NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

❝Prettiest Day❞
.
.
.
Cast : Max & Queen
Genre : Romance/a lil bit Fluff
Rating : M nyerempet T.g
Alert : Typos / Uneducated Words /Out of Character
.
.
.
ENJOY!!!
.
.
.

Queen menghembuskan nafasnya kasar, sehingga membuat kepulan asap keluar dari hidung dan mulut mungil nan manis miliknya itu. Ia kembali mengotak-atik asal smartphone putih miliknya sambil mendudukkan bokongnya pada kursi tunggu yang tersedia di halte bus. Dengan kesal, Queen kembali menekan speed-dial satu.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak akt—“
Langsung saja Queen memutuskan sambungannya dan memasukkan smartphone itu dengan gusar ke dalam saku mantel merah marunnya. Sudah seminggu terakhir ini Max —kekasih Queen, tidak mengindahkan kehadiran Queen sama sekali, bahkan sekarang ia tidak pernah lagi mengirimkan pesan singkat manis (menurut Queen) seperti sebelum-sebelumnya. Tetapi, pesan ‘selamat tidur’ Max tidak pernah absen untuk mewarnai pesan masuk smartphone milik Queen. Ponsel Max selalu tidak aktif jika Queen menghubunginya. Dan yang paling membuat Queen kesal adalah ia yang biasanya setiap pagi ke kampus dengan diantar Max menggunakan porsche¬ hitam milik Max, kini harus menggunakan bus seorang diri untuk bisa sampai di kampusnya. Queen sungguh benci jika berpergian ia tidak ditemani oleh siapapun.
Sebenarnya ada apa dengan Max? Queen rasa ia tidak pernah berbuat salah pada kekasihnya yang berumur setahun lebih muda darinya itu. Lalu kenapa? Kenapa Max akhir-akhir ini menjauhinya. Apakah ini hanya perasaanya saja? Ah, tidak mungkin. Kimberly saja sampai bertanya, kenapa sekarang ia jarang melihat Queen jarang berduaan dengan Max lagi. Kampus menjadi sedikit sepi karena tidak ada lagi wanita yang menjerit-jerit tertahan —karena iri— seperti babi yang disembelih ketika melihat dua sejoli itu jalan berdampingan di koridor kampus. Queen tertawa kecil ketika mengingat ucapan sahabatnya yang cerewet itu. Ya, benar sepertinya Max sedang menjauh darinya.
.
.
.

Queen kini sudah berada di dalam bus bersama beberapa penumpang lainnya. Mata Queen menerawang ke luar jendela bus yang berembun. Queen mengenakan topi mantelnya dan merapatkan mantel yang melekat pada tubuhnya.Hari sudah gelap dan hawa musim dingin kian terasa menusuk.
“Hh.. Apa yang sedang Max lakukan sekarang? Apakah ia sudah makan? Apakah ia baik-baik saja?,” ucap Queen dengan suara sedikit serak. Queen rasanya ingin menangis saja karena terlalu rindu dengan kekasihnya itu.
‘DEG.’
Mata Queen tiba-tiba terpaku dengan pemandangan di sebrang sana. Ya, di café itu, ia melihat sosok yang ia rindukan saat ini, sedang duduk berhadapan dan tertawa bersama wanita lain. Queen sangat yakin. Walaupun dengan jarak sejauh apapun, dengan posisi menyamping ataupun membelakanginya, Queen tetap bisa mengenali wajah itu. Max Lee.
Kelihatannya Max baik-baik saja. Ya, Max tampak baik-baik saja tanpa dirinya. Di antara sekian banyak dugaan mengapa Max menjauhinya, Queen tidak akan pernah menyangka bahwa ‘Max telah menemukan wanita yang lebih baik’ lah jawabannya. Tapi bisa sajakan kalau wanita itu hanya teman Max. Lalu untuk apa Max menjauhi Queen..

Queen benar-benar ingin menangis sekarang. Tapi ini masih di bus, mau tidak mau Queen harus menunggu bus ini sampai di pemberhentian selanjutnya agar ia bisa berlari menuju apartmentnya, lalu mungkin ia akan menangis sambil meninju-ninju boneka doraemon pemberian Max bulan lalu.
Tidak terasa, setetes cairan bening mengalir indah di pipi semi-chubby Queen, yang langsung saja Queen hapus kasar dengan tangannya, seiring dengan bus yang mulai berjalan menjauhi pemandangan yang begitu memuakkan —bagi Queen— itu
.
.
.

Dan di sinilah Queen sekarang. Meringkuk di atas kasur dengan tubuh dibalut kemeja putih kepunyaan Max yang menutupi tubuhnya hingga setengah paha tanpa bawahan apapun. Matanya sudah sedikit bengkak karena kegiatan mengeluarkan air matanya tadi. Seharusnya Max berada di samping Queen, mendekapnya hangat, lalu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ya, seharusnya. Queen sudah lelah dengan hari ini. Ia menutup matanya perlahan, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.
.
.
.

Mata Queen terbuka perlahan. Ia menggeliat dari tidurnya dan dengan segera kepalanya terasa berdenyut-denyut —efek menangis terlalu lama. Matanya melirik jam di samping nakas. Pukul 23:45 KST. Queen tersenyum kecil. Pikirannya melayang pada Oh Max. Jam segini biasanya ia masih bermain ‘kuda-kudaan’ bersama Max. Di atas ranjang. Queen sungguh merindukan sentuhan pria itu. Queen merindukan bibirnya. Queen merindukan tawanya. Queen merindukan segala yang ada pada diri Oh Max. Air matanya kini kembali meleleh menghiasi wajah cantiknya. Queen masih saja menangis tanpa menyadari sedari tadi ada tangan kekar yang melingkar di perutnya dengan posesif.
“Sayang, kenapa menangis hm?,”
Isakan Queen langsung terhenti ketika suara bass itu menyeruak masuk ke telinganya. Ia sangat mengenal suara ini. Max Lee? Apakah ia sedang bermimpi? Queen sungguhan berharap kalau semua ini nyata. And boom! Queen merasa doanya benar-benar terkabul ketika dengan jelas, pipinya merasa hangat dan basah. Ia dan Max telah menjalin hubungan selama 4 tahun lebih dan Queen hafal betul dengan anggota tubuh Max. Termasuk bibir tipis Max yang kini tengah mengecupi mata dan pipi Queen —membersihkan sisa-sisa air matanya, juga rambut hitam milik Max yang terasa menggelitiki tengkuknya.
Queen menoleh ke samping, membuat bibir Max yang masih berada di atas pipi mulus miliknya, kini menjadi berhadapan dengan bibir plumnya —hanya berjarak beberapa senti saja. Nafas mereka saling beradu membuat wajah keduanya menghangat. Mata mereka saling menatap dalam diam, kerinduan yang sangat dalam terpancar jelas dari kedua mata Max, begitu juga dengan Queen. Sehingga tanpa ragu, Queen langsung meraup bibir Max, melumatnya lamat-lamat. Max membalas lumatan bibir Queen dengan lembut —menyesap rasa manis yang sudah seminggu ini tidak ia rasakan. Max mengulum bibir atas dan bawah Queen secara bergantian. Mereka memiringkan kepala masing-masing berlawanan arah untuk memperdalam ciuman yang sarat akan kerinduan itu.
Tiba-tiba, Max melepas pagutan manisnya dengan Queen secara sepihak —membuat Queen menatapnya dengan tatapan kesal. Oh, apalagi ini? Queen sudah benar-benar merindukan Max. Dan kini mata Max malah terfokus pada jam yang berada di samping nakas tempat tidur Queen. Pukul 00:01 KST.
Max kembali menatap Queen dengan lembut, jangan lupakan senyuman manis yang kini menghiasi wajah tampannya. Percayalah, senyum Max sungguh jauh lebih manis dibandingkan es krim coklat favoritnya.
“Happy Birthday, My Lovely Queen.”
Queen mematung, membiarkan bibir Max kembali memberikan kecupan-kecupan hangat pada bibir manis miliknya. Ulang tahun? Oh, tanggal berapa sekarang...?
Ia masih sibuk mengingat-ingat tanggal berapa sekarang, tidak menyadari kini tangan Max tengah sibuk mengaitkan sebuah liontin ke leher jenjang miliknya. Ah, benar 8 hari yang lalu Max berulang tahun, dan hari ini adalah gilirannya. Otaknya terisi penuh dengan Max Lee seorang, sehingga ia tidak mengingat ulang tahunnya sendiri. Sedikit menggelikan.
Mata Queen mengerjap imut. Kekesalannya pada Max perlahan mulai terlupakan. Tangannya dengan perlahan terangkat —menyentuh liontin dengan beberapa permata kecil menghiasi huruf ‘M’ yang kini telah bertengger manis di lehernya. Kedua ujung bibirnya kini terangkat, membentuk senyuman yang teramat manis —membuat Max bisa kapan saja terkena diabetes di tempat.
Diam-diam tangan Max merogoh saku celana jeans yang ia pakai,
“Ttaraa!!,” serunya sambil menggoyang-goyangkan sebuah liontin yang berada di genggamannya. Liontin yang sama persis dengan yang dikenakan Queen, hanya saja di sana tidak tertulis ‘M’, melainkan ‘Q’.
“Kau memakai namaku, dan aku memakai namamu. Uh, sungguh manis. Pakaikan untukku, hm?”
Queen mengambil liontin dari tangan Max —memasangkannya pada leher Max, membiarkan Max yang kini menatap wajah Queen dengan senyum gemas. Liontin couple itu terlihat pas pada leher mereka.
“Apa saja yang kau makan selama aku meninggalkanmu semingguan ini? Lihatlah pipimu menjadi semakin tembam begini.” ucap Max sambil mengecupi pipi Queen yang memang terlihat sedikit berisi dari biasanya.
“Aku tidak gendut!” balas Queen sambil merenggut kesal, membuat Max tertawa kecil. Max sudah tidak tahan lagi. Ia benar-benar merindukan Queennya.
“Aku merindukanmu.” ucap Max pelan sebelum merengkuh tubuh Queen agar merapat dengan miliknya, lalu kembali mendaratkan ciuman lembut pada bibir plum Queen. Tak terasa, kini Queen sudah berada dalam kungkungan hangat tubuh Max. Queen menarik kerah baju Max, berusaha membalas lumatan Max yang menjadi sedikit ganas. Max meremas pelan payudara kiri Queen, membuat sang empunya melenguh nikmat, dan kesempatan itu digunakan Max dengan sebaik mungkin untuk memasukkan lidahnya ke dalam goa hangat milik Queen, mengabsen deretan rapih gigi Queen, dan mengajak lidah Queen bermain dengan lidahnya.
“Mpphh.. ugh..” Queen kembali melenguh nikmat saat tangan nakal Max kini merambat ke bawah, mengelus paha dalam Queen yang tak tertutupi apapun. Tak mau kalah, Queen pun memasukkan tangannya ke dalam kaos milik Max, meraba perut semi-abs itu dengan gerakan yang sedikit nakal, membuat Max ikut melenguh nikmat dibuatnya.
Ciuman Max kini berpindah pada leher mulus Queen. Ia menjenjangkan lehernya agar Max lebih leluasa untuk menciptakan jejak keunguan itu pada lehernya.
“Eughh...” Queen melenguh nikmat. Max selalu tahu di mana letak sensitif tubuhnya.
Sementara itu, tangan Max tidak tinggal diam, dengan sedikit kasar, ia mempreteli satu-persatu kancing kemejanya yang kini tengah dikenakan oleh Queen, membuat kedua kedua gundukan kembar yang ia rindukan itu terpampang indah di depannya. Sudah cukup puas dengan leher, bibir Max kini berpindah ke bawah, menghisap nipple Queen tanpa melepaskan kemeja itu dari tubuh indah kekasihnya. Tubuh Queen benar-benar dimanjakan. Oh, jangan lupakan tangan Max yang kini sedang sibuk mengelusi kewanitaannya —yang sedari tadi sudah basah karena tindakan Max sebelumnya.
“Aghhh Ba-byhh.. sshhh” desahan Queen mengalun merdu di telinga Max saat dua jarinya menusuk vagina Queen tanpa aba-aba, sementara ibu jarinya men¬ekan-nekan klitoris Queen.

“Aaah yeah, therehh Maxhh eummh,” Queen tidak bisa menahan desahannya ketika jari panjang Max dengan telak menyentuh titik manisnya di bawah sana, sementara tangannya menahan kepala Max yang masih setia memanjakan payudara sintalnya.

Kini tiga jari telah bersarang di vagina Queen. Max mempercepat gerakan tangannya, seiring dengan dinding vagina Queen yang kian menjepit jarinya. Oh, hanya dengan membayangkan jika penisnya yang menggantikan posisi jarinya saja sudah membuat precumnya keluar.

“Ughhh” Queen melenguh panjang dan cairan hangatnya langsung membasahi jari-jari panjang milik Max. Celananya semakin sempit saja karena ‘Little Lee’nya yang semakin membesar, apalagi dengan pemandangan yang disuguhkan di depannya. Queen yang terengah-engah dan wajahnya yang memerah. Matanya menutup anggun dengan bibir plumnya yang sedikit terbuka. Semua kancing kemejanya sudah terbuka, membuat dadanya yang tengah naik turun terekspos di depan mata Max.
.
.
.

Doggy Style adalah favorit Max. Karena dengan Queen yang menungging, penisnya serasa seperti tersedot dan dipijat-pijat oleh lubang sempit milik Queen.

“Oughh!,” Queen mendongak, melengkungkan tubuh indahnya saat penis berurat milik Max kembali menyentuh titik manisnya dengan telak. By the way, Max-nya malam ini kuat sekali. Queen sudah sampai empat kali dan Max belum sama sekali. Penisnya masih berdiri tegak sejak mereka memulai permainan.

“Mengah- pa.. masih semh- pithh saja hm?,” bisik Max tepat di tengkuk Queen, sampai tubuh Queen menegang dibuatnya. Vaginanya berkedut-kedut, membuat penis Max serasa diurut-urut.
“Oh yeah, begitu sayang. Teruskan,” Max semakin menggila. Suasana dikamar Queen semakin memanas. Max semakin menghentak-hentakkan penisnya brutal dengan tangan yang masih setia meremas payudara sintal Queen dari belakang. Jangan lupakan suara deritan kasur dan kecipak akibat gesekan alat vital keduanya yang seakan menjadi backsound kegiatan erotis mereka malam ini.

“Queen...” panggil Max dengan suara serak. Queen menoleh, memperlihatkan wajah cantiknya yang memerah karena tak kuasa menahan kenikmatan yang tengah ia rasakan saat ini.

“Aku mencintaimu.” ucap Max dan langsung melumat lembut bibir Queen tanpa mengurangi tempo tusukan penisnya pada vagina Queen.

“Eumphhh, Maxhh fasterhh,”

“As your wish, Babe.” Max mencengkram pinggul Queen dan mempercepat gerakan pinggulnya dengan sweetspot Queen yang selalu menjadi ‘korban’nya. Queen ikut menggoyangkan pinggulnya berlawanan. Tubuh Queen menegang, dinding vaginanya merapat —memijat nikmat penis Max yang masih keluar masuk. Kepalanya pening karena rasa nikmat yang mendera seluruh titik tubuhnya. Dan detik berikutnya, mereka bergerak dalam dan menggeram sebelum mencapai puncaknya bersama.
.

.

.

.

.

“Apa? Bekerja part time? Sebagai bartender?” saking terkejutnya Queen sampai melupakan sesendok penuh es krim cokelat yang kini masih berada di dalam mulutnya. Queen sungguh terlihat imut dengan mata yang membulat dan poninya yang diikat ke atas, berbeda dengan Queen yang di ranjang.

Ah, soal wanita yang bersama Max di café, ternyata dia hanyalah sepupu Max yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Tokyo. Max menjemputnya di bandara, lalu minum hot americano bersama untuk melepas rindu di café . Bagitulah. Queen teramat sangat lega mendengarnya

“Maxku yang manis, apakah kau benar-benar bekerja di sana selama seminggu ini..?” seakan masih belum percaya, Queen kembali bertanya, dan hanya dibalas anggukan tak berdosa dari yang ditanya.

“Oh my, bagaimana bisa ada bartender setampan dirimu? Jangan bekerja di sana lagi! Lagi pula untuk apa kau bekerja di sana? Kau kan bisa meminta pada Paman Lee untuk membelikan liontin ini. Tak perlu bekerja di sana!” omel Queen sambil mempoutkan bibirnya kesal, lalu kembali menikmati es krimnya.

“Bilang saja kau takut, takut jika kekasihmu yang tampan ini berpaling pada wanita-wanita sexy di sana, iya kan?” ucap Max sambil mendekat, menyudutkan Queen pada ujung sofa.

“Tentu saja!” teriak Queen. Remote TV yang berada di tangan Max hampir saja terjatuh dibuatnya.

“Hei! Tidak perlu semarah itu. Lagi pula aku tidak mungkinkan meminta ayah untuk membeli cincin ini untukmu. Aku ingin membelikannya dengan jerih payahku sendiri, agar menjadi lebih berkesan untukmu, qt pie.” Max berucap lembut seraya dengan tangannya yang merogoh saku sweatpantsnya, mengeluarkan sebuah kotak beludru biru tua, lalu membukanya. Memperlihatkan sebuah cincin dengan permata berwarna blue-sapphire. Sungguh indah.

“Ini terlihat manis di jarimu, sekali lagi selamat ulang tahun, My Queen!” ucap Max dengan riang sambil memainkan tangan Queen di udara, mengabaikan Queen yang kini masih terdiam dengan sendok es krim yang menggantung di mulutnya —lagi—.


“Woo-hoo! Nona Queen, ayo menikah!”

“.........”

.



.



.



.

❝You see I love the way you love me
Love the way you smile at me,
I love the way we live this life we're in❞

Don McLean – Birthday Song
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.