Notes

Berulang kali sudah aku membasuh bibirku dengan kucuran air keran di dormku ini. Mungkin hampir sepuluh kali, aku melakukannya. Jijik. Aku terus merasa jijik.

Bagaimana bisa ia menciumku malam ini, dengan begitu lembut. Tak sampai disitu. Sentuhan tangannya ditubuhku, yang membuatku semakin merasa muak. Tangan yang juga ia gunakan untuk menyentuh wanita lain.

Bagaimana bisa ia mencumbuku dengan mesra malam ini? Setelah tadi siang aku melihatnya mencium wanita lain. Bagaimana bisa ia memperlakukan aku sama dengan ia memperlakukan wanita lain tadi siang ?

Aku merasa hari ini aku akan bolos melakukan kegiatan yang sudah di tentukan master four


Ku buka pintu kamar mandi, sosoknya muncul. Berdiri tegak dan matanya yang menatapku intens.

Aku menatapnya datar. Berusaha menunjukan ketidak-tertarikanku padanya.

Ia sudah mengenakan kaos V-necknya yang berwarna putih. Dan celana tidurnya. Aku tahu bahkan dengan balutan sesederhana tersebut, tak seorang wanitapun mampu menolak pesonanya. Termasuk aku.

Tapi aku harus—harus mempertahankan harga diriku. Setidaknya, walau ia akan terus menyakitiku atau bermain gila di belakangku.di depanku ia harus menghargaiku sebagai manusia.

—*—*—

“Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk membilas wajahmu? Eoh?” tanyanya.

Aku acuh terhadap pertanyaannya. Seminggu belakangan ini ia mulai suka mengintrogasiku. Tapi aku rasa berdiam lama di kamar mandi adalah hal sepele bukan?. Aku berjalan melewatinya, yang berada dekat di ambang pintu kamar mandi. Dan matanya yang terus memperhatikan gerak-gerikku, aku tahu itu walau aku tak melihatnya. Kau bisa merasakan bukan saat orang terus menatapmu, terutama dengan tatapan menghakimi!.

Ku baringkan tubuhku, sejujurnya kepalaku terasa pening saat ini. Mungkin saja jika siang tadi aku tidak melihatnya, rasa sakit ini takkan ada. dan aku masih akan dalam keadaan baik-baik saja.

“Kau sakit?” ia mendekat. Duduk disisi ranjang, lalu menyentuh jemariku yang terkulai bebas. Lagi-lagi aku hanya diam seraya menutup kedua mataku, yang sedari tadi menatap langit-langit kamarku.

Ku tepis tanganya dari mataku yg tadi iya tutpi
Dan aku membuang muka padanya

Aku pun merasa bodoh dan mulai mengenag masa lalu
Waktu itu ada reuni alumni sekolah divergent fort aku datang dan ia juga. Ia tampil sangat dewasa, aku tersanjung terutama saat mendengar bahwa ia ternyata lulusan divergent fort dan sudah bergelarn leader of dauntless

Kemudian di acara tersebut kami berdua sibuk mengobrolkan banyak hal.

Akirnya bebrapa bukan aku dan dia berpacaran selama 4 bln dan

Pada saat aku membayangkan hal tentang dia . Aku merasa ada memasuki ruangan dorm ku yaps ya memasuki dorm ku adalah master ku . Dia mengira aku sakit karena aku tdk mengikuti kegiatan tadi pagi .
Saat itu dia melihat mata ku yg agak memerah dan berkata apakah kamu menangis ? Aku pun menceritakan semuanya kepada nya . Dan berkata tapi semuanya sudah berakir