NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Cast :
- Queena Jane
- Zouche Ten
- Akashi Four

Seorang wanita berparas cantik sedang membawa keranjang yang hampir penuh dengan buah-buahan segar. Wanita itu berjalan mengelilingi kebun buah itu, memastikan apa semua buah-buahan yang siap petik telah ia petik semua atau belum.

“Queen!! Queena!!” Gadis itu cantik itu pun menoleh, ia melihat seorang pria berjalan menghampirinya. “Ada apa Max?” Tanyanya.
Pria bernama Max tersebut menatap Queen penuh harapan. “Bisakah kau pergi ke hutan dan mencari tanaman obat? Tanaman obat kita banyak yang mati oleh hama. Belakangan ini banyak hama yang menyerang perkebunan kita.” Pinta Max.

Queen menghela nafas dan menatap pria itu tajam. “Kenapa aku? Kenapa bukan kau saja? Kau kan laki-laki, lagi pula hutan itu berbahaya untuk gadis sepertiku.”
Max mengangkat sebelah alisnya. “Gadis sepertimu? Apa maksudnya? Jangan berpura-pura lemah, aku tahu kau gadis tangguh. Lagipula aku ada urusan lain.”
Dengan kesal Queen menyodorkan keranjang buahnya kepada Max. "Kau sungguh menyebalkan.” Dengusnya kesal sembari berjalan menjauhi Max, dan pergi ke arah hutan.
“Berhati-hatilah Queen, dan jangan masuk ke rumah tua yang ada di tengah hutan sana.” Pesan Max.
Queen menghentikan langkahnya dan berbalik. “Memangnya ada apa di rumah tua itu?”
“Hantu.” Ucap Max terkekeh

Queen menatap Max dengan tatapan tajam dan berbalik untuk melanjutkan langkahnya. Gadis itu masuk ke dalam hutan, ia tahu persis dimana letak tanaman obat yang biasanya mereka petik hingga akarnya untuk ditanam kembali di perkebunan Amity. Setibanya di lokasi, tanpa membuang waktu ia segera memetik beberapa macam tanaman obat itu.

Di tempat lain di waktu yang sama, seorang pria tampan dan gagah berjalan menyusuri hutan dengan senjata laras panjang di tangannya.
“Dimana lagi aku harus mencari rusa hutan? Dasar gadis Erudite bodoh, bisa-bisanya menyuruhku untuk mencari rusa hutan untuk dijadikan bahan penelitiannya. Kalau bukan karena imbalan yang besar, aku tidak akan mau.” Keluh pria itu.

‘srak….srak..’ Pria itu menghentikan langkahnya, dan mengedarkan pandangannya. Ia melihat bayangan bergerak, dengan sangat hati-hati ia melangkahkan kakinya mendekati bayangan itu. Ia berhenti dan bersembunyi di balik pohon, mengangkat senjatanya dan membidik sasarannya. Pria itu menarik pelatuknya, peluru melesat cepat dan mengenai tubuh rusa hutan itu. Pria itu menyunggingkan senyumnya dan berjalan menghampiri rusa hutan yang sudah tergeletak tak berdaya.

Hari semakin gelap, Queen yang belum selesai memetik tanaman obat pun panik.
“Ah, aku harus bergegas, aku lupa membawa penerangan. Ini semua karena Max.” Dengusnya kesal.
sesegera mungkin ia mengumpulkan tanaman obat-obatan dan bergegas pergi.
Kini hutan sangat gelap, dan langkah Queen pun melambat.
“Aku tidak dapat melihat apapun” keluhnya sembari memicingkan mata.
Di kejauhan ia melihat setitik cahaya. ia mendekati cahaya itu. Cahaya yang ternyata datang dari dalam sebuah rumah tua.
“ini rumah yang Max bilang tadi? Hantu apa yang menggunakan penerangan dan mendengarkan musik classic?” Celotehnya kesal.

Ia melangkahkan kakinya ke beranda rumah itu, mengetuk pintunya namun tidak ada jawaban dari dalam rumah. Ia mengetuk kembali pintu rumah itu, namun tetap tidak ada jawaban.
‘Apa aku masuk saja ya? Siapa taju tidak terkunci, aku ingin meminta senter atau paling tidak lentera untuk menuntunku pulang.’ Batinnya.
Tangannya memegang gagang pintu, dan mendorongnya ke bawah.
‘Tidak dikunci.’ Katanya dalam hati.
Ia membuka pintu itu perlahan dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.

“Permisi.. Apa ada orang?” tanyanya sembari mengedarkan pandangannya.
Rumah yang terlihat tua dan kumuh dari luar itu ternyata di dalamnya sungguh berbanding terbalik. Di dalam rumah itu semua terawat, dekorasinya tertata rapih dengan gaya classic. Queen melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan, suara musik classic pun terdengar semakin kencang.

Di ruangan itu ia melihat mesin piringan hitam yang sedang menyala, ada sofa yang terlihat nyaman dan meja kecil dengan poci dan cangkir di atasnya. Di sudut ruangan ia melihat lemari kaca besar berbingkai kayu mahogany, di dalamnya ada gadis berparas cantik, berbalut gaun pengantin.
“Itu boneka dengan ukuran manusia?”
Queen melangkahkan kakinya mendekati lemari kaca itu. Ia terkejut setelah mengetahui itu bukan sebuah boneka dengan ukuran manusia, melainkan manusia yang diawetkan. Dan dia mengenali wajah gadis ini, ia seorang anak Dauntless yang dikabarkan hilang di tengah hutan sesaat setelah pelatihan menembak dua tahun lalu.

“Jadi dia tidak hilang? Tetapi diculik dan dijadikan pajangan? Orang keji macam apa yang berbuat seperti ini?” Queen terus menatap wajah gadis itu, hingga pantulan dari lemari kaca itu mengalihkan pandangannya.
Dari pantulan kaca, ia melihat seorang pria dengan kemeja dan celana serba hitam berdiri di belakangnya. Di tangan pria itu ada sebuah pisau besar, mirip pisau daging, dengan sigap ia berbalik dan merunduk.

Pisau pria itu tertancap di bingkai lemari kaca itu, Queen menatap pria itu ngeri. Pria itu mencabut pisaunya dan berbalik, siap menyerang Queen. Queen berjalan mundur, ia terus mengawasi pria di depannya. Ia tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup topeng putih polos, ia hanya dapat melihat matanya. Mata yang menurutnya tak asing.

Pria itu terus berjalan mendekati Queen, Queen berbalik dan berlari namun pria bertopeng itu dapat membaca geraknya lebih dulu dan melemparkan pisaunya. Pisau itu pun dengan mulus menancap di pergelangan kaki kanan Queen, membuat gadis itu jatuh dan berteriak kesakitan.

--------------------------

“Gadis Erudite itu lebih baik menepati janjinya, atau aku akan memenggal kepalanya.” Ucap pria itu kesal, satu tangannya sibuk memengangi kedua kaki depan rusa hutan dan menyeretnya.
Di tengah perjalanannya ia mendengar suara jerit kesakitan dan minta tolong. Dengan sigap ia berlari dan mengikuti arah datangnya suara jeritan itu, jeritan yang menuntunnya ke sebuah rumah tua.

Lagi-lagi ia mendengar suara jeritan dari dalam rumah itu, ia meninggalkan rusa buruannya dan berlari ke rumah tua itu. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding rumah itu, menoleh dan mengintip ke dalam melalui jendela. Dilihatnya seorang gadis yang sedang merintih dengan pergelangan kaki bersimbah darah dan seorang pria dengan jarum suntik di tangannya.

Tanpa berpikir ia melepaskan pelurunya ke udara, bermaksud untuk menarik perhatian pria yang berada didalam. Kini ia melihat pria itu bergerak mengarah ke pintu keluar, meninggalkan gadis yang malang itu. Dengan cepat ia berlari dan bersembunyi, saat pria itu keluar ia dengan hati-hati berjalan di belakangnya dan dengan cepat memukul punggung pria itu dengan cepat. Karena sedetik saja ia terlambat, pria itu berbalik dan menyerangnya. Pria itu pun terjatuh dan ia melepaskan topeng pria itu.

Wajahnya menjadi muram begitu mengetahui siapa di balik topeng tersebut.
“Kapan kau akan berhenti sobat?”
Ia mengangkat tubuh pria itu dan membawanya ke dalam rumah tua itu, membaringkannya di sebuah sofa. Ia segera berlari ke dalam ruangan dimana Queen berada.
“Hey, bertahanlah.” Katanya pada Queen.
Ia menatap Queen yang hampir kehilangan kesadarannya. Ia membuka bajunya dan mengikatkannya pada pergelangan kaki Queen yang bersimbah darah.
“Tunggu sebentar, aku akan kembali.” Ia pun berlari keluar ruangan.

‘Mau kemana lelaki itu?’ Batin Queen penasaran.
Ia merangkak keluar ruangan. Dilihatnya lelaki yang menolongnya dan seorang pria terbaring di sofa. Lelaki tadi menyuntikan sesuatu pada tubuh lelaki itu.
“Cairan apa yang kau suntikkan padanya? Dan pria itu, wajahnya sangat tidak asing.” Suara Queen terdengar lemah.
“Ini obat bius. Ingat tiga tahun lalu ada murid berbakat di Erudite? Dialah orangnya, Akashi Four. Dia sahabatku. Dia berubah sejak gadis yang di lemari kaca itu mencoba mencampakannya. Dan siapa pun yang mendekati lemari kaca itu, akan ia bunuh.” Jawab lelaki itu tenang.

“Namaku Ten, faksi Dauntless.” Pria dengan tubuh bidang itu berjalan menghampiri Queen dan memapahnya berdiri.
“Aku yakin kau tidak bisa jalan, biar aku gendong.” Lelaki bernama Ten itu pun menggantungkan senapan di punggungnya dan menggendong gadis itu.
“Terima kasih, Ten.” Kata Queen lemah
Lelaki itu hanya menggangguk. Tatapannya pun tidak pernah beralih untuk melihatnya, lelaki itu selalu menatap ke depan.
“Apa yang kau lakukan di hutan? Latihan menembak?” Queen berusaha memecah keheningan.
“Berburu. Dan karena menolongmu, aku harus meninggalkan buruanku” balas Ten datar.
Queen merasa kesal dengan jawaban yang Ten berikan, tapi dia tidak bisa marah. Dia takut ditinggalkan di tengah hutan jika ia marah pada pria dingin ini, lagipula jika bukan karena dia mungkin dirinya sudah meninggalkan dunia ini.

Sepanjang perjalanan Queen diam-diam memandangi wajah Ten, mempelajari lekuk wajahnya. Ten yang sadar dipandangi pun menoleh.
“Kau jatuh cinta padaku? Berhenti memandangiku seperti itu."
Mendengar pertanyaan itu, wajah Queen terasa panas dan pipinya bersemu kemerahan.
“Apa katamu? Percaya diri sekali. Tidak mungkin aku jatuh cinta pada pria dingin sepertimu.” Balas Queen ketus, namun jantungnya berdegup kencang.

Kini Ten dan Queen sudah kembali ke kota, Ten membawa Queen ke rumah sakit dan menemaninya hingga ia selesai ditangani. Ten duduk di sebelah ranjang dimana Queen berbaring.
“Ten, ceritakan kisah sahabatmu itu.” Pinta Queen.
Ten menghela nafas dan matanya menerawang.

“Tepat saat penerimaan siswa baru, aku dan Four bertemu dengan gadis itu. Dan tak berapa lama setelahnya mereka menjalin hubungan selama setahun, sampai hingga saatnya gadis itu meminta putus dengan Four. Gadis itu cerita padaku bahwa Four telah berubah, dan aku pun sependapat dengannya. Lalu saat kami para Dauntless selesai dengan pelatihan menembak kami di hutan, gadis itu memintaku menemaninya ke rumah tua itu untuk bertemu Four. Rumah tua itu sebenarnya base camp milikku dan four, disana terdapat laboratorium miliknya dan ruang pelatihan milikku. Aku menemani gadis ini, dan meninggalkan mereka berdua karena aku yakin Four tidak akan bertindak gila. Hingga esok hari aku mendengar kabar bahwa gadis itu tidak kembali. Aku mencari Four ke base camp, dan kudapati dia sedang menjahit bagian perut tubuh gadis itu. Di meja labnya banyak toples penuh bagian dalam tubuh manusia.” Jelas Ten.
Mendengar hal itu, Queen hampir muntah karena jijik.
Ten memandanginya “Apa kau mau aku meneruskan cerita ini?”
Queen mengangguk.

“Aku menariknya dan hampir menghajar wajahnya, tapi kuurungkan niatku setelah melihat wajahnya yang muram. Ia berkata, dengan begini ia bisa selamanya bersama gadis itu. Entah apa yang ada di otaknya. Lalu dia memandikan gadis itu dengan bahan pengawet, mendandaninya dan mengenakan gadis itu gaun pengantin yang ia buat sendiri.” Ten mengusap-usap keningnya yang terasa pusing, ia tidak menyangka sahabatnya bisa melakukan hal seperti itu.

Queen mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Ten. “Kau pergilah istirahat, terima kasih sudah menolongku.” Katanya lembut.
Ten pun berdiri, belum sempat ia melangkahkan kakinya, Queen menarik tangan Ten. Membuat pria itu hampir jatuh menindihnya jika tangan Ten tidak sigap bertumpu pada pinggir ranjang.
“Apa yang kau-“ kalimat Ten terpotong dengan mendaratnya bibir lembut Queen di bibirnya.
Ten membalas ciuman itu dan melepaskannya. “Jadi kau benar-benar jatuh cinta padaku?” Ia tertawa dan meninggalkan Queen yang tersipu malu.

--------------------------
Ten berjalan keluar dari pit, dengan wajah muram. Ia memikirkan sahabatnya, entah apa yang harus ia perbuat untuk mengembalikan sahabatnya seperti dulu. Ten memasuki dorm Dauntless dan melangkahkan kaki ke kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat Four berada di dalam kamarnya.
“Kenapa tidak bilang jika ingin berkunjung?” Tanyanya, ia mencoba tenang dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
“Aku ingin memberimu sebuah kejutan, sobat.” Suara Four terdengar aneh di telinganya, perasaannya menjadi tidak enak.
“Kejutan? Maksudmu?” Ten menatapnya dengan bingung juga cemas.
“Bukalah lemarimu.” Four tersenyum janggal.
Ten tidak pernah melihat sahabatnya tersenyum seperti itu. Dengan ragu ia pun membuka lemari pakaiannya, sesaat ia membuka lemari itu. Sesuatu jatuh menimpanya, mata Ten membulat sesaat setelah ia menyadari bahwa yang menimpanya adalah tubuh kaku Queen. Ten memeluk tubuh gadis itu, air mata mengalir di pipinya.

“Aku tahu kau jatuh cinta pada gadis itu sejak seminggu lalu, makanya aku melakukan ini agar kau dan dia takkan terpisahkan.” Ucap Four tenang.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.