NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

PLEASE, LOOK AT ME

Suasana siang hari itu di gelanggang olahraga sangat ramai. Dengan adanya Pekan Olahraga Mahasiswa yang semakin dekat, para mahasiswa dari semua jurusan pun makin giat berlatih demi menghadapi kompetisi.
Salah satu tempat berlatih olahraga yang paling sering digunakan mahasiswa adalah gelanggang olahraga universitas, karena tempatnya besar dan tentu saja, gratis.
Di salah satu arena basket indoor, terlihat beberapa mahasiswa sedang berlatih. Di bangku penonton, terlihat seorang gadis yang begitu bersemangat menyaksikan jalannya latihan tersebut. Sedari tadi, matanya hanya terfokus pada satu titik.
Eric Schwazer.
Itulah nama pria yang menjadi titik fokus matanya. Gadis itu – Lilith Beuageard – memang menaruh hati pada Eric.
Bukan baru-baru saja ia menyukai pria tampan tersebut, melainkan sudah sejak sekolah menengah pertama. Namun sayangnya, ia hanya berani memendam perasaannya dan tidak pernah mengungkapkannya pada Eric.
Lilith memekik kecil ketika merasakan suatu benda dingin menempel di pipinya. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat temannya Max berdiri sambil tersenyum.
“Oh, hai Max! Sini duduk.” Lilith menepuk bangku di sebelahnya.
Max turun dan duduk di sebelah Lilith, menyodorkan botol minuman dingin tersebut pada gadis itu.
Lilith menerima botol tersebut dengan senyum mengembang. “Terima kasih Max.” Katanya.
Max memandang ke lapangan basket. Tatapan matanya berubah sendu begitu ia menemukan satu titik yang menjadi fokus Lilith sejak tadi. Bukannya ia tak tahu bahwa Lilith menyukai pria tersebut, ia tahu. Ia adalah orang yang paling tahu.
Nama lengkap pria tersebut adalah Eric Schwazer Malfoy. Dan nama Max sendiri adalah Max William Malfoy.
Ya, Eric adalah kakak Max.
“Kapan Eric selesai latihan?” tanya Max pada Lilith.
“Mungkin sebentar lagi selesai, sudah hampir dua jam ia latihan.” Lilith menjawab tanpa melepaskan pandangannya dari Eric yang berlari-lari di lapangan.
“Pulang sekarang, yuk?” ajak Max.
Lilith bergegas menggeleng kuat-kuat. “Untuk apa? Aku kan mau menunggu Eric! Lagipula kalau kita pulang sekarang, nanti Eric naik apa? Mobilnya kan sedang ada di bengkel!” serunya kesal.
Max menghela nafas. “Dia kan sudah besar. Lagipula dia biasa pulang bersama temannya kalau dia tidak bawa mobil.”
Lilith mengerucutkan mulutnya, lalu menggeleng lagi. “Kita tunggu sebentar ya Max? Sebentaaar saja, sampai Eric selesai latihan.” Pinta Lilith.
Max memejamkan matanya, berusaha menahan gejolak hatinya. Dengan berat hati, ia pun mengangguk.
: PLEASE, LOOK AT ME :
“Tadi kau hebat sekali! Apalagi waktu three point, keren sekali!” Lilith mengacungkan kedua jempol tangannya.
Sambil tetap fokus menyetir, Eric tertawa. “Kau berlebihan, Lith. Aku masih perlu banyak latihan.”
Lilith menggeleng. “Tidak kok. Menurutku itu tadi sudah hebat. Urgh, aku tidak sabar melihat kau bertanding di kompetisi!”
Max yang duduk di jok belakang mobil sambil bersedekap hanya bisa diam melihat adegan yang terjadi di depan matanya tersebut.
Max tahu, bahwa Lilith menyukai Eric kakaknya. Namun Max juga tidak dapat memungkiri perasaannya. Ia menyukai Lilith sejak mereka bertemu, di hari pertama mereka masuk sekolah menengah.
Max pun bersahabat dekat dengan Lilith. Sampai akhirnya Max mengajak Lilith untuk main ke rumahnya, dan Lilith bertemu dengan Eric. Sejak saat itu, semua berubah.
Semua perhatian Lilith yang awalnya untuk Max, berganti menjadi untuk Eric. Obyek pembicaraan mereka pun tak jauh-jauh dari Eric. Lilith tak henti-hentinya menanyakan soal Eric, hingga Max menyadari bahwa gadis yang disukainya itu telah jatuh hati pada kakaknya sendiri.
“Max, Max!”
Max yang sedari tadi melamun pun tersadar. Ia memandang ke luar jendela mobil dan menyadari bahwa mereka sudah sampai di rumah Lilith.
“Urgh, kau memikirkan apa sampai melamun begitu? Aku pulang dulu ya!” kata Lilith pada Max.
Max tersenyum dan mengangguk, matanya mengawasi Lilith turun dari mobil sampai masuk ke dalam rumahnya.
“Kau bisa pindah ke depan jika kau mau.” Kata Eric.
Max menggeleng. “Disini saja.” Tukasnya.
“Maaf.” Kata Eric tulus.
Max mendengus. “Bukan salahmu.”
Mobil kembali berjalan. Eric yang menyetir pun sesekali melihat ke kaca tengah mobil. Bukan untuk melihat jalanan di belakangnya, melainkan untuk melihat adiknya yang duduk diam di jok belakang.
Eric bukannya tidak tahu bahwa Lilith menyukainya. Ia bisa melihat dari sikap gadis tersebut padanya. Dan ia juga bukannya tidak tahu bahwa Max menyukai Lilith. Sama seperti Max yang sangat tahu kalau Lilith menyukai Eric, Eric pun sangat tahu kalau Max menaruh hati pada Lilith.
Sama layaknya dia bisa membaca sikap Lilith padanya, ia juga bisa membaca sikap Max pada Lilith. Semua orang bisa melihat betapa Max menyayangi Lilith. Semua orang, kecuali Lilith.
Eric sangat menyayangi adiknya. Karena itu ia benar-benar merasa tidak enak pada Max. Ia juga menyayangi Lilith, namun ia sayang pada Lilith sama seperti ia sayang pada Max. Hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Ia tak mungkin membalas perasaan Lilith, karena ia tahu itu akan melukai perasaan adiknya.
Max turun dari mobil dan membuka pagar rumah, membiarkan Eric membawa mobil masuk ke dalam garasi. Tanpa banyak bicara, ia langsung menutup kembali pagar dan masuk ke dalam rumah.
Eric yang melihat sikap adiknya itu hanya menghela nafas panjang.
: PLEASE, LOOK AT ME :
Hari ulang tahun Eric jatuh satu minggu sebelum Pekan Olahraga dimulai. Sebenarnya Eric tidak menginginkan perayaan khusus, namun Ibunya memaksa untuk merayakan ulang tahunnya. Akhirnya, ulang tahun Eric dirayakan dengan makan malam di sebuah restoran dan hanya mengundang orang-orang terdekat.
Lilith tentunya sangat bersemangat dengan perayaan ulang tahun Eric. Jauh-jauh hari ia sudah membeli hadiah untuk Eric. Satu set tuxedo putih. Karena menurutnya, Eric sangat gagah bila mengenakan tuxedo. Mahal, memang. Lilith sampai menguras tabungannya demi membeli kado untuk Eric.
: PLEASE, LOOK AT ME :
“Lilith, Max sudah datang!” seru Ibu Lilith.
Lilith yang mendengar suara Ibunya bergegas menyambar tasnya, lalu sekali lagi menatap bayangan dirinya di cermin, memastikan bahwa ia sudah cantik. Setelah yakin, ia bergegas turun ke bawah, berpamitan pada Ibu dan Ayahnya lalu keluar menemui Max di ruang tamu.
Max yang duduk di ruang tamu tercengang begitu melihat Lilith. Lilith tampak cantik sekali dalam balutan gaun berwarna biru navy.
“Bagaimana penampilanku, Max?” tanya Lilith meminta pendapat.
Max tersenyum menatap Lilith, dan mengacungkan kedua jempolnya. “Cantik, cantik sekali.” Pujinya.
Lilith tersenyum senang mendengar pujian Max. “Berangkat sekarang?” tanyanya.
Max mengangguk, dan mereka berdua keluar dari rumah Lilith menuju mobil Max yang diparkir di depan. Max membukakan pintu depan untuk Lilith, yang membuat Lilith tertawa.
“Seperti kencan saja.” Katanya.
Lilith tidak tahu bahwa perkataan singkatnya itu begitu menusuk hati Max. Lilith tidak tahu berapa kali Max mendambakan kencan berdua dengan Lilith, hanya mereka berdua, tanpa membahas Eric seperti yang selalu mereka lakukan apabila sedang keluar berdua.
Sambil menyetir mobil, Max melirik ke arah bungkusan kado yang dibawa oleh Lilith.
“Apa isinya?” tanya Max penasaran.
Lilith tersenyum sok misterius. “Ada lah! Pokoknya ini kado spesial. Aku sampai menguras tabunganku dan sekarang aku tidak punya uang sama sekali. Tapi tak apa, untuk Eric ini.”
Max hanya tersenyum sumbang.
: PLEASE, LOOK AT ME :
Begitu Max dan Lilith memasuki restoran tempat diselenggarakannya acara makan malam ulang tahun Eric, ternyata semua orang sudah datang. Kecuali Eric, dan pemilik kursi kosong di sebelah kursi Eric.
“Dimana Eric?” tanya Lilith seraya duduk di kursinya.
Max menggelengkan kepalanya. “Mungkin ke kamar mandi.”
“Tapi kursi siapa itu di sebelah Eric?” tanya Lilith lagi.
“Tidak tahu. Semua yang diundang sudah datang kok. Mungkin Eric mengundang temannya yang lain, aku tidak tahu.” Jawab Max.
Tak lama kemudian, Eric datang. Mata Lilith langsung berbinar-binar menatap Eric dalam balutan tuxedo hitamnya. Ia langsung membayangkan betapa tampannya Eric apabila mengenakan tuxedo putih yang nanti akan diberikannya pada Eric.
“Hai semuanya, maaf aku terlambat.” Kata Eric. “Ada yang ingin kukenalkan kepada kalian semua.” Lanjutnya.
Kemudian, seorang wanita tinggi semampai berjalan masuk. Ia berhenti di sisi Eric, dan menggandeng tangan Eric.
“Ini Blaire. Kekasihku.” Kata Eric sambil tersenyum lebar.
Senyum di wajah Lilith menghilang. Wajahnya memucat. Ia mencengkeram erat lengan Max. Max yang tidak tahu apa-apa pun kebingungan.
“Maafkan karena selama ini aku tidak pernah memberitahu kalian tentang kekasihku. Aku dan Blaire sudah berpacaran selama tiga tahun, kami bertemu saat student exchange di Perancis. Dan sejak itu kami menjalin hubungan.” Jelas Eric.
Wanita yang diperkenalkan Eric sebagai Blaire tersebut tersenyum dan memandang semua orang.
“Perkenalkan, nama saya Blaire Andrometh.” Katanya memperkenalkan diri.
Sementara itu, tanpa disadari semua orang – kecuali Max –, butir-butir air mata turun membasahi pipi Lilith. Ia menunduk sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya menangis.
Karena Eric sudah datang, acara makan malam pun langsung dimulai. Namun Max yang mengetahui kalau Lilith menangis, langsung minta diri. Ia beralasan akan mengantarkan Lilith ke kamar mandi.
Max membawa Lilith ke rooftop restoran. Untungnya saja, sepi. Lilith langsung menangis keras begitu tiba disana.
Hati Max sangat sakit melihat gadis yang dicintainya menangis di depannya. Ia merengkuh Lilith dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis di dalam dekapannya.
Lilith memukul-mukul dada Max, melampiaskan kesakitannya.
“Kenapa Max? Kenapa?!” lolongnya. “Eric.. Eric..”
“Sebegitu cintakah kau pada Eric, Lith?” tanya Max dengan suara bergetar.
“Iya! Kau tahu sendiri aku sangat mencintainya. Aku sangat mencintai Eric, Max! Kukira selama ini dia tidak punya kekasih, tapi kenapa tiba-tiba dia datang membawa kekasihnya? Kenapa Max? Kenapa?!”
“Sebegitu cintakah kau pada Eric sampai membutakan mata dan hatimu? Sampai kau tidak bisa melihat ada orang yang begitu mencintaimu?” tanya Max lagi.
Lilith melepaskan diri dari pelukan Max, dan menatap Max tidak mengerti.
“Tidak bisakah kau melihat di depanmu ada orang yang begitu mencintaimu?” kata Max.
“Max.. Apa maksudmu?”
Max memukul-mukul dadanya. Air mata mulai keluar dari matanya.
“Tidak bisakah kau melihat, Lith? Aku! Aku yang selama ini ada di depanmu! Aku yang begitu mencintaimu. Tapi mata dan hatimu terbutakan oleh cintamu pada Eric!” seru Max, mengungkapkan isi hatinya yang selama ini dipendamnya. “Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu, Lilith. Di depan perpustakaan, hari pertama masuk sekolah menengah, saat kita berdua sama-sama kebingungan mencari kelas. Aku sudah menyukaimu sejak itu!”
“Max.. Kau.. Serius?” tanya Lilith dengan suara bergetar.
“Apa kau pikir aku sedang bercanda?! Kau tidak tahu betapa sakitnya hatiku melihatmu dengan Eric. Kau memberinya semua perhatianmu. Apabila kita berdua saja pun kau selalu membicarakan Eric. Eric, Eric, dan Eric. Pernahkah sekalipun aku terlintas dalam pikiranmu, Lith? Aku mencintaimu Lith, sangat mencintaimu!”
Air mata Max turun semakin deras, begitu pula air mata Lilith.
“Tak bisakah sekali saja kau melihatku? Lihatlah aku yang selalu ada untukmu. Lihatlah aku sebagai sesuatu yang berharga di matamu. Lihatlah aku sebagai seorang yang kau cintai. Tak bisakah, Lith?” kata Max hampa.
Lilith yang tak dapat menahan tangisnya yang menjadi-jadi langsung memeluk Max. Erat sekali.
“Maafkan aku Max, maafkan aku..” tangisnya. “Aku memang bodoh, Max. Kumohon maafkan aku.. Maafkan aku yang terlalu bodoh dan tidak bisa melihatnya, maafkan aku Max..”
Max mendekap Lilith erat, mengusap rambut Lilith. Menciumi kepalanya. Membuat rambut Lilith basah oleh air matanya.
“Aku mencintaimu, Lilith Beaugeard..” kata Max pelan. “Mulai sekarang, lihatlah hanya kepadaku, ya?”
Dalam hening malam, Lilith mengangguk.
: FINISH :
     
 
what is notes.io
 

Notes is a web-based application for online taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000+ notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 14 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.