Notes

#17 [Hagrid Hut-19.00 PM]

Tak terasa waktu sudah malam. Ia dan sang kakak kembali ke rumah Hagrid. Kini, sang kakak dan wanita cantik itu harus kembali ke tempat asalnya.

Ada perasaan yang sulit diartikan. Mungkin salah satunya sedih. Sedih karena di tinggal sang kakak. Terdengar berlebihan. Akan tetapi, ikatan hubungan kakak-adik tentu erat, bukan? Itulah posisi gadis itu sekarang.

"Kapan ada waktu kosong? Atau waktu liburan?" Tanya gadis itu.

Sang kakak mengangkat bahunya, "kakak tidak tahu. Mungkin akhir musim panas atau awal musim dingin."

Gadis itu menghela nafasnya, "H-hah, masih lama, kan?" Lalu gadis itu menundukkan kepalanya.

Sang kakak terkekeh pelan, "duh, adikku ini bisa bersedih juga, ha? Tenang saja, nanti kakak datang ke sini lagi," lalu menepuk pelan kepala gadis itu.

Ia sedikit tertegun. Tak biasanya sikap sang kakak seperti itu. Memang benar, aslinya suka berantem karena hal yang sepele. Sehingga membuat sifat gadis itu menjadi keras.

Akan tetapi, disisi dari sifat kerasnya, dia masih ada perasaan sayang ke sang kakak. Ia memang mengakuinya kalau sifatnya bisa di bilang kekanak-kanakkan. Terdengar belebihan bukan?

"Sudah, jangan bersedih terus," hibur sang kakak. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, "ini buat kamu."

"I-ini a-apa?" Ucapnya terbata-bata.

"Snow globe. Kemarin tak sengaja ketemu barang ini di salah satu toko. Kebetulan bentuknya menarik. Jadi, kakak belikan untukmu."

Gadis itu tahu kalau benda itu snow globe. Akan tetapi, ia masih bingung maksud sang kakak.

"Aku tahu. Cuman maksudnya apa?"

Sang kakak tersenyum dan mengangkat bahunya, "lihatlah nanti. Saat musim dingin."

Lagi-lagi gadis itu bingung dan muncul banyak pertanyaan di otaknya. Entah, dia harus meluapkannya atau tidak.

"Sudah, jangan memasang wajah bingungmu itu," lalu mencubit pipi gadis itu.

Spontan ia kembali memasang wajah datarnya. "whatever," ujarnya dingin.

Sang kakak menggelengkan kepalanya melihat sang adik berubah menjadi dingin. Walaupun cuman masalah yang sepele.

Lalu sosok wanita cantik itu datang menghampiri mereka. Wanita itu terlihat tersenyum melihat tingkah laku mereka.

"Nak, waktunya pulang," ucap wanita cantik itu kepada sang kakak. Lalu wanita itu bersender di pintu dengan melipatkan kedua tangannya

Gadis itupun terkejut. Ada perasaan tidak rela. Ia berpikir, 'baru saja bertemu dengan kakak beberapa jam yang lalu'.

Sang kakak menoleh ke sumber suara tersebut. "Eh?" Kejutnya.

"Ingat, besok masih ada tugas, vin," wanita itu memberikan death glare kepada sang kakak.

Sang kakak tidak bisa berkutik lagi. Memang, jadwal sang kakak sangat padat. Akan tetapi, ia berusaha menutupi rasa kesibukannya itu ke gadis itu.

Sang kakak hanya bisa menghela nafasnya, "baiklah."

Lalu kembali ke gadis itu. Sang kakak tersenyum. "Waktu sudah malam. Kakak harus kembali. Ingat, jangan lupa makan," ia melipat kedua tangannya, "kakak tahu, kamu pasti sering tidak makan."

Gadis itu mengerutu dan memanyunkan bibirnya ke depan. "Suka-sukalah, buktinya masih hidup, eoh?" Ketusnya

Sang kakak menjitak kepala gadis itu. "Hush, jangan ngomong seperti itu lagi!" Lalu memberikan death glare ke gadis itu.

"Whatever."

Tiba-tiba pria raksasa itu datang menghampiri mereka. "Sudah, jangan berantem anak muda, hohoho," ujar pria itu.

"Mereka juga sering begitu. Berantem karena hal yang sepele. Benar bukan?" tambahnya lagi.

Waktu sudah menunjukkan angka 8. Mereka pun pulang ke tempat asalnya. Gadis itu hanya bisa melihat dari kejauhan.