Notes

Setiap dekade, populasi Bumi meningkat dengan sangat pesat. Menurut data dari World Bank (2021), jumlah populasi telah mencapai 7,84 juta. Dan tidak seperti 200 tahun lalu, manusia masih menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu untuk beraktivitas, tetapi kini 99% manusia menggunakan sumber daya alam seperti fossil-fuel (batu bara, minyak, dan gas) akibat berkembangnya jaman dan teknologi. Fossil-fuel adalah bahan alam yang harus diproses melalui pembakaran, sehingga hal ini menyebabkan peningkatan level karbondioksida di atmosfer sebanyak 33% (Hardy, 2003). Karbondioksida kemudian memicu meningkatnya suhu Bumi menjadi lebih panas, hal ini umumnya dikenali dengan sebutan Greenhouse atau Efek Rumah Kaca dan telah menjadi salah satu faktor utama dalam fenomena perubahan iklim.

Masalah iklim dan lingkungan telah menjadi salah satu isu yang dipertimbangkan secara serius dalam dunia Hubungan Internasional, sebab isu tersebut telah mencakup area secara global dan menjadi masalah di seluruh dunia. Perubahan iklim dan lingkungan juga dianggap sebagai ancaman keamanan dunia (Westing, 1986; Homer-Dixon, 1994; Barnett, 2000 dalam Khan, 2016), serta mempengaruhi sistem internasional termasuk yuridiksi suatu negara dalam sistem politik internasional. Contohnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations (UN) bersama dengan Organisasi Meteorogi Dunia (World Meteorogical Organization (WMO) membentuk suatu organisasi internasional yang disebut dengan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Selain itu, tidak sedikit pula organisasi-organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organization (NGO) yang turut berkontribusi dalam mengatasi masalah iklim dan lingkungan di seluruh dunia, salah satunya adalah Greenpeace.