NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Suatu malam, pada musim dingin yang mencekam, saat kabut menyamarkan sinar kekuningan lampu-lampu jalan, seorang pemuda yang mengenakan trench coat selutut berjalan tertatih di atas jalan licin bersalju. Topi dan poni lurusnya menutupi setengah bagian wajah pemuda itu. Mulutnya bergetar menahan dingin, terkadang gemeletuk terdengar darinya.
Orang-orang tak akan menyangka tubuh seringkih itu keluar sendirian malam ini. Ketika setiap orang menikmati acara kumpul keluarga di sekitar penghangat ruangan, ditemani makanan-makanan hangat seperti ayam rebus dan sup telur, lalu anak-anak berebut mainan di bawah pengawasan orangtua mereka yang terkekeh geli, Kim Jongdae menembus angin menusuk dataran tinggi permukiman kumuh di pinggiran London guna menemui seorang dokter.
Jongdae melihat sekelilingnya. Sepi, gelap remang. Semua rumah tampak sama, berderet dan terbuat dari batu bata yang disusun teratur. Cahaya bulan tertutup awan kelabu. Jemari kakinya seakan membeku di dalam boots.
Dalam suasana setenang ini, seketika Jongdae teringat dengan masa lalunya. Chen, begitulah ia dulu akrab disapa. Berbekal suara tinggi memikat dan kemurnian cintanya pada seni tarik suara, Jongdae menjadi penyanyi terbaik dalam sebuah grup penyanyi terkenal di Korea Selatan, bernama EXO.
Siapa yang tak mengenal EXO? Apalagi di Korea Selatan, anggota-anggotanya merupakan legenda di masanya. Dia teringat betapa terkenalnya EXO dahulu. Mencetak berbagai rekor dunia di bidang musik, memiliki fanclub terbesar, menjadi salah satu grup musik paling disegani.
Jongdae masih terpaku setiap teriakan fans menggema di gedung yang mereka jadikan tempat konser. Teriakan para penggemar dengan lautan lampu perak paling memukau, para EXO-L. Dia akan merasakan lututnya melemas, paru-parunya penuh, dan otot wajahnya tiba-tiba kaku sebelum naik panggung dan menyapa EXO-L. Merekalah motivasi terbesar EXO, terutama Jongdae, untuk terus berjuang keras.
Perjuangan keras Jongdae seakan terbayar setiap melihat jerih payah EXO-L untuk selalu mendukung EXO. Membayangkan betapa sakitnya para fans berteriak setiap konser selalu memotivasi Jongdae untuk menunjukkan betapa ia telah tersentuh oleh mereka, betapa ia memahami rasanya ingin disadari oleh orang yang kita kagumi. Terbukti di setiap penampilan, suara Jongdae adalah yang paling nyata terdengar oleh fans.
Masa-masa itu begitu indah ketika masih berlangsung. Memang beberapa kejadian membuatnya bersedih dan putus asa. Jongdae tak akan bisa melupakan tangisan pertamanya di EXO, saat terpilihnya ia untuk debut di bawah naungan sub grup EXO-M. Pun tangisan terakhirnya bersama fans, ketika Goodbye Stage EXO di Seoul beberapa tahun silam.
Banyak opini negatif yang berebut masuk dalam otaknya, terutama saat menjadi anggota EXO dan setelah EXO bubar. Apalagi dalam keadaan Jongdae yang mengenaskan saat ini, benak kotornya seolah tertawa jahat dan berkata, "aku tahu semua ini akan terjadi." Seluruh hasutan benak jahat Jongdae intinya sama: bergabung dengan EXO adalah suatu kesalahan.
"Bagaimana bisa bergabung dengan para legenda adalah kesalahan?" Tanya benak baik Jongdae di satu musim gugur.
Benak jahat Jongdae tertawa remeh, "lihat saja masa depannya kelak."
Perdebatan dua benak itu sempat mengusik Jongdae di tengah karir. Tapi terkadang, perdebatan mereka berujung baik.
Seperti waktu ia sedang merundingkan lirik lagu Promise bersama Chanyeol pada akhir tahun 2014, perdebatan mereka memacunya menulis segala uneg-unegnya di kertas buram yang akhirnya diserahkannya ke Chanyeol dengan kedua tangan ke atas.
"Wow," puji Chanyeol tak percaya setelah membaca lirik lagu dari Jongdae, "this is too powerful and real."
Hidung Jongdae kembang kempis bangga setelah lagu itu dijadikan salah satu lagu legendaris dari EXO. Terutama lagu itu ditujukan untuk fansnya setelah dua benaknya berdebat tentang 'masa depan Jongdae sebagai anggota EXO'.
Bukan berarti sesudahnya Jongdae jadi menyukai jika ada lebih banyak perdebatan di kepalanya. Tentu lebih banyak kegamangan daripada rasa tenang yang Jongdae terima dari mereka. Momen ketika EXO bubar bertahun-tahun lalu pun bukannya meredakan perdebatan itu, malah membuatnya terdampar di Inggris dengan sisa-sisa tabungannya untuk belajar menenangkan pikiran sampai batas waktu yang tak ditentukan, berkantongkan alamat seorang psikiater.
Awalnya memang menyenangkan. Setiap hari gerimis--Jongdae suka irama hujan ditemani sesapan teh Darjeeling. Musim dingin tanpa salju yang terlalu tebal seperti di Los Angeles, hamparan gedung-gedung tua yang memberi kesan hangat, jalan-jalan raya berkubang yang menjadi sasaran mainan anak-anak setiap pagi. Malam pun tak cepat datang, pukul delapan masih terang benderang. Kalau butuh pemandangan serba hijau dan asri tinggal ambil tur pendek ke Skotlandia.
Hal yang salah dari terdamparnya Jongdae di Inggris adalah fakta bahwa ia sendirian. Dia butuh tempat menampung ceritanya selain kertas lusuh yang bisu dan orang-orang bule yang tak mengerti bahasa Inggrisnya yang sengau berantakan. Lama kelamaan, kesepian mengantarkan Jongdae menemui seorang psikiater yang dari dulu ia tolak datangi.
Di sinilah Jongdae berdiri, di samping lampu jalan yang hampir putus. Palang dokter itu tergantung di dalam pagar kayu putih berjejer. Mata sipit Jongdae mengintip dari balik poni, membaca ulang palang itu dan tak salah lagi--rumah berpintu merah dan beratap rendah dengan lampu bohlam menyala terang itu adalah tempat dimana Jongdae dapat bertemu dengan sang psikiater.
Sejenak ragu menyergap Jongdae. Sudah lama ia tidak berkomunikasi dengan orang lain. Apakah psikiater ini berbicara bahasa Korea? Dari namanya, Kim Minseok terdengar berdarah Korea murni.
Pertanyaan kedua dalam otaknya, apakah psikiater atau psikolog atau apalah nama mereka, sama seperti dokter kejiwaan? Atau apakah mereka masuk klan dokter?
Jongdae tidak masalah menemui dokter sebenarnya, sebelum ia bertemu seonggok daging menggumpal di bagian belakang tenggorokannya. Layar scanning hitam-putih dokter itu menunjukkan masa depannya yang menohok: Jongdae tidak bisa lagi bernyanyi. Bagian tenggorokan depannya pun perlahan memerah, membuatnya harus selalu menutupi itu dengan turtle neck atau syal setebal bulu cerpelai.
Kanker tenggorokan.
Statement dokter adalah pendukung kuat benak jahatnya saat ini. Hati kecil Jongdae dan benak baiknya tak dapat berbuat apa-apa selain menerima kekalahan. Suaranya direnggut perlahan-lahan dan Jongdae mulai percaya, penyebabnya adalah kegiatannya selama masih menjadi anggota 'sang legenda' EXO.
Kaki-kaki berbalut bootsnya melangkah lambat menuju pelataran rumah praktek psikiater itu. Heran juga bisa-bisanya ada praktek psikiater di tempat sekumuh ini. Mungkin orang-orang disini butuh pegangan jiwa harian setelah harus rela tinggal di pemukiman kumuh selama beberapa waktu.
Jongdae menekan bel di sebelah pintu. Suara wanita menyahut dari balik pintu yang kini terjeblak terbuka.
"Oh hai!" Sapa sang perempuan bermata sipit Asia dengan ramah. "Ada yang bisa kubantu?"
Dengan bahasa Inggris pas-pasan, Jongdae menjawab, "I wanna meet Doctor Kim Minseok."
"Doctor?" Wanita berambut merah itu terkekeh. "Sudah lama kami tidak memanggilnya begitu. Tapi memang ada Kim Minseok di sini. Silahkan masuk dulu."
Pintu merah itu dibuka lebih lebar. Suasana hangat memeluk sekujur tubuh Jongdae. Aroma masakan khas Korea, rempah-rempah, abu perapian, semua bercampur jadi satu. Jongdae kembali merasakan rindu rumah setelah meletakkan sepatu bootsnya di rak dan menapaki lantai kayu rumah itu.
"Minseok-ah!" Teriak si rambut merah. Dia kemudian berkata sekalimat penuh bahasa Korea, "ada orang gila lagi untukmu."
"Bisakah kau diam? Mumpung Saturday Night Live sedang jernih malam ini," jawab suara serak di balik sofa. Jongdae menyandarkan tubuhnya di dinding kiri lorong rumah menuju ruang keluarga yang berwarna krem mengelupas.
Kim Minseok pun akhirnya berdiri dari sofa dan menyapa Jongdae setelah si wanita memukul kepalanya telak dengan apron. "Ah, mohon maaf. Mari masuk!"
Jongdae menampakkan senyum lebarnya dan membungkuk sedikit untuk menjawab sapaan Minseok. Dia sadar kalau ia menjawab sapaannya dengan kata-kata pun Minseok tak akan mendengar dari jarak sejauh itu.
Minseok membawanya masuk ke ruang praktiknya di sebelah dapur. Wanita tadi tetap memasak--baunya seperti samgyetang--dan geleng-geleng kepala melihat tingkah sok keren andalan Minseok.
Omong kosong mengalir dari tempat Jongdae meletakkan sepatu hingga masuk ke sebuah ruangan modern. Sebuah kursi panjang seperti di ruang VIP bioskop, seonggok meja putih dan kursi panas di belakangnya, rak-rak penuh buku, semua memberi kesan dingin dan profesional. Agak berbeda dari beberapa kesan yang Jongdae temui dari sifat Minseok beberapa saat lalu.
"Baiklah, aku ingin mendengar apa keluhanmu. Kim Jongdae, isn't it? Ceritakanlah semua masalahmu, aku akan membantumu sebisaku."
Jongdae melirik ke kanan-kiri, memastikan tidak ada kamera tersembunyi di ruangan Minseok. Pertarungan batin tak lagi terdengar dalam hati Jongdae karena kini ia telah membulatkan tekadnya. Wajahnya bergerak mendekati sang psikiater.
"Aku butuh kau untuk menemaniku kabur ke Korea," bisik Jongdae, "lebih lama di Inggris aku bisa benar-benar gila."
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.