Notes

[ Vagary's Base - 07:00PM ]

Suasana dalam markas sedikit sepi, hanya beberapa wanderer yang tampak berlalu lalang di sekitar lobi yang mampu ditangkap oleh indra penglihatnya. Langkahnya terus melaju menuju pintu utama yang habya berjarak 10 meter lagi.

"Sophia!" panggil seseorang sukses membuat sang pemilik nama menoleh.

"Oh, hai, Mei!" sapa Sophia balik. Ia membalikkan badannya, menatap gadis yang bertubuh lebih pendek darinya.

"Mau kemana? Melakukan misi?" tanya Mei yang sedang menampilkan cengiran lebarnya.

Sophia menyahutnya dengan gelengan kepala, "Tidak." jawabnya singkat. "Bagaimana denganmu? Kau juga akan pergi melakukan misi?" tanyanya.

Mei menggeleng dengan semangat, "Tidak. Hari ini aku agak malas setelah melakukan tiga misi selama sehari kemarin." jelasnya.

Sophia melebarkan matanya tanpa sadar selama beberapa saat. 'Hebat sekali!' pikirnya hampir tidak percaya bahwa Mei dapat melakukannya. Sedangkan ia sama sekali belum melakukan misi karena terlalu sibuk memikirkan segudang rencana dalam benaknya.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya pelan, "Hebat, sekali kau, Mei!" respon Sophia. Raut mukanya berubah seiring dengan tatapan matanya yang sudah tidak tajam lagi.

"Yah, sebenarnya aku sangat lelah hari ini." Ia tertawa kecil. Kepalanya ditolehkan ke kanan dan ke kiri, memperhatikan hal-hal di sekitar mereka, kemudian perhatiannya kembali jatuh pada kawannya yang kini sedang menatapnya. "Oh, kau ingin pergi kemana malam-malam begini?"

Senyuman miring menghiasi wajah Sophia. Ia menampilkan deretan gigi putihnya, "Ha! Kau mau ikut?" ajaknya dengan nada yang menggoda.

"Ih, ada apa dengan suaramu itu?" Mei memukul bahu Sophia pelan. "Tidak, tapi aku akan menemanimu."

Mei menyengir membuat Sophia tertawa kecil. "Itu sama saja. Ayo!" ujar Sophia kemudian merangkul bahu Mei sambil membawanya keluar dari markas.

Mereka berjalan beriringan di jalanan yang tidak terlalu ramai. Udara di luar yang dingin membuat masing-masing dari mereka semakin mengeratkan pakaian yang dikenakan. Sophia menggosokkan kedua telapak tangannya, sesekali meniupnya agar terasa hangat.

Mereka sampai di sebuah taman, dimana Sophia ingin menghabiskan kegiatan malamnya dengan bersantai di taman ini. Sungguh, itu merupakan kebiasaan anehnya. Untuk apa ke taman malam-malam begini? Ditambah udara di sini sangat dingin. Benar-benar aneh!

"Eh?!" pekik Mei tidak percaya dengan suaranya yang meninggi ketika mendapati Sophia berjalan memasuki taman. Sophia menoleh pada gadis itu, namun tidak mengeluarkan suara, melainkan memberikan tatapan tajam sayu yang berarti 'Ada apa?'

Mata Mei yang kecil sedikit membulat, membuat sang pemilik wajah berekspresi sangat lucu. "Kukira kau akan pergi ke restoran! Makanya aku ikut!" serunya kesal.

Perkataan itu sukses membuat suasana hening sejenak. Sophia mengerjapkan matanya, "Dasar!" sahutnya tak mau kalah. "Aku tidak berniat membeli makanan."

Tanpa menggubris sahutan Mei, Sophia terus berjalan memasuki taman. Seperti biasanya, ia duduk di salah satu ayunan yang sedang kosong. Di sampingnya, berdiri kokoh sebuah prosotan dengan tinggi sekitar 2 meter, meliuk-liuk ke bawah. Jika saat ini Sophia masih sangat muda, pastilah sekarang dirinya sedang bermain di atas sana, berseluncur dengan senang.

Hanya ada satu ayunan di sana, membuat Mei terpaksa berdiri tak jauh dari kawannya. "Hidup menjadi manusia membosankan, ya!" gumamnya.

Sophia hanya mengangguk. Tidak terdengar balasan dari Mei bersamaan dengan menghilangnya gadis itu. Sophia mengedarkan pandangannya, mencari sosok temannya.

"Mei?" panggil Sophia yang tengah kebingungan.

"Aku disini."

Sebuah suara yang terdengar cempreng dari atas membuat Sophia menoleh. Ia mendapati seekor kucing berbulu hitam tengah menatapnya.

"Hei, rupanya kau juga seorang kucing!" seru Sophia senang. Ia turun dari ayunan favoritnya, kemudian mengaktifkan skill shapeshifting-nya.

Wujud wanita muda yang cantik berubah menjadi sosok kucing hitan yang sana seperti sosok di atas prosotan sana. Dalam wujud kucingnya, Sophia berjalan mendekati Mei, hingga tepat di bawah prosotan.

"Kau berubah! Kita sama!" seru Mei tak kalah senang. Ia maju selangkah kemudian turun menggunakan papan seluncuran dalam wujud kucingnya lalu berhenti tepat di bawah sana, dimana Sophia juga berdiri dalan wujud kucingnya.

Dua kucing hitam yang tak lain adalah wujud shapeshifter menatap satu sama lain menimbulkan keheningan sejenak. Sophia tak dapat menyatakan perasaannya yang begitu senang saat ini, ia tidak tahu harus bagaimana. Ia belum pernah bertemu yang senasib dan sejenis dengannya.

"Nah, Sophia. Karena kita sudah berubah seperti ini, ayo berkelana malam!" ajak Mei seraya memainkan kaki kanan depannya.

"Ayo!" Sophia menyahut dengan semangat. Mei berjalan mendahului gadis itu kemudian berjalan ke arah jalanan berbatu. Sophia menyusul, berjalan dengan cepat hingga menyamakan dirinya di samping Mei.

Mereka menaiki batu-batu besar yang menjadi hiasan di sisi jalan. Kelincahan mereka membuat mereka dapat bergerak cepat. Melewati semak-semak, bangku kayu, bahkan memanjat pohon untuk melihat situasi sekitar.

Sophia dapat melihat situasi luar taman yang sepi. Hanya sedikit kendaraan kecuali satu mobil.

Mata kucingnya menajam agar dapat melihat lebih jelas. Mobil itu bergoyang di tempat membuat dirinya bingung. Itu adalah benda mati, sehingga tidak mungkin bisa bergerak kecuali ... berpenghuni.

"Wah! Wah! Wah! Wah!" seru Mei dalam volume kecil. Ia menggali dahan pohon sambil memandangi mobil yang sedang bergoyang. Sophia menatapnya bingung, "Ada apa?"

Mei mengayunkan salah satu kakinya, "Kemarilah!" panggilnya membuat Sophia mendekat. "Lihat!"

Mobil bergoyang itu terasa panas. Suara desahan dan erangan bersahutan. Sebuah tangan terlihat menggapai jendela yang terlihat berembun.

Mata Sophia mengikuti arah pandang Mei. Ia tersentak melihat pemandangan di depannya. Benar-benar tidak pantas untuk dilihat, untung saja sekitarnya sepi. "Ya ampun! Mereka sedang—"

Ucapannya terpotong ketika merasakan tubuhnya melayang ke bawah. Bruk! Ia jatuh ke semak belukar di bawahnya, hingga dekat sekali dengan jendela mobil.

"Sophia, kau tidak apa-apa?" tanya Mei dari atas sana tanpa mendapat jawaban.

Sophia yang jatuh ke dalam semak belukar berusaha melarikan diri dari jeraran pohon-pohon kecil tersebut.

"A-Ada suara! Aku rasa ada orang yang melihat kita!" seru suara wanita dalam bahasa mandarin yang fasih, diiringi suara desahan yang cukup keras.

Sementara Sophia mencoba bangkit dalam wujud kucingnya, terlihat seorang pria mengintip dari dalam mobil. Matanya terlihat bahwa ia sedang khawatir dan cemas. Ekor matanya mengawasi sekitar dengan takut.

"Tidak ada apa-apa kurasa. Aman, sayang. Ayo kita lanjutkan!" ujar sang pria yang beberapa detik kemudian kepalanya tak terlihat lagi.

Suara desahan kembali terdengar. Rupanya kegiatan menghangatkan tubuh satu sama lain kembali terjadi membuat mobil kembali bergoyang. Suara teriakan penuh kepuasan terdengar di telinga Sophia membuat gadis yang kini sudah bangkit itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Brruuk!!!"