NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Cinta? kau mempercayainya? benarkah kata itu bisa merubah segalanya? apa kau yakin? tak ada yang tau sebelum kau merasakannya.

Shirley... nama itu terlanjur terukir di benaknya sulit untuk dimusnahkan bahkan tak bisa rasanya. Melihatnya selalu dengan senyum yang tercetak di bibirnya. Untuk siapa senyum itu? untuknya kah? Rayland pening memikirkan hal itu, setiap hari bahkan tak pernah terlewat sekalipun. Tentu tidak. senyum itu bukan untuknya. Bukan untuk Rayland Abiyantara Greyson. Kenyataan itu membuat hatinya tergores luka yang dalam. Bagaimana bisa gadis pujaannya itu selalu tersenyum dengan orang lain, sedangkan dirinya yang selalu memujanya bahkan dianggap tak ada. tak bisakah ia melihat Ray disini. Tersenyum untuknya atau bahkan berada disampingnya. Ray meringis memikirkan itu, miris rasanya. Ia lebih memilih beranjak pergi dari sini, ia sudah muak dengan semuanya.

Ray melangkahkan kakinya mengikuti gadisnya kemanapun pergi. Gadisnya? ia menyebutnya seperti itu entah atas dasar apa. Ley, panggilan gadis itu memang sudah tau setiap pulang sekolah pasti ada yang membuntutinya. ia tak pernah berani menoleh, takut rasanya saat menoleh dan sesuatu buruk terjadi padanya. Bahkan ia tak pernah tau siapa yang mengikutinya, biarlah Tuhan menyimpannya sendiri tanpa berbagi dengannya.

Tunggu. Ley tak mendengar langkah kaki mengikutinya lagi. 'Ah bodoh' hatinya bersuara dan segera mempercepat langkahnya. Ray lelaki itu membirkan gadisnya lolos, ada hal lain yang menarik perhatiannya. langkahnya kini tertuju pada suara samar samar yang ia dengar, suara ribut. Matanya pedih melihat pemandangan yang pernah menuangkan kesedihan dalam hidupnya. Ia semakin mendekat memastikan apa yang terjadi.

"Ada apa ini?" tanyanya.
sontak membuat semua orang di sana menatapnya heran. Lelaki tampan dengan bola matanya yang coklat rambutnya hitamnya yang tertata rapi serta seragam sekolahnya yang masih melekat pada tubuhnya. Dan juga earphone yang menggantung di lehernya menambahkan aksen menarik dari dalam tubuhnya.
"Tempat ini sepi. Jadi kami akan menggusur dan menjadikan tempat ini lebih menarik" ucap seseorang yang sepertinya pembuat masalah di sini.

Tangan Ray mengepal, kejadian ini memaksa otaknya memutar lembaran lembaran masa lalu dimana orangtuanya mengalami hal serupa saat mereka belum sukses seperti saat ini. Saat itu toko kue milik keluarganya rata dengan tanah ulah tangan tak bertanggung jawab yang membuatnya muak.

"Beri aku waktu 3 bulan jika tempat ini tidak sepi lagi maka kalian tidak berhak menggusur tempat ini" Entah kekuatan darimana Ray mengatakan hal yang memberi dampak besar pada setiap orang disini. "Kau yakin?" ucap seorang meremehkannya. "Kau ragu denganku?" Ray tak menjawab pertanyaan itu. "Baiklah, kuharap kau bisa melakukannya" seringai tajam muncul dari seorang yang membuatnya ingin melemparkan pukulan tepat di wajahnya. Seketika segerombolan itu pergi meninggalakan tempat itu menyisahkan Ray dan para pedagang yang masih berpijak disana.
"Apa yang kau katakan barusan nak? kau bisa mengatasinya? sepertinya kau anak orang kaya, tapi mengapa melakukan semua ini?" tanya seorang perempuan paruh baya. Ray tak begitu menanggapi ia hanya tersenyum simpul dan berlalu pergi.

Jari panjangnya dengan lincah bergerak memasukan kode apartemenya. Tak butuh waktu lama setelah pintu terbuka, ia langsung menghempaskan dirinya pada satu satunya sofa yang ada di dalam apartemennya ini. Ray memang anak orang kaya, bahkan orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan mereka membuat Ray lebih suka tinggal di apartemen dibanding di rumahnya yang megah tapi sangat sepi bahkan ia tak bisa melihat kehidupan di sana. 'Uang kiriman dari mama papa bulan lalu masih ada kan' ia bertanya pada dirinya sendiri. Uang dari orang tuanya ditambah dengan tabungannya selama ini ia rasa cukup untuk membangun sebuah bakery. Toko pancake lebih tepatnya. Beruntung ia masih bisa merasakan masa kecilnya yang bahagia dengan keluarga yang menyayanginya. Bahkan ia selalu membantu mamanya membuat pancake diakhir pekan. Ray meraih ponselnya menghubungi seseorang yang bisa membantunya dalam hal ini. membangun toko kue? benarkan seorang Rayland akan melakukannya? ia bahkan tak tau jawabannya sampai alam sadarnya menariknya lebih dalam, ia terlelap beralih pada dunia mimpinya.

Sinar mentari di pagi hari menusuk kelopak matanya yang masih tertutup, mengusik tidur nyenyaknya dan membuatnya terpaksa bangun dari mimpi indahnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, bukankah ia harus pergi ke sekolah? bertemu dengan gadisnya. Ia tak sabar melihat ekspresi gadisnya karena satu kejutan yang sudah di buatnya.

Ray menatap lekat gadis itu. Rambut panjangnya digerai begitu saja membiarkan angin memainkannya. Ingin rasanya Ray menyelipan rambut itu di belakang telinganya. Mengelus pipinya yang sedikit kemerahan. Matanya yang selalu dengan tatapan sendu. Seperti kehilangan? benarkah gadisnya merasa kehilanhan? tapi karna apa, bahkan dia masih di sini selalu memperhatikannya. Tapi sama sekali ia tak pernah menoleh sekalipun, sakit tapi ia bukan anak cengeng. Bahkan ia tak mengenal kata itu dalam hidupnya. Ia sudah merasakan pahitnya hidup ini pahit sangat pahit yang ia rasakan. Tapi semuanya berubah hidupnya sudah lebih dari layak bahkan ia hidup mewah tapi ada yang kurang, kasih sayang dari orang tuanya ia sudah lama tak merasakan itu lama sekali.

Bakerynya sudah siap. Berdiri tepat di mana ia pernah menyelamatkan para pedagang dari penggusuran. Bahkan ia sudah memiliki pegawai di tokonya ini. Hebat lelaki muda semuran dengannya bisa mendirikan usahanya sendiri. Hanya tertinggal satu pancake di etalase kaca itu. Ia melarang pegawainya menjualnya, ia meminta untuk menyisahkan satu entahlah untuk apa. Senyum manis terukir di bibirnya tatkala ia melihat gadisnya Ley berjalan melewati tokonya. Angin kembali menerpa rambutnya ingin sekali Ray berlari ke gadisnya dan merengkuhnya dalam pelukan hangatnya. Ley tau ada yang memperhatikannya, selalu seperti ini yang ia rasakan takut akan tatapan itu.

Toko milik Ray selalu ramai akan pengunjung bahkan sangat ramai dari hari hari sebelumnya. Itu juga yang membuat tempat ini tidak jadi di gusur. Tak sedikit orang yang berterima kasih padanya yang tak lain adalah pedangan yang juga berjualan disini. Tapi ada hal yang tak biasa, ia selalu menyisahkan satu pancake di tokonya pegawainya pun ikut bingung, entah apa maksudnya tak ada yang tau. Bahkan pancake itu akan berakhir dengan Ray membawanya ke apartemennya.

Ray memusatkan fokusnya pada sesuatu yang selalu menarik perhatiannya. Gadis itu, Ley ia sedang tertidur di atas bangku sekolahnya. Bahkan Ray tau gadisnya tidak benar benar terlelap ia tak tau apa yang ada di pikiran gadisnya. Ray menyerah ia mendorong kursi yang didudukinya ke belakang hingga membuat suara yabg cukup memekikan telinga. Ley tersontak tapi tak bergeming sedikitpun. Ray melangkahkan kakinya keluar kelas menuju bakerynya. Ley yang sadar sudah aman segera mendongakan wajahnya. Ia tau bahkan sangat tau kalau ada yang memperhatikannya, perasaanya selalu tak tenang. Ia meraih tasnya melangkah keluar, bahkan langkahnya terasa sangat berat. Ley melangkah gontai bahkan ia tau cuaca sedang tak bersahabat tapi ia tetap tak acuh.

Tetes demi tetes air dari langit mau tak mau membuat Ley berlari mencari tempat untuk berteduh setidaknnya. Di samping toko bakery ia menempat tubuhnya sekedar berteduh. Ray yang sudah memperhatikannya sejak tadi berjalan menghampirinya. "Masuklah akan ku buatkan coklat hangat" suaranya langsung memenuhi gendang telinga Ley, gadis itu menoleh dan mendapati tatapan tajam Ray menusuk tepat di bola matanya. "Aku hanya sekedar berteduh" ucapnya sedikit ragu. "Masuklah di sini dingin" ucap Ray membuat Ley merasa terintimidasi dengan ucapannya. Melangkahkan kakinya mengikuti langkah besar milik Ray menuju dalam bakerynya. "Duduklah" ucapnya Ray membuat Ley kembali terlonjak entahlan setiap lelaki itu berbicara selalu membuatnya kaget aura yang dirasakan bahkan terlalu mencengkam. Tak lama lelaki itu kembali dengan nampannya. "Makanlah" ucapnya dingin. Ley memperhatikan pemandangan yang tersaji di depanya. Satu oancake dengan coklat hangat, terlihat lezat bahkan sangat lezat pikirnya. Tatapan memgintimidasi itu lagi membuat Ley duduk dengan tidak tenang. Ia mengambil pancake dan malahapnya 'Tidak buruk' ucapanya dalam hati. Ia juga meminum coklat yang tersedia untuknya. Mata coklat Ray selalu mengawasi setiap pergerakannya membuatnya tak nyaman. "Eh sepertinya hujan sudah reda aku permisi pulang dan terima kasih untuk pancake juga coklat hangatnya" Ley memaksakan senyumnya walau jelas terlihat ada keraguan dalan senyumnya. "Itu tak masalah" balas Ray. Ley pun segera melangkah keluar dari bakery ini.

Ley melangkah menuju kelasnya untuk mengambil tasnya yang masih ada di dalam menunggu dengan sabar tuannya. Mengembalikan buku yang ia pinjam ke perpustakan membuatnya sedikit terlambat pulang. "Hey.." sapa seseorang mengagetkannya. "Kau..." lidahnya terlalu kelih untuk membalas sapaannya. "Mau mampir ke bakery ku?" tanya lelaki itu. Ley berusaha mengerjapkan matanya seolah tak percaya tapi ia justru menganggukan kepalanya. Disinilah mereka berdua di dalam bakery milik Ray dengan sebuah pancake dan coklat hangat yang tersaji di hadapan Ley. Dia tersenyum ada ketulusan di dalamnya, Ray tau itu.

Mereka berdua tampak semakin dekat, terbukti Ray yang selalu berjalan pulang dengan gadisnya yang setia di sebelahnya dan akan berakhir di bakery nya dengan pancake dan coklat hangat dua hal itu tampak tak bisa berpisah. Hingga keributan yang mengusik keduanya. "Ley..." teriak seorang lelaki paruh bayah. "Papa.." jawab Ley terkejut mendapati papanya disini. "Pulang sekarang!!" bentak papanya menahan marah dan hendak meraih tangan anaknya. Tapi Ley terlalu cerdas membaca gerak tubuh papanya, hingga ia memutuskan bergerak menjauhi papanya dengan mendekati Ray, bersembunyi di balik tubuh tegap itu. "Aku tak mau pulang" suara seraknya terdengar menyakitkan di telinga Ray. "Kalau sampai besok kai belum pulang, maka aku akan menyeretmu pulang" ucap papanya dan segera pergi. Seketika itu juga pertahanannya hancur, bulir bilir benih yang ia tahan mati matian akhirnya lolos juga dari matanya. Ray merengkuh gadisnya yang rapuh dalam pelukannya.

Setelah puas menangis dalam pelukan Ray gadis itu mendongak memperlihatkan matanya yang memerah. Ray terlalu pusing memikirkan apa yang terjadi pada gadisnya ini. Ia tak pernah pulang, hingga membuat ayahnya marah? lalu dimana ia tinggal? Mau tak mau Ley menceritakan masalahnya itupun karena paksaan dari Ray. Masalah keluarga yang membuatkanya kabur dari rumah. Ia tak tahan mendengar tangisan mamamya setiap tengah malam sehabis bertengkar hebat dengan papanya. Beberapa hari ini ia juga tinggal di apartemen kakaknya. "
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.