Notes

Kaho memiliki badan yang cukup tinggi, yakni 162 cm dan beratnya 45kg. Ia terlahir memiliki kulit putih dan rambut hitam panjang yang ia dapat dari ibunya. Matanya berwarna coklat kayu jika diamati dari dekat, namun dari jauh nampak hitam. Hidungnya mancung dan matanya sedikit sipit lebih seperti orang Tionghoa.

Kaho merupakan gadis yang pendiam pada awal kali kau mengenalnya, sedikit menutup diri terutama dengan orang baru dan orang yang membuatnya tidak nyaman. Orang akan melihatnya sebagai gadis dingin dan pemalu pada pandangan pertama. Ia memiliki feeling yang kuat pada orang-orang tertentu yang dapat membuatnya nyaman.
Oleh karena itu, ia tidak segan untuk mencoba terbuka dan banyak berbicara dengan orang tersebut. Walaupun pada awalnya ia dingin pada mereka, namun lama kelamaan ia bisa menjadi dekat.
Perubahan sifat akan terlihat pada saat kau melihatnya berkumpul bersama teman-temannya. Meskipun terlihat cuek dan tidak peduli, namun sebenarnya ia sangat peduli dengan orang yang ia sayangi. Ia termasuk orang yang setia dan tidak segan-segan melukai orang yang menyakiti orang yang ia sayang. Dalam beraktivitas, ia sangat bersemangat dan aktif. Tak heran mengapa ia sering jatuh karena terlalu bersemangat. Selain itu, ia juga teliti dan kritis walaupun pada saat-saat tertentu ia menjadi ceroboh dan sebenarnya ssst ... ia sering pikun!

Kaho hidup bersama orang tuanya dengan damai di Kyoto. Ia menghabiskan masa kecilnya yang damai bersama dengan kakaknya pula, Ken yang berbeda empat tahun darinya.

Kaho kecil sangat senang mengamati kakaknya yang merupakan seorang atlet renang. Hari demi hari setiap ada waktu kosong ia habiskan untuk mengamati kakaknya berlatih. Rupanya, hal itu menjadikannya inspirasi, bagaimana jika Kaho besar tumbuh menjadi atlet seperti kakaknya?

Karena pekerjaan kakaknya, orang tua Kaho memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Ken diterima di klub atlet ibu kota yang tentu saja membuatnya sangat senang. Saat itu, Kaho baru berusia 13 tahun. Ia pun masuk ke salah satu SMP swasta di dekat rumahnya.

Di sekolah itulah, ia mulai menyalurkan minatnya. Saat promosi ekskul sekolahnya, ia tertarik dengan klub atletik. Sayangnya, untuk mendaftar ke klub atletik terlalu banyak peminatnya sehingga pendaftaran pun harus mengikuti tes praktek.

Pada hari seleksi, beberapa jam sebelum tes dimulai Kaho mengalami sebuah peristiwa. Sebuah benda besar dimana ia tidak tahu asalnya dari mana, menimpa kepalanya yang cukup membuat ia tak sadarkan diri hingga beberapa jam. Ia pun gagal mengikuti tes untuk klub atletik.

Selang beberapa minggu kemudian, Kaho masih tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Ia masih saja kesal setiap melihat anak klub ateltik berlatih dan tidak jarang ia mengintip latihan mereka.

Tanpa ia sadari, rupanya ada seseorang yang memperhatikannya. Gadis yang tak ia kenal mengajaknya bergabung ke klub basket, dimana saat itu klub basket baru terbentuk. Kaho awalnya menolak karena ia tidak bisa bermain basket dan tentu saja tidak berminat. Gadis yang tak ia kenal itu rupanya tak putus asa untuk mengajak Kaho bergabung. Hingga akhirnya, dua minggu kemudian ia setuju untuk bergabung.

Hari demi hari ia jalani dengan berlatih basket untuk mengisi waktunya selain bersekolah biasa. Rupanya, ia mendapatkan kesenangan tersendiri dan mulai mahir berlatih basket hingga 3 tahun lamanya. Suatu hari ia diajak oleh Ken-kakaknya- untuk menonton pertandingan basket temannya. Pada Winter Cup itulah ia menonton pertandingan basket antar sekolah yang sangat membuatnya terpukau, terutama Seirin. Dan yang mengejutkan, teman kakaknya itu merupakan salah satu anggota tim Seirin, dimana hal itu juga tidak sengaja membuatnya menyukai lelaki itu.

Ia pun ingin melanjutkan sekolahnya untuk pergi ke Seirin walaupun ia sendiri tidak memiliki alasan yang cukup logis, bergabung ke tim basket atau ... menemui pemuda itu?

Likes:
- Mochi
- Ice Cream
- Manga
- Cake
- Music

Dislikes:
- Spider
- Shoujo Manga
- Being Ignored

(+) Kecerdasan
(+) Lincah
(+) Teliti mengamati lawan
(-) Terkadang ceroboh
(-) Pikun
(-) Tidak dapat melakukan lay-up shoot

Tokyo yang cerah, dimana angin berhembus tidak terlalu kencang dan suhu udara yang cukup nyaman membuat semua orang ingin berada di luar rumah untuk menikmati sejuknya angin musim semi. Angin-angin itu menggerakkan segala sesuatu yang ringan yang mereka temui, seperti surai panjang milik Kaho yang baru saja keluar dari rumah dengan pakaian formal dan sopan.

Dengan langkah cepatnya, ia menyusuri jalanan yang tidak terlalu ramai. Sepertinya pagi ini tidak banyak orang yang keluar walaupun cuaca bagus. Kendaraan jarang sekali lewat di sekitarnya terutama mobil karena lebarnya jalan yang hanya muat untuk satu mobil.

Ia melewati banyak gang, juga pertokoan, hingga sekolahnya sendiri. Namun tujuannya masih kurang 1 km lagi, membuatnya berpikir pasti akan lelah jika ia sudah sampai di sana. Tapi apa boleh buat, tekadnya sudah bulat. Bahkan ia berangkat sendiri dengan semangat yang membara di dalam hatinya.

Sekitar setengah jam kemudian, ia akhirnya sampai di Seirin Gakuen. Tanpa banyak bicara, ia segera masuk untuk menemui salah satu staff di sana.

Seorang pria duduk di salah satu sudut ruangan di balik mejanya dengan kacamata yang bertengger di atas hidungnya menatapnya ketika ia masuk. Kaho segera membungkukkan badan, "Konnichiwa, Nama saya Tsuchiya Kaho. Sebelumnya saya sudah membuat janji dengan anda. Hari ini saya datang untuk memenuhi janji tersebut," katanya dengan tenang dan memberikan senyum ramah.

Pria itu mengangguk, "Uh.. Oh! Ya, silahkan duduk!" responnya yang terdengar ramah, namun masih terkesan tegas dalam kata-katanya. Kaho pun menurut, ia segera duduk. "Kau membawa dokumenmu?" tanya pria itu tanpa menatap Kaho, melainkan salah satu dokumen yang menumpuk di mejanya.

Ia mengangguk, "Ya, tentu. Bisakah saya memberikannya sekarang?" tanyanya sambil menunjukkan dokumennya di tempatnya. Pria itu tidak mengangguk, "Bawa kemari" sahutnya tanpa lama.

Kaho segera menyerahkan dokumennya dengan menaruhnya di meja. Pria itu meraihnya dan segera membuka lalu membacanya sekilas sambil bergantian menatap wajah Kaho. Ia berkali-kali menganggukkan kepala tanpa Kaho mengerti apa maksudnya.

"Akan saya hubungi lebih lanjut untuk informasi selanjutnya. Anda boleh pergi sekarang" kata pria itu setelah menaruh dokumen milik Kaho. Gadis itu bangkit lalu membungkukkan badan sekali lagi sebelum keluar dari ruangan tersebut.