Notes

Cast:
- Jason Wang
- Julia Springer

Dilema adalah kata yang tepat untuk keadaan Jason saat ini.

Mengapa tidak? Trial untuk sepupunya akan dilaksanakan besok hari di Merciless Mart dan akan dipimpin oleh pamannya sendiri, Jack Kang.

Hatinya gundah membayangkan serum kejujuran itu akan menyiksa adiknya untuk mengungkapkan kebenaran. Kebenaran yang pahit dan  sangat disesalkan olehnya.

"Kau belum tidur?" Suara lembut itu menyapanya dari belakang, membuyarkan lamunannya dan segera menghadap si empu-nya suara.

"Belum, aku tidak bisa" jawabnya singkat sambil berjalan mendekat kearah wanita paruh baya yang berwajah mirip dengannya.

"Julia sudah tidur sedari tadi, ia sudah tenang. Saatnya kau juga beristirahat" tutur Hannah pada anak laki-lakinya.

Jason menatap mata ibunya sekilas lalu mengangguk dan masuk kedalam rumah untuk beristirahat dalam kamarnya. Ia membaringkan diri dikasur, berusaha menghalau masalah yang terlalu berat untuk dipikirkan dan memaksa dirinya terbuai dalam lelap.

-

"Siapa namamu?" Suara tegas pemimpin Candor itu bergema diruang pengadilan. Matanya tegas menatap wanita yang meringkih ditengah arena trial.

"J-Julia Springer" jawab wanita itu dengan nafas berat. Matanya mengeluarkan airmata dan tubuhnya berkeringat. Semua mata menatap kasihan padanya.

"Kau disini untuk diadili. Atas tuduhan yang ditujukan padamu"

Hening, hanya terdengar suara nafas memburu dari gadis tersebut.

"Apakah benar kau yang membunuh Trias Ranger, seorang Erudite dengan membiarkannya terkunci didalam ruangan penuh zat mematikan disaat seharusnya kau menjaga penelitiannya?" Tanya Jack Kang dengan rahang mengeras saat mengucap tuduhan.

"Tidak. Katakan tidak, Jules!" Teriak batin Jason memandang punggung Juliaa.

Tapi suara ringkih Julia dengan segenap ketegasan Candornya menggugurkan harapan Jason.

"YA!" Teriak Julia dengan keras membuat suara "oh" menggema didalam Arena. Jawabannya membuat mata Jack Kang bergetar, Jason menahan amarah dan Hannah menangis diantara kerumunan para saksi.

"A-ku yang m-membunuh Trias Ranger"

Skakmat, batin Jason.

-

"Kapan ekskusiku dilakukan?" Jason menatap menembus jeruji besi, memandang rambut coklat kusut Julia yang menatap kosong kearahnya.

"Minggu depan. Pemuka Candor tampaknya kurang rela untuk melepas putri mereka"

Anna tertawa pelan mendengar kalimat sarkastik Gale yang jarang ia dengar.

"Ah sungguh kehilangan yang disayangkan." Ucap Julia dengan cengiran khasnya.

Jason mengalihkan pandangan matanya, melawan hasrat untuk menangis dan menerjang jeruji-jeruji itu untuk memeluk Julia dengan erat.

"Kau tidak perlu berbohong..."

Julia mengadahkan wajahnya, matanya mencari manik hitam Jason yang menatapnya dengan gundah.

"Aku tidak berbohong." Tegas Julia.

Jason menggelengkan kepalanya dengan tak sabar, "Tapi mengapa?"

Pintu ruangan terbuka, seorang penjaga Dauntless masuk kedalam penjara.

"Jam jenguk sudah selesai" ujarnya pada Jason.

Jason menatap Julia dengan penuh harap, namun Julia telah berbaring diranjangnya, membalikkan badannya menghadap dinding tanpa menatap Jason yang menyerah dan segera keluar dari ruangan itu bersama penjaga.

-

H-5

"Selamat Pagi" sapa Jason pada wanita yang sedang menikmati sarapannya dari balik jeruji.

"Selamat Pagi, Mr.Wang" goda Julia sambil terus menyuapkan sarapannya kedalam mulut dengan lahap.

"Tampaknya kau sangat menikmati berada disini." Balas Jason sambil menduduki kursi penjenguk dan memangku kepalanya dengan kedua tangannya.

"Dulu aku selalu bertanya - tanya bagaimana rasanya dipenjara," jeda Julia,"Aku selalu mengirimkan orang-orang menuju tempat ini."

Jason mendengus keras, membuat tawa Julia keluar dengan lepas.

"Tapi kau dipenjara untuk eksekusi," suapan Julia terhenti diudara.

"Kita sudah dua hari tak bertemu. Apakah pertengkaran adalah jalan yang kau pilih untuk hari-hari terakhirku?" Tanya Julia setengah bercanda.

"Kau tak jawab mengapa?" Jason bersikeras.

"AKU TIDAK MEMBUNUHNYA OKE?! DIA MATI KARENA KECELAKAAN." Teriak Julia tak tahan sambil membanting piring makannya.

Jason menatap Julia dengan pandangan tak percaya.

"Lalu..."

Julia menghela nafas panjang, tersenyum masam.

"Trias sedang meneliti sesuatu. Tentang Divergent. Sebuah percobaan untuk menyembunyikan jati diri mereka."

Jason masih memandang tak mengerti, "Apa maksudmu?"

Julia menatap Jason dengan tatapan sedih.

"Kau fikir mengapa aku bisa berbohong melawan serum kejujuran?"

Pertanyaan itu melepas trigger dalam kepala Jason untuk mendeduksi. Hanya tawa yang terdengar dari bibirnya saat otaknya berhasil menempatkan semua petunjuk pada tempatnya.

"Kau divergent" ucap Jason pasti dengan tatapan tak percaya, membuat Julia terkekeh kecil.

"Ya. Aku divergent," Jawabnya mantap. "Trias tahu hal itu. Aku bekerja sama dengannya. Tapi saat itu para atasannya mengetahui penelitiannya, dan mengetahui identitasku yang sebenarnya."

Jason menggeram marah, "Mereka ingin membunuhmu. Mereka menjebakmu!"

"Ya." Respon Julia dengan singkat.

"Kita bisa menemukan bukti untuk membalikkan keadaan" jawab Jason dengan menggebu-gebu.

Julia menatap dalam manik hitam Jason, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak semudah itu. Karena disatu sisi, aku memang membiarkannya terbunuh."

-
H-1

"Eksekusimu diambil alih oleh Erudite karena mereka tidak terima atas pembunuhan salah satu manajer Lab mereka."

Julia menganggukkan kepalanya. Kembali membersihkan kuku-kukunya dengan peralatan yang dibawa oleh Hannah, Ibu Jason.

"Sudah selesai. Bagaimana kuku-kuku tanganku sekarang, cantik?" Tanya Julia sambil memamerkan kuku tangannya.

BUMM

Suara keras itu mengagetkan Julia, manik coklatnya menatap takut-takut kearah tangan Jason yang berlumuran darah akibat kulit yang robek saat melayangkan tinju-nya menuju dinding.

Jason keluar dari ruangan itu dan menutup pintu besi penjara dengan keras, meninggalkan Julia yang menangis sekeras-kerasnya didalam sel.

-

Hari Eksekusi

Tubuh semampai milik Julia terbaring lemas ditempat tidur Lab Erudite. Kilasan-kilasan masa lalu terbayang dibalik kelopak matanya.

"Sebentar lagi... aku akan bebas." Pikirnya tenang.

Ia menolehkan kepalanya kesamping, menubruk tatapan Jason yang berada dibalik ruang kaca itu.

Tajamnya jarum menekan permukaan kulitnya, mata Jason bergerak tak tenang. Bibirnya mengumamkan kata-kata.

"Aku akan sangat merindukanmu"

Julia tahu betul arti dari kalimat itu, namun racun mulai mengambil alih kesadarannya.

"Aku juga" gumamnya semakin lemah senada dengan denyut nadinya.

-

"Ada surat dari Julia." Hannah memberikan sepucuk surat kepangkuan anaknya. Jason tetap terdiam tak merespon, iapun menyerah dan segera keluar untuk meninggalkan anaknya sendiri lagi.

Jason akhirnya enatap surat itu dengan pandangan kosong, ia membuka lipatannya dan membaca kata demi kata.

"Maafkan aku meninggalkanmu sendiri.
Aku ingin mengejar mimpiku. Keluar dari penjara ini. Suatu saat kau akan mengerti dan pada saat itu, aku akan kembali.

- Loves, Jules-"

- end -