NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Carlo Vivaldi ( @carlobenvo )
AT3-275

COLLECTION

Isabella menutup pintu mobil dan menguncinya melalui remote. Ia melangkahkan kakinya menyusuri arena parkir universitas yang masih sepi. Maklum saja, masih sangat pagi. Kebanyakan mahasiswa belum datang.
Isabella datang pagi karena kebetulan saja ia bangun kepagian. Padahal kuliahnya masih tiga jam lagi. Daripada ia tidak ada kerjaan di rumah, lebih baik ia pergi ke kampus untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan.
Isabella melirik jam tangannya. Perpustakaan belum buka. Baru akan buka setengah jam lagi. Karena itu, ia memutuskan untuk pergi ke kantin sekadar untuk membeli minuman hangat.
BRUK
Isabella terjatuh karena menabrak. Ia baru akan berdiri ketika dilihatnya seorang pria berjongkok di depannya.
“Maaf, kau tidak kenapa-napa kan?” tanyanya khawatir.
Isabella tersenyum dan menggeleng. “Tidak, aku baik-baik saja.” Katanya sambil berusaha berdiri, namun terjatuh lagi.
Pria itu langsung menahan badan Isabella. “Ada yang sakit kah?” tanyanya lagi.
Isabella meringis dan memegang pergelangan kaki kanannya. Pria itu melihat ke arah pergelangan kaki Isabella dan memeriksanya sebentar.
“Sepertinya kakimu terkilir. Kau.. pakai high heels sih.” Kata pria tersebut.
Tanpa banyak bicara, pria itu langsung melepas sepatu Isabella, memasukannya ke dalam tas Isabella, lalu mengangkat badan Isabella dan menggendongnya.
“Hei, hei! Mau dibawa kemana?” tanya Isabella panik.
“Ruang kesehatan.”
Isabella pun lega mendengar jawaban tersebut. Sesekali ia meringis karena kesakitan.
Pintu ruang kesehatan sudah tidak dikunci, namun sepertinya petugas kesehatan belum datang karena ruangan tersebut sangat sepi. Pria tersebut membaringkan Isabella di ranjang terdekat, mengambil bantal dan meletakannya di bawah kaki kanan Isabella.
“Tunggu sebentar disini. Aku akan pergi mencari es.” Kata pria tersebut sambil keluar.
Isabella mengerutkan keningnya tidak mengerti. Untuk apa es di pagi hari yang dingin seperti ini? Namun Isabella langsung melupakan hal tersebut karena fokusnya kembali beralih pada kakinya yang terkilir.
“Sakit sekali..” ia menggigit bibirnya.
Pria tersebut datang. Di tangannya ia membawa sebuah bungkusan. Pria tersebut mengambil kain dan memasukkan lima bongkah es ke atasnya. Dia langsung mengikat kain tersebut, lalu menempelkannya di pergelangan kaki Isabella yang terkilir.
“Ash..” desah Isabella begitu merasakan dinginnya es di kakinya.
“Biarkan tetap disitu selama 20 menit.” Kata pria tersebut.
Pria tersebut menarik kursi dan duduk di samping ranjang, matanya terus terarah pada pergelangan kaki Isabella. Isabella memandang pria tersebut, terlihat ada sorot aneh pada mata pria tersebut. Seperti sorot mata.. risih.
“Um.. Terimakasih ya.” Lirih Isabella.
Pria tersebut memandang Isabella dan tersenyum. “Sama-sama. Salahku juga yang sudah menabrakmu. Maaf ya.”
Isabella mengulurkan tangannya. “Isabella. Kau?”
Pria tersebut membalas uluran tangan Isabella. “Marco.”
“Kau anak baru ya? Sepertinya aku tidak pernah melihatmu.” Tanya Isabella.
Marco mengangguk. “Aku baru saja transfer dari Florence.”
Isabella mengangguk-anggukkan kepalanya. “Pantas saja aku tidak pernah melihatmu.”
Marco tidak menjawab. Ia mengangkat tangan kirinya dan melihat ke arah jam tangannya.
“Sebentar lagi kita angkat kompresmu, lalu baru kita balut lukamu.” Katanya.
“Ah.. ya..”
Mereka berdua kembali terdiam. Isabella mengamati Marco dengan seksama. Garis wajahnya tegas. Dia punya mata yang mempesona, walaupun ada sorot aneh di matanya. Selain itu, dia punya raut wajah yang tampan.
Tiba-tiba Marco mengulurkan tangannya, mengambil kompres es di pergelangan kaki Isabella. Ia berdiri sambil membuka ikatan kain, dan membuang es batu yang tersisa di wastafel.
Marco membuka lemari penyimpanan dan mengeluarkan gunting, perban, dan pengait logam. Dengan telaten ia meletakkan ujung perban di mata kaki, lalu menarik ekor perban menjauhi kaki. Setelah itu membalut bagian atas telapak kaki dan mulai membalut perban di sekeliling mata kaki. Dengan lihai ia kembali ke bagian telapak kaki dan menyelesaikan perbannya dengan menutupnya menggunakan pengait logam.
“Perbannya diganti dua hari sekali. Biarkan terbuka tanpa perban selama setengah jam, baru nanti pasang perban lagi.” Jelas Marco.
Isabella mengangguk-angguk mengerti.
“Kau tidak bisa berjalan. Sepertinya kau harus melewatkan kuliahmu pagi ini.” Kata Marco.
Isabella melenguh. “Ya, memang sepertinya begitu. Lebih baik aku pulang saja.”
“Mau kuantar?” tawar Marco.
Sejenak Isabella tertegun, lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak usah, aku bawa mobil.”
“Tak apa. Kuantarkan kau ke rumah lalu nanti aku akan kembali ke kampus.” Katanya.
Akhirnya Isabella mengangguk. Karena ia tidak bisa berjalan, Marco pun kembali menggendongnya menuju ke parkiran.
“Yang mana mobilmu?” tanya Marco.
Isabella menunjuk mobil putih yang berada di ujung. Marco mempercepat langkahnya, menyuruh Isabella membuka kunci mobilnya dengan remote, baru ia memasukkan Isabella ke dalam mobil.
Tanpa sepengetahuan Isabella, Marco membalikkan badannya, mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan sebuah botol kecil. Ia menuangkan beberapa tetes isi botol tersebut ke atas sapu tangan, lalu memasukkan kembali botol berisi kloroform tersebut ke dalam sakunya.
Lalu dengan satu gerakan cepat ia menempelkan sapu tangan tersebut di wajah Isabella, tepatnya di bagian hidung dan Isabella langsung tak sadarkan diri.
Marco bergegas masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobil Isabella. Sesekali ia melirik sinis pada Isabella yang tak sadarkan diri.
“Siapa bilang aku ini mahasiswa transfer, hah.” Katanya sinis.
Ia menyetir dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya ia berhenti di depan sebuah rumah besar. Ia mengeluarkan remote dari saku celananya dan memencet sebuah tombol dan pagar langsung terbuka. Ia membawa masuk mobil Isabella dan memarkirkannya di halaman, bersama dengan mobil-mobil lain serta motor yang tak terhitung banyaknya.
Ia keluar dari mobil dan memencet tombol lain sehingga pagar kembali tertutup. Kemudian ia membuka pintu mobil dan menggendong Isabella, membawanya masuk ke dalam rumah. Ia menuju salah satu kamar dan membaringkan Isabella di atas ranjang.
Marco keluar dari kamar tersebut, lalu ia membuka sebuah pintu yang ternyata adalah tangga yang mengarah ke bawah. Ia mendengar suara perempuan. Tidak hanya satu, namun banyak.
Ternyata ruangan tersebut adalah ruang bawah tanah yang dipenuhi oleh puluhan gadis. Namun ruang bawah tanah itu bukan ruang bawah tanah biasa, melainkan sebuah ruangan superbesar yang begitu cantik. Ada banyak ranjang susun, bahkan banyak meja kosmetik. Ada juga alat karaoke. Ada pula ruangan khusus yang berisi begitu banyak baju dan gaun. Pun dengan banyaknya rak berisi berbagai macam sepatu di dinding. Ada juga beberapa buah komputer dan televisi. Ruangan itu benar-benar kamar impian seorang gadis.
Namun sayangnya, walaupun dilengkapi dengan banyak fasilitas, gadis-gadis yang ada di ruangan tersebut sama sekali tidak terlihat senang.
Begitu melihat Marco, semua gadis yang ada di situ langsung terdiam. Ruangan langsung sunyi senyap.
“Sudah makan?” tanya Marco.
Serentak semua gadis tersebut mengangguk. Marco menyeringai dan tersenyum puas.
“Hari ini kalian akan mendapat teman baru. Dia caaantik sekali.” Kata Marco.
Gadis-gadis tersebut hanya diam tak bereaksi. Marco tertawa, lalu ia membalikkan badan dan menaiki tangga.
Marco menuju dapur, dan melihat lima pembantunya sedang mencuci piring. Ia mengambil gelas dan membuka kulkas, menuangkan air.
“Hari ini ada gadis baru.” Kata Marco singkat.
Kelima pembantunya hanya diam. Mereka sudah mengetahui bahwa tuan mereka menderita sakit jiwa, namun mereka tidak berani berbuat apa-apa.
Ya, Marco menderita sakit jiwa. Biasanya disebut psikopat. Ia sangat suka kepada gadis-gadis muda, dan terobsesi pada mereka. Ia sering menculik para gadis dan dibawanya ke rumah sebagai koleksi.
Kebiasaannya ini mulai muncul dua tahun yang lalu. Pada awalnya ia hanya suka memandangi, namun lama kelamaan ia mulai terobsesi dan mulai “mengoleksi” mereka.
Layaknya koleksi, Marco merawatnya dengan sangat baik. Mulai dari membesarkan ruang bawah tanahnya, mendekorasinya lalu mengisinya dengan fasilitas lengkap untuk menyenangkan hati koleksinya. Ruang bawah tanah memang tempat tinggal para gadisnya, namun ia juga mengizinkan mereka untuk naik ke atas dan berada di dalam rumahnya.
Namun ia juga sangat menjaga koleksinya. Ia sama sekali tidak mengizinkan mereka keluar. Mereka diizinkan untuk naik dan berada di dalam rumahnya, mereka juga diizinkan untuk keluar di taman belakang dan kolam renang. Namun, ia membuat pagar rumahnya setinggi tiga meter. Tak hanya itu, pagarnya dialiri oleh listrik.
Yang memegang remote pagar pun hanya dirinya sendiri. Ia sendiri yang mengantarkan para pembantunya apabila akan berbelanja.
Ia juga tidak suka melihat gadis-gadisnya terluka atau sakit. Karena itu ia menyewa dokter pribadi yang dibayarnya mahal untuk mengurus gadis-gadisnya.
Darimana Marco mendapat uang untuk membiayai kegilaannya mengoleksi gadis? Tentu saja karena ia adalah orang yang cerdas. Ia adalah seorang pengusaha bidang ekspor-impor yang sukses. Namun siapa sangka di balik sosoknya sebagai seorang pengusaha sukses, ada sosoknya yang “sakit”?
Di kantor polisi sudah menumpuk laporan gadis hilang, namun tak ada satu pun yang ditemukan. Polisi bahkan sama sekali tidak bisa melacak keberadaan gadis-gadis tersebut. Seorang Marco, tidak akan pernah melepaskan koleksinya.
Marco membawa gelasnya menuju ke kamar tempat Isabella berada. Rupanya Isabella belum bangun. Marco duduk di tepi ranjang dan dengan sabar ia menunggu sampai Isabella bangun.
Ketika Isabella bangun, ia merasakan pusing pada kepalanya dan ia merasa asing dengan ruangan tempat ia berbaring. Kemudian ia melihat Marco yang menatap ke arahnya.
“Dimana aku?” tanya Isabella bingung.
Marco menyeringai. “Welcome to my kingdom.”
: FIN :
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.