Notes

15 Agustus 2015.

23:00

Dengan pena yang berada dalam sela jemariku, aku duduk menyendiri dalam sepi. Mencoba menerjemahkan sesuatu yang kini bermuara di benakku ke dalam tulisan yang kini kugoreskan diatas kertas putih di hadapanku.

Aku menghela napas perlahan. Tersenyum saat kepalaku mendongak; menangkap pancaran cahaya yang diberikan sang bintang diatas sana. Taman langit memang selalu indah pada malam hari, bukan?

Sebuah cengiran sontak terlukis di wajahku. Disusul manikku yang mengerjap untuk sesaat. Sebelum akhirnya, tatapanku kembali beralih; menatap susunan kata yang terbaris rapi pada kertas yang dihiasi warna hitam dari goresan penaku.

Ah iya, tulisan ini adalah sebuah hadiah. Teruntuk seorang pemuda yang usianya akan bertambah dalam waktu kurang dari satu jam setelah detik ini.

Uh? Kau ingin melihat tulisannya? Tapi aku cukup malu untuk menunjukkan. Tidak usah saja, ya?

Ah, jangan memasang raut seperti itu. Baiklah, baiklah. Akan kuperlihatkan.

Ehー Jangan tertawai.

Aku meraih kertas itu. Menghadapkan tulisan nya kearah alam yang terpampang bebas di hadapanku. Menunjukkan hal yang telah kutulis itu ke hadapan dunia yang kini menyaksikan.

"Haiー Mungkin ini terkesan berlebihan ya? Eheheー Tapi, sebut saja ini adalah kejujuran dari hatiku sendiri.

Dan mungkin juga, ini terdengar keluar dari topik, ya? Aku ingin menuliskan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun mu, tapi malah aku mengatakan kejujuran dari perasaanku disini. Haha. Aku bahkan tak mengerti apa yang kutulis.

Uhー

Kak, ini mungkin bermula pada hari itu. Hari pastinya, aku tak terlalu mengingatnya dengan jelas. Bahkan hal yang terjadi pun rasanya seperti dinding kaca yang tertempel debu karena hembusan angin; buram.

Namun, seperti ucapanmu, perasaan tidak mungkin bisa dilupakan, kan? Dari itu, aku tetap mengingat /rasa/ nya.

Kak, kedatanganmu saat itu, seolah memberi kesembuhan untuk lukaku. Memberiku keberanian untuk kembali mencoba menuai rasa itu.

Aku menyayangimu? Ehー? Aku tak ingin mengucapkannya. Tak ingin benar-benar menaruh arti di balik kalimat itu. Karena ku rasa, ini terlalu dini, bahkan mungkinー terlalu lancang. Umー biar kusimpan di hati saja. Kau cukup pahami, sebagai adikmuー aku sangat menyayangimu.

Kau, salah satu kakak terbaik yang kupunya. Waktumu, selalu dengan tulus kau sempatkan untukku. Dan lagiーmelihatku bersemangat, itu inginmu, kan? Eheーterimakasih, umーkak Vino.

Dan sekarang, di hari istimewamu. Ah— Selamat ulang tahun. Semoga bahagia enggan meninggalkanmu. Yang terbaik untukmu, Kak.

Uh— Haruskah kuucapkan sekali lagi? Aku menyayangimu. Terimakasih untuk segalanya. Maaf, aku tak miliki kado terindah yang bisa kuberikan. Jadi—Ini untukmu."

Ah sudah. Hanya itu.

Bibirku mengatup rapat. Bahkan terlihat sedikit mengerucut. Dengan posisi kertas yang kini telah menutup tulisannya kearahku.

Aku tersenyum geli. Dengan sedikit memeluk kertas itu, aku bangkit; berdiri dari dudukku—melangkah meninggalkan taman menuju ruang pribadiku.

Dan ya, selamat malam— selamat menikmati hari istimewa untuk yang berulang tahun.


Love, Ai.