Notes
Notes - notes.io |
Sudah lebih dari tiga puluh menit, Alle beserta sahabat laki-lakinya, Junior bermain truth or dare bersama. Keduanya duduk saling berhadapan di satu sofa panjang dalam apartemen milik Alle sembari bersila.
“Giliranmu, Jun. Truth or dare?” Ujar Alle, sembari menjungkitkan sebelah alisnya dalam euforia yang meletup-letup.
“Uhm,” Junior memelintir bagian depan rambutnya, menunjukkan gestur 'aku sedang berpikir' yang sukses membuat Alle geli, “dare...?”
“Baiklah,” sahut Alle, merespons sang pemuda. Kini giliran Alle yang menunjukkan gestur itu; mengimitasi gerakan pemuda di hadapannya barusan; mengolok-olok, lebih tepatnya, “buka bajumu!” Seru sang gadis, sembari menunjuk ke arah tubuh pemuda tersebut.
“M-mwo? (Apa?)”
“Aku rasa, semua rahasiamu telah terbongkar berkat permainan ini. Tinggal rahasia di balik kausmu saja yang belum.” Alle tersenyum, menahan tawa.
“Arraseo, arraseo.” Sembari mengangguk, Junior lekas membuka kaos yang ia pakai. Memperlihatkan tubuhnya yang cukup atletis, meski abs-nya tak terbentuk secara sempurna.
Alle yang melihatnya lekas menutup mata dengan jari-jari tangan, namun nyatanya ia masih bisa melihat tubuh sahabatnya itu. “Wah, wah, wah. Tubuhmu sangat bagus, Junior-ssi,” Alle kembali mengolok, yang terolok lantas mendengus pelan.
“Ayo kita lanjutkan. Sekarang kau, Alle-ya,” Junior tersenyum, lebih dibuat-buat lantaran masih kesal dengan Alle yang terus mengolok, “truth or dare?”
“Dare.”
“Hmm—ah, aku tahu,” Junior menjentikkan jari, lalu melanjutkan kalimatnya yang sempat terjeda, “buka bajumu!”
“MWO...?!”
“Ayo!”
“Pembalasan dendam?!”
“Pembalasan dendam.”
Alle menaikkan sebelah bibirnya kesal. Permainan adalah permainan. Dan ia ingin menjadi sportif. Oleh sebab itu, walau ragu, ia mulai membuka satu-persatu kancing kemeja yang menutupi bagian tubuhnya. Perlahan, dirinya melepas kemeja itu. Memperlihatkan perutnya yang rata dan sepasang payudara yang tertutup oleh bra kemerahmudaan. Ia merunduk, menutupi tubuhnya dengan kedua tangan. Tak berani menatap netra pemuda di hadapan.
Junior tahu ini keterlaluan, namun sebenarnya ia menyimpan maksud lain. Perlahan-lahan pemuda itu maju hingga kaki-kakinya menyentuh milik Alle. Alle tercekat, tapi tetap, ia tak mau melihat wajah sahabatnya itu. “Jangan lihat aku!” Ujar sang gadis, pelan.
Junior mendekap gadis itu dalam-dalam hingga dada bidangnya menempel pada payudara Alle yang masih terbungkus satu helai bra. “Aku akan melepas pelukan ini hingga kau tak lagi merasa malu.”
Alle menengadah menatap pemuda yang tengah mendekapnya hingga kedua netranya saling bersitatap. Dengan ragu, Junior memajukan kepalanya, mencium bibir merah muda sang gadis. Sontak, gadis itu terkejut.
Junior memejamkan matanya, menikmati ciuman itu. Alle, yang pada awalnya sangat terkejut, mulai terbawa suasana. Gadis itu kembali mengimitasi sang pemuda; menutup kedua matanya. Lama-kelamaan, ciuman itu semakin dalam. Junior melumat bibir Alle membuat sang gadis mendesah, “mmhhh—” Alle —lagi— mengimitasi perlakuan Junior dengan melumat bibir sang pemuda. Gadis itu lalu menggigit bibir sang pemuda pelan, membuatnya makin brutal melumat bibir sang gadis.
Setelahnya, kedua dari mereka mulai melepas ciuman itu. Menarik napas dalam-dalam karena sedikit kehabisan. Mereka bersitatap dalam sebuah keheningan yang mulai menguasai. Namun akhirnya, sang pemuda-lah yang membuka pembicaraan itu kembali.
“Mengapa kau sangat....manis...?”
Semburat merah muncul di pipi Alle. “Hng...“ Gadis itu mengigit bibir bawahnya, “aku memang manis. Ke mana saja kau,” mendengus, kemudian tersenyum.
Junior membalas senyum itu juga dengan sebuah senyuman. “Sepertinya, kita harus sering-sering bermain permainan ini.”
“Eiy!” Alle memukul dada pemuda itu pelan.
Pemuda itu merasa bahwa atmosfer sudah semakin membaik. Sesuai dengan janjinya tadi, ia mengendurkan dekapan pada tubuh Alle. Namun, tangannya mulai merambat ke bagian pundak gadis itu; membuka kaitan bra yang dikenakan. Ia melepasnya lalu mendorong tubuh gadis itu pelan hingga terbaring di atas sofa. Alle tak berkutik, pasrah dengan apa yang dilakukan pemuda itu padanya.
Junior lalu menaiki Alle yang tengah terlentang di atas sofa. Tangannya berubah nakal, meremas kedua payudara sang gadis secara bersamaan. Putingnya seketika menegang, membuat sang gadis menggeliat. Junior menindih tubuh Alle hingga payudara itu melekat pada dadanya. Bibirnya mendarat pada leher sang gadis, kemudan turun ke bagian dada. Pemuda itu menjilat puting kanan Alle, mengisapnya, dan mengigitnya secara halus.
“Juni—ah,” Alle merintih, membuat libidonya naik. Sementara kejantanannya mulai menyembul dari balik celana.
Junior bergerak mundur, membuka celana pendek yang dikenakan oleh Alle. Tak sampai di situ, kali ini ia mulai membuka celana dalam Alle—satu-satunya penutup tubuh yang tersisa. Alle kontan melebarkan kakinya, membuka akses bagi Junior untuk terus melampiskan birahi. Pemuda itu menjilat labia sang gadis yang basah hingga ke bagian klitoris. Alle memajukan vagina miliknya, tak kuasa menahan kenikmatan yang hampir mencapai puncak.
Kali ini Junior-lah yang mulai menanggalkan celana yang dikenakan. Terpampang dengan jelas penis miliknya yang sudah menegang. Perlahan, ia memasukkan kejantananya ke dalam lubang milik Alle. Memenuhi gadis itu dengan penis yang diameternya cukup membuat ia kesakitan.
“Ahhhh, Juni-ya, apa (sakit),” gadis itu merintih, namun Junior tak menggubrisnya. Ia terus melanjutkan kegiatannya lantaran tak lagi dapat menahan nafsu yang memuncak.
“Ini kali pertamamu?” Junior tersenyum dengan manis, menatap Alle dengan tatapannya yang mematikan.
“Tentu...”
“Ini akan terasa sedikit sakit, bertahanlah.”
Perlahan, Junior kembali memasukkan penisnya lebih dalam. Lalu menggenjotnya hingga membuat Alle berteriak.
“Junior, ahhh, kenapa sangat sakit...?”
“Bertahan, Alle-ya.”
Ia kembali menggenjot penisnya dalam-dalam. Sembari meremas kedua payudara Alle. Beberapa saat setelah itu, ia berhenti. Kemudian mengeluarkan kejantanannya dari dalam lubang kemaluan sang gadis. Sofa yang telah dipenuhi dengan darah kali ini terbasahi lagi oleh cairan putih yang keluar dari kejantanan Junior.
Pemuda itu membantu Alle untuk bangkit hingga kali ini posisinya telah sama dengan sang pemuda. Seketika gadis itu menghambur mendekap pemuda di depannya, membuat ia sedikit terkejut. Lekas sang pemuda membalas pelukan itu.
“Sakit, Pabo-ya.” Alle menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Junior.
“Tapi kau menikmatinya, bukan?”
“Eiy!”
Junior terkekeh sejadi-jadinya, membalaskan dendam pada Alle yang sebelumnya terus mengolok dirinya.
“Hanbeondo? (Sekali lagi?)”
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team