Notes

My Handsome Ghost part 1

Suara bel terdengar di seluruh penjuru sekolah, menandakan berakhirnya kelas sore ini. Seorang gadis berparas cantik sedang merapihkan buku dan alat tulisnya. Memasukkan kedalam ransel merah mudanya, lalu menggendong ranselnya.

‘beep beep’

Gadis itu mengeluarkan handphone dari saku bajunya. Di layar tertera ada satu pesan masuk. Jari mungilnya menyentuh layar handphone dan membuka pesan itu.

‘From : Wendy
Irene, kau dimana? Aku dan Yerin sudah di tempat biasa. Cepat datang!! Aku punya mainan baru.’

Irene. Nama gadis cantik itu adalah Irene. Jemari Irene mulai sibuk menyentuh layar handphone nya. Matanya fokus menatap layar, sedangkan kakinya melangkah keluar gerbang sekolah.

‘To : Wendy
Kelas ku baru saja berakhir. Aku akan segera tiba. Bersabarlah... Mainan baru? Ahh jangan bilang kau membeli mainan aneh seperti tempo hari’

Ia pun mengirimkan balasan nya. Kakinya terus melangkah sampai akhirnya ia tiba di depan cafe kecil dipinggir jalan. Sebuah Cafe berdekorasi unik dan ceria. Di depan cafe itu terdapat papan nama besar bertuliskan ‘HAPPINESS DELIGHT’.

Irene melangkahkan kakinya kedalam cafe itu, matanya menyapu sekeliling ruangan.
“Eonni! Disini!!” Seorang gadis berwajah imut dan manis sedang melambaikan tangan ke arahnya. Disebelah gadis itu duduk seorang gadis berambut pirang dengan senyum yang khas. Irene berjalan mendekati kedua gadis itu, menarik bangku dan duduk bersama mereka.

“Eonni, tidak pesan minuman?” tanya gadis imut itu. Irene menggelengkan kepalanya, “nanti saja Yerin.” Gadis bernama Yerin pun menggangguk. “So wendy, mainan apa yang kau punya kali ini?” Irene bertanya pada gadis berambut pirang disebelahnya. Sebuah senyum penuh arti muncul di wajahnya, ia mengambil tas nya dan mengeluarkan sebuah papan.

“Tadaa! Ini papan ouija. Untuk memanggil hantu. Aku tidak percaya pada hantu, jadi ku beli untuk membuktikan apa hantu itu ada atau tidak. Dan sekarang kita akan memainkan nya.” Jelas wendy dengan penuh antusias.

“Hantu itu ada Wendy. Aku tidak mau memainkan nya. Itu sama saja mengganggu para hantu. Dan seperti kita, mereka tidak suka diganggu.” Irene menggelengkan kepalanya.

“Bilang saja kau takut.” Wendy mendengus kesal. “Eonni ayo kita main. Tidak akan terjadi hal aneh kok.” Yerin meyakinkan Irene. Irene pun menghela nafas dan setuju untuk ikut bermain ouija. Wendy meletakan papan ouija yang bertuliskan alphabet di atas meja, lalu meletakan kayu kecil berbentuk kotak pipih di atas papan itu. “Ayo kita mulai. Taruh tangan kalian di atas kotak ini” ucap wendy seraya meletakan telunjuknya di atas kotak pipi kecil itu, di ikuti dengan jari Irene dan Yerin.

“Wahai para arwah yang berkeliaran. Datanglah. Kami memanggilmu.” Kalimat itu terlontar dari mulut Wendy. Ia terus mengulangi kalimat itu. Seketika suasana Cafe menjadi aneh, suhu diruangan pun terasa dingin. Irene merasakan hembusan angin di tengkuknya. Wendy tetap sibuk mengucapkan kalimat untuk memanggil arwah sampai akhirnya ia berhenti karna merasakan kotak kecil di bawah jarinya bergeser. Hal ini pun dirasakan Irene juga Yerin. Wajah Yerin terlihat bingung, sedangkan wajah Irene begitu tenang namun tersirat kekhawatiran.

“Kalian menggesernya?” tanya Wendy penasaran. Irene dan Yerin pun serentak menggelengkan kepala. “Ini keren! Arwah, apa kau disini bersama kami?” Wendy bertanya dengan penuh semangat. Untuk beberapa saat tidak terjadi apapun sampai akhirnya kotak kecil dibawah jari mereka bergerak ke arah huruf ‘Y’ dan ‘A’.

“Kau menggerakkan nya kan? Mengaku saja.” Wendy kembali bertanya namun Irene dan Yerin tetap menjawab tidak. “Baiklah. Arwah, siapa nama mu?” Kali ini Yerin bertanya. Lagi-lagi kotak kecil itu bergerak. Mata Irene terkunci pada pergerakan kotak kecil itu.

“B-A-E-K-H-Y-U-N. Baekhyun?” Yerin bertanya. Irene mulai tidak nyaman. Ia merasakan sesuatu berdiri di dekatnya. Irene menarik jarinya dari kotak kecil itu. “Teman-teman aku harus pulang. Hari sudah semakin gelap.” Kata Irene yang segera beranjak dari tempat duduknya tanpa menunggu respond dari kedua teman nya.

Ia segera berjalan keluar cafe. Kakinya membawa dia ke sebuah halte bus terdekat. Irene tinggal di apartement yang lumayan jauh dari sekolahnya. Sedangkan cafe happiness terletak tidak jauh dari sekolahnya. Tak lama bus yang di tunggunya pun tiba. Ia menaiki bus itu dan duduk di bangku kedua dari belakang, dekat dengan jendela. Sepanjang perjalanan mata Irene sibuk menatap keluar jendela.

20 menit pun berlalu. Irene turun dari bus dan berjalan ke arah apartement nya. Memasuki lift dan turun dilantainya. Ia berjalan di lorong yang sepi. Ia merasa ada yang mengikutinya sedari tadi. Irene berhenti di depan sebuah pintu bernomer 530. Ia memasukkan kode pengaman lalu membuka pintu itu dan melangkah masuk kedalam.

“Kenapa kau mengikuti ku?”


-Bersambung-