Notes

MORAL EXCELLENCY: MORAL REASONING
04/01/16 @Sierra_Sensei

Moral Reasoning atau penalaran moral adalah sebuah studi yang saling melengkapi dengan filosofi moral atau etika.

Penalaran moral: Penalaran moral adalah proses berpikir yang mendasari keputusan benar dan salah.

Definisi umum dari penalaran moral adalah sebuah proses di mana seorang individu mencoba membedakan mana yang buruk dan mana yang baik dalam sebuah situasi pribadi dengan menggunakan logika. Walaupun ini termasuk studi bidang psikologi, saya memutuskan untuk membahasnya di kelas ini karena masih berkaitan dengan moral.

Penalaran moral juga sering disebut dengan istilah perkembangan moral. Penalaran moral adalah proses penting dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini penting karena hampir setiap hari kita dihadapkan oleh dilemma yang harus diselesaikan. Kita mengambil keputusan dilemma tersebut berdasarkan penalaran atas tingkat moralitas perilaku tersebut kita dan juga mempertimbangkan konsekuensi setiap pilihan yang akan kita ambil.

Maka dari itu, tujuan mempelajari penalaran moral ini adalah untuk membantu kita mengambil keputusan yang lebih baik. Ada beberapa psikolog yang berkontribusi dalam bidang penalaran moral ini.

Yang pertama adalah Jean Piaget. Beliau mengembangkan dua fase dalam penalaran moral, yaitu Fase Heteronomous dan Fase Autonomous.

1. Fase Heteronomous adalah fase yang umum pada anak-anak, ditandai dengan gagasan bahwa peraturan berasal dari tokoh otoritas atau tokoh yang memimpin individu tersebut, contohnya seperti guru, orangtua dan Tuhan. Dalam fase ini, perilaku "nakal" dianggap sebagai perilaku yang harus dihukum dan hukuman yang diterima harus sesuai. Perilaku "nakal" ini maksudnya perilaku yang melanggar peraturan. Intinya, dalam fase ini, individu tersebut masih bergantung pada tokoh pemimpin dan peraturannya dalam menentukan sikap baik dan benar.

2. Fase kedua, atau Fase Autonomous, umunya terjadi setelah individu tersebut dewasa. Dalam fase ini, dia mulai melihat niat di balik suatu perbuatan dan juga konsekuensinya. Contohnya seorang pengendara yang menabrak rambu jalanan karena menghindar agar tidak menabrak seekor kucing. Menurut peraturan, orang itu bersalah karena sengaja merusak rambu lalu lintas demi menghindar. Akan tetapi, orang dewasa dalam fase ini kemungkinan besar tidak akan marah dibandingkan jika orang tersebut sengaja menabrak rambu tersebut hanya untuk iseng. Karena mereka tahu pengendara itu menghindar demi menyelamatkan nyawa kucing tersebut, mereka kemungkinan besar akan memaafkannya. Orang-orang yang berada dalam fase ini juga percaya bahwa peraturan bisa dilanggar dalam situasi tertentu dan percaya bahwa setiap orang memiliki moral yang berbeda-beda. Intinya, dalam fase ini sikap baik ditentukan oleh moral masing-masing individu.