngga jadi pengisi hari-hariku
dengan cinta untuk selamanya? Will you be
mine?” Got it! Reza menembak Yumi. Yumi
terpekik kaget.
“Ngg.. gue... gue... gue mau, Za.” jawab Yumi.
Reza tersenyum dan merangkul Yumi. Dari jauh,
Bisma memperhatikan mereka berdua.
“Aduh. Mereka udah jadian. Reza kejam banget
ninggalin gue di sini. Tanpa cewek. Masa playboy
cap kelinci ini ngga punya cewe.” ucap Bisma
sambil menggigit mangkuk bakso yang
dipesannya.
***
Sudah 1 bulan Reza menjalani masa
pacarannya dengan Yumi. Ia dan Yumi tak pernah
bertengkar. Tak pernah satu hari pun ia lalui
tanpa Yumi. Teman-teman Reza dan Yumi
sangat iri pada mereka. Hari ini Reza berjalan
melewati koridor sekolah dengan Yumi, seperti
biasa Reza mengantar Yumi sampai ke kelas.
“Ceileh, penganten baru. Berduaan mulu, rapet
mulu. Ati-ati melendung,” cerocos Bisma yang
berdiri di depan kelas Yumi. Reza menoyor kepala
Bisma.
“Lo ngomong seenak jidat,” dumel Reza.
“Emang jidat enak ya, Za?” tanya Bisma polos.
Yumi tertawa kecil.
“Udah ya, Za. Aku masuk kelas dulu, hari ini
piket.” Yumi.
“Oh iya iya. Kita juga mau balik. Daripada gue
lama-lama cemburu ngeliat lo berdua. Bisa-bisa
gue mati berdiri.” Bisma. Reza menoyor kepala
Bisma lagi.
“Apaan sih, Za? Lo noyor kepala gue terus. Lo
ngefans sama kepala gue?” sewot Bisma.
“Yaudah ya, honey. Aku ke kelas dulu. Love you,”
pamit Reza.
“Iya. Love you too,” balas Yumi. Reza dan Bisma
kembali ke kelas mereka. Saat mereka berjalan,
mereka dihampiri oleh seorang perempuan.
“Hai, Za.” sapa perempuan itu. Reza hanya diam.
“Hai, neng Callista nu geulis,” balas Bisma karena
Reza hanya terdiam. Callista menyukai Reza.
“Apaan sih, Bis? Gue kan sapa Reza. Bukan lo.”
Callista. Bisma hanya memanyunkan bibirnya.
“Ohya, Za. Ajarin gue fisika dong. Gue ngga ngerti
nih,” ucap Callista sambil menyodorkan buku
paket fisika ke Reza.
“Ngga ah. Males,” tolak Reza mentah-mentah.
“Reza. Ngga boleh gitu sama cewek cantik. Mau
kan lo bantuin Callista?” bujuk Bisma.
“Kenapa ngga lo aja yang bantuin dia?” Reza.
“Hehe.. Gue kan bego di fisika. Gue kan sering
nyontek ke lo.” Bisma. Reza berdecak sebal.
“Yaudah, ayo.” Reza menarik tangan Callista ke
suatu tempat untuk belajar, diikuti oleh Bisma.
*
“Thanks ya, Za. Udah mau ngajarin gue fisika,”
Callista.
“Iya, sama-sama. Semoga lo cepat pinter ya. Biar
gue ngga usah ngajarin lo lagi. Ayo, Bis.” Reza
segera meninggalkan Callista. Bisma hanya
menyusul Reza tanpa berbicara apapun.
“Seperti biasa, cuek dan dingin. Ngeselin! Tapi
ganteng. Andai lo jadi milik gue, Za.” gumam
Callista sambil menatap punggung Reza yang
semakin menjauh.
***
Istirahat sekolah, Reza berjalan ke
kelas Yumi. Matanya menyapu ke seluruh
ruangan kelas.
“Kok ngga ada?” batin Reza
“Vi, Yumi mana?” tanya Reza pada Vivi, teman
sebangku Yumi
“Gue gak tahu. Tadi pas bel, dia langsung keluar
duluan.” jelas Vivi.
“Yaudah. Thanks ya,” Reza. Vivi mengangguk.
“Gue harus cari Yumi,” batin Reza. Saat Reza
melangkah, ia dipanggil oleh seseorang.
“Reza,” panggil orang itu, bernama Mara.
“Iya, Mar. Ada apa?” tanya Reza.
“Lo dipanggil sama guru BK, katanya ada tugas.”
Mara. Reza terlihat berpikir sejenak.
“Yaudah. Thanks ya,” ujar Reza. Mara
mengangguk dan pergi.
“Pulang sekolah pasti gue ketemu Yumi,” batin
Reza.
***
Bel pulang sekolah berdering, Reza
berlari ke kelas Yumi untuk pulang bersama. Satu
persatu murid kelas Yumi berhambur keluar. Dan
yang terakhir adalah...
“Vi, Yumi mana?” tanya Reza.
“Gue ngga tahu. Tadi dia ngga ikut pelajaran
terakhir. Udah ya, gue buru-buru. Ada les.” Vivi
meninggalkan Reza sendirian.
“Aneh...” gumam Reza. Ia langsung menuju
parkiran sekolah untuk mengambil motornya.
Reza tak langsung pulang ke
rumahnya. Ia menstaterkan motornya dan
langsung ke rumah Yumi. Reza menekan tombol
bel rumah Yumi. Tak lama, seorang paruh baya
berdaster cokelat keluar.
“Den Reza,” sapa Bik Inah, pembantu rumah
Yumi.
“Bik, Yumi ada?” tanya Reza.
“Non Yumi belum pulang. Emang non Yumi ngga
pulang bareng den Reza?” tanya Bik Inah.
“Ngga, Bik. Yaudah kalau Yumi sudah pulang,
suruh telepon Reza ya, Bik.” pinta Reza, ia segera
pamit.
“Iya, den. Nanti bibik sampaikan. Hati-hati ya,
den.” Bik Inah.
***
Keesokan harinya, Reza masih tak
mendapat kabar tentang Yumi. Reza berangkat
sekolah dengan muka kusut. Ia sangat tak
bersemangat. Sampai di sekolah, Reza diledek
oleh Bisma.
“Woy, bos. Lo kenapa? Muka lo berlipat gitu. Ada
1, 2, 3, ... Wih 100 lipatan di muka lo. Ahahaha.”
Bisma tertawa.
“Ck. Berisik lo. Yumi ngga ada kabar.” Reza.
“Ngga ada kabar? Kok bisa? Dia hilang ditelan
bumi ya? Di bumi bagian mana?” celetuk Bisma.
“Lo ngajak gue bercanda mulu,” sewot Reza.
“Kan biar lo ketawa.” Bisma.
“Emang gue bayi?” gerutu Reza.
“Ohya, Za. Gue mau kasih tahu lo. Kemarin
Callista meninggal di toilet perempuan. Katanya
sih dibunuh,” jelas Bisma.
“Hah? Serius lo?” Reza terlihat begitu terkejut.
Siapa yang menyangka kalau kemarin Callista
merengek-rengek meminta diajari fisika oleh
Reza, ternyata sudah tiada di hari itu juga?
“Gue serius lah. Coba lo ke toilet. Ramai di sana.
Lo sih, di kelas terus, gimana bisa tahu?” Bisma.
Reza terlihat memikirkan sesuatu.
“Tuhan, jangan sampai Yumi dibunuh. Aku
mencintainya,” batin Reza cemas.
***
Keesokan harinya, Reza terlihat
senang. Yumi kembali masuk sekolah setelah dua
hari ia tak ada kabar.
“Reza,” sapa Yumi.
“Yumi,” balas Reza. Ia mendekap tubuh Yumi.
“Kamu kemana aja sih, honey? 2 hari tanpa
kabar.” tanya Reza dengan lembut.
“Maaf, Za. Kemarin aku izin ke rumah saudara.
Yumi. Reza menaikkan alisnya.
“Kok ngga bilang sama aku?” tanya Reza penuh
curiga.
“Ng.. Waktu aku ke rumah saudara aku, aku lupa
bawa charger. Hehe..” Yumi meringis. Reza
mengacak poni Yumi.
“Dasar. Pacarku pelupa,” canda Reza. Yumi
memanyunkan bibirnya.
“Kok manyun sih? Yumi bebek,” ledek Reza
sambil menjulurkan lidah dan segera berlari.
“Ih, Reza jahat.” dumel Yumi sambil menyusul
Reza. Kemudian mereka larut dalam candaan pagi
itu.
***
Semakin hari, Reza semakin curiga
dengan Yumi. Anehnya, perempuan yang diajak
ngobrol oleh Reza, selalu meninggal pada hari itu
juga. Dan Yumi menghilang saat itu juga. Pihak
sekolah kewalahan mencari tahu siapa pelakunya.
Karena ia menghilang tanpa jejak. Reza
memikirkan sesuatu untuk membuktikan ini
semua. Istirahat nanti, ia akan mengajak ngobrol
Femi di taman. Reza memilih Femi karena ia ikut
ekstrakurikuler Karate, jadi Femi bisa menjaga diri
saat si pembunuh menyerang. Reza juga sudah
menceritakan rencananya pada Femi. Femi sangat
setuju dan percaya diri karena ia sangat senang
memecahkan misteri.
Jam istirahat tiba. Reza memanggil
Femi di kelasnya dan mengajaknya ke taman
sekolah. Sambil mengobrol dengan Femi, Reza
menoleh kanan-kiri untuk melihat ada yang
mencurigakan atau tidak.
“Fem, kayaknya Yumi ngga lihat kita deh,” terang
Reza.
“Huss. Udah gue bilang, jangan menuduh orang
sembarangan. Apalagi menuduh pacar lo sendiri,”
nasihan si gadis tomboy ini.
“Iya sih. Eh, rencana kedua kita sampai sini aja.
Di rencana ketiga, gue harap lo hati-hati. Nanti,
gue akan pantau lo terus kok.” Reza.
“Tenang aja sih, Za. Ngga usah khawatir. Masa
cewek tomboy kayak gue kalah sama pembunuh.
Percuma dong gue masuk karate.” Femi.
“Haha. Iya deh. Gue percaya sama lo. Udah ya.
Gue ke kelas dulu. Bye,” pamit Reza.
***
Pulang sekolah, rencana ketiga
dilaksanakan. Reza berlari ke tempat
persembunyian yang terletak di depan kelas Femi.
Satu persatu murid-murid di kelas Femi keluar.
Femi keluar terakhir. Tiba-tiba ada yang menarik
Femi dengan paksa. Dan yang menarik Femi
adalah...
“Yumi!” pekik Reza. Ternyata benar dugaan Reza.
Yumi yang melakukannya. Yumi membekap mulut
Femi dan membawa Femi ke suatu tempat. Reza
berniat mengejar Yumi, tetapi ada yang
menahannya.
“Bisma. Lo apa-apaan sih,” ucap Reza dengan
kasar.
“Jangan, Za. Bahaya,” jelas Bisma.
“Lebih bahaya kalau gue ngga cegah Yumi
sebelum dia berbuat yang aneh-aneh. Ayo, Bis.
Ikut gue.” Reza menarik tangan Bisma ke tempat
Yumi membawa Femi. Reza dan Bisma
bersembunyi di tempat yang tak jauh dari Femi
dan Yumi. Mereka melihat Yumi membawa
gunting di tangan kanannya. Apakah gunting itu
sebagai alat untuk membunuh?
“Gue cinta sama Reza. Ngga ada yang boleh
miliki Reza selain gue,” ucap Yumi pada Femi.
Tatapannya sangat sangar.
“Tapi lo salah paham, Yumi. Gue sama Reza
ngga ada apa-apa,” jelas Femi. Yumi tersenyum
sinis.
“Banyak cewek yang bilang itu ke gue. Tapi gue
ngga percaya! Orang-orang selalu merebut orang
yang gue sayang. Tapi, kali ini, gak akan gue
biarin. Ucapkan selamat tinggal.” Yumi
mengarahkan guntingnya ke perut Femi. Tapi,
dengan cepat Femi menepis gunting itu dengan
jurus karate-nya. Femi memukul bahu Yumi, dan
dengan sekejap Yumi pingsan seketika. Reza dan
Bisma segera keluar dari tempat persembunyian.
“Fem, lo ngga apa-apa?” tanya Reza.
“Gue ngga apa-apa. Sorry ya, Za. Gue mukul
Yumi.” Femi.
“Iya, ngga apa-apa. Lebih baik daripada Yumi
bunuh lo.” Reza.
“Yumi itu yandere,” jelas Femi. Reza dan Bisma
mengerutkan dahinya.
“Apaan tuh?” tanya Bisma.
“Dere itu sifat. Yandere itu sekilas dia baik, tetapi
dia mempunyai jiwa psikopat yang muncul dalam
dirinya kapan saja. Contohnya ya, sekarang. Dia
merasa kalau lo direbut sama cewek-cewek, dan
Yumi ngga akan tinggal diam.” jelas Femi. Reza
dan Bisma hanya manggut-manggut. Tiba-tiba
mereka terkejut karena Yumi sudah terbangun.
“Reza..” lirih Yumi.
“Yumi, hentikan ini semua.” pinta Reza. Yumi
menatap tajam.
“Tidak! Dia ingin merebutmu dari aku, Za.” ucap
Yumi.
“Ngga, sayang. Kamu salah paham.” ucap Reza
dengan lembut. Yumi mengambil guntingnya yang
terjatuh.
“Aku akan bunuh cewek ini!” Yumi siap
mengarahkan guntingnya ke Femi. Dan...
“AAAAAAARRGGHHHHH.....”
“Reza!” pekik Bisma. Ternyata gunting Yumi
mengenai Reza saat Reza berusaha melindungi
Femi. Yumi terdiam.
“Reza..” lirih Yumi. Ia menangis.
“Lo lihat kan. Reza lebih milih lo daripada gue.
Brengsek lo!” Yumi mengarahkan guntingnya ke
Femi. Femi ingin menghindar, tapi terlambat. Femi
pun jatuh tergeletak dengan gunting yang
menancap di perutnya. Bisma terdiam. Dua
temannya sudah pergi. Bisma menatap sendu
mayat temannya itu. Lalu, entah dari mana polisi
datang dan langsung memborgol Yumi.
“Argh.. lepasin!” teriak Yumi.
“Pak, tolong teman saya, pak!” pinta Bisma pada
polisi itu.
“Tenang. Pihak rumah sakit sedang dalam
perjalanan.” Polisi segera membawa Yumi untuk
dipenjarakan.
***
“Aku mencintaimu..”
Tamat.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.