Notes

Katamu bahagia itu sederhana.
Apakah masih sederhana kalau aku bilang aku hanya bahagia denganmu padahal kenyataannya kamu tak lagi di sampingku?
Katamu kamu tidak pernah berniat untuk mencari penggantiku.
Tapi nyatanya sekarang kamu dengannya?
Aku tahu bukan hanya kamu yang mengingkari janji kita. Aku pun begitu. Akulah yang mengakhiri cerita kita. Namun kau harus tahu, aku melakukannya untuk alasan-alasan tertentu yang tak bisa kau pahami.
Untuk itu, aku menulis ini. Menulis esai yang tidak mungkin dinilai oleh guru bahasa dan mungkin tidak akan pernah kau baca.
Pertama, aku minta maaf. Maaf aku mengambil keputusan saat emosiku labil. Maaf aku mengingkari semua janji-janji manis kita. Maaf aku tidak hanya menyia-nyiakanmu tapi juga menghancurkanmu. Maaf aku mempermalukanmu di depan orang banyak hingga kau harus memasang perlindungan untuk dirimu sendiri. Maaf aku tidak bisa melindungimu lagi. Maaf juga bila saat kita bersama aku seringkali membuat kamu marah, kesal, sedih, tidak puas, kecewa dan masih banyak lagi. Maaf aku hanya bisa berkata maaf. Maaf aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat untuk memperbaiki semuanya. Maaf, aku tidak bisa melupakan segala kenangan kita. Maaf aku tidak bisa melupakanmu. Maaf aku masih menyayangimu. Dan masih ada ribuan maaf di benakku yang tidak bisa kutulis di saat ini.
Kedua, aku ingin berterima kasih. Terima kasih atas segala cinta, kesabaran, ketulusan, kejujuran dan lainnya yang telah kau berikan padaku saat kita masih sejalan. Terima kasih atas segala nasehat agar aku bisa menjadi orang yang lebih dewasa. Terima kasih telah mendengarkan segala curhat, caci maki, dan pelampiasanku. Terima kasih karena telah berada di sampingku. Terima kasih karena telah bertahan dan tetap ada meskipun kita tak lagi bersama. Terima kasih atas kutipan lirik lagu yang kau tuliskan untukku. Sungguh, aku terharu membacanya. Tidak menyangka aku masih ada di benakmu walaupun hanya sesaat sebelum kau tidur.
Sayang, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan terus disini hingga tiba waktunya untuk aku bisa membalas semua kebaikanmu. Mungkin suatu saat nanti kau menemukan orang lain yang bisa mengisi kosongmu dan mungkin suatu hari kau sedang bertengkar dengannya, aku akan ada disini untuk mendengarkan segala curhat, caci maki dan pelampiasanmu. Seperti yang kulakukan padamu. Dan mungkin bila waktu itu tiba, aku masih akan mencintaimu seperti sekarang. Seperti saat ini. Saat ini aku masih menangisimu, menangisi segala keputusanku waktu itu. Menangisi saat aku memutuskan untuk menghentikan segala kebahagiaanku. Menangisi saat aku memutuskan untuk memberitahu dunia tentang kehancuran kita. Menangisi saat ini, saat dimana aku sudah tidak bisa membanggakanmu lagi. Tapi, sayang, walaupun aku tidak bisa membanggakanmu lagi di depan orang-orang, aku masih bisa membanggakanmu di hadapan Tuhan. Aku membanggakan kamu yang kuat, sabar, penyayang dan banyak diimpikan gadis-gadis pada Tuhan. Tuhan pasti bangga telah berhasil menciptakanmu sedemikian rupa.
Tenang, jantungku masih berdetak untukmu. Setiap denyutnya masih menggaungkan namamu. Tenang, setiap malam aku masih bermimpi tidur di sampingmu. Setiap aku bergerak di atas tempat tidur, aku bergerak dengan perlahan. Takut engkau terbangun meski kau tak lagi ada. Tenang, semua lagu-lagu yang kunyanyikan masih dipersembahkan untukmu. Tak hanya lagu kenangan kita berdua. Semua lagu kesukaanku selalu dimainkan bersamaan dengan memori kesukaanku tentangmu. Tenang, nafasku masih untuk diriku sendiri. Aku tidak perlu kan memberimu nafas? Kau masih bernafas dengan baik kan? Amin. Hehe.

Ditulis pada hari Rabu, 16 September 2015 pukul 22:29.
Sehari sesudah (hari yang seharusnya adalah) peringatan bulan ke5 kita bersama.

@fkyeahri yang sekarang berwujud @fkyeannin
ditulis bersamaan dengan jatuhnya air mata dan mengalunnya lagu dari Karina Salim (aku pernah memberimu link-nya kan?)
hanya untuk @sexhwn yang sekarang berwujud @ikonhyeong


Aku masih menyayangimu. Kembalilah kapanpun. Tanganku akan selalu terbuka lebar untuk menyambutmu.