Notes

Aniya, gwenchana.'
Pesan singkat namun mengesalkan, sudah terpampang di layar ponselnya. Sang pemilik ponsel hanya bisa menarik nafas panjang,

"Sialan," umpatnya pelan sembari mematikan layar ponsel tanpa menjawab pesan itu dan langsung memasukkan benda itu kedalam saku celananya.

Ini sudah kesekian kali ia bertengkar dengan'nya'. Entah karena apa. Namja berambut kecoklatan itu segera menghabiskan kopinya dan bergegas melangkah pergi dari Coffee Shop pinggir jalan tempatnya menghabiskan waktu istirahatnya.

---

Kota Seoul pagi ini di bulan Oktober, saatnya musim dingin. Semua orang masih sibuk meringkuk dalam balutan selimut masing-masing. Di jalanan hanya nampak beberapa orang yang mulai berangkat kerja. Tak terkecuali namja berambut kecoklatan,

"Taehyung-a!!! Selamat pagi!"

Panggilan itu membuatnya menoleh, rupanya dari seorang gadis seumuran dengannya berkulit putih pucat dan berambut panjang (ini bukan cerita tentang hantu sadako dan segala tetek bengeknya). Taehyung yang mulanya berwajah suram, kini berubah sumringah berkat gadis ini.

"Dasar berisik, ini masih pagi pabo!" Katanya sambil melirik sinis pada gadis itu
"Biar saja wlee,"
Satu jitakan mendarat di jidatnya.
"Yak~! Appo!"
"Rasakan serangan invasi alien ke bumi!"
Dua jitakan lagi di jidat gadis itu. Taehyung tertawa, "yak, tersenyumlah jagiya, ini masih pagi hahaha!"
Gadis itu hanya bisa mengelus-elus kepalanya, "dasar idiot! Aaaa~"
Taehyung kembali mencubit pipinya, "ayolah aku bisa terlambat karenamu, Keing paboyaa~"

Namanya Kim Jiyeon, panggil saja Kei. Gadis mirip boneka hidup yang menjadi yeojachingu Taehyung selama setahun lebih, iya setahun lebih. Entah apa yang membuatnya tahan bersama dengan Taehyung yang 'idiot dan tidak masuk akal' selama itu.

---

'telepon yang anda tuju tidak menjawab. silakan tinggalkan pesan atau hubungi beberapa saat lagi, tuuut tuuut'

Sore itu salju sedang turun dengan santainya menambah kesan suram hati namja bernama Taehyung yang kini terus-terusan berusaha menelepon seseorang ber-display name Kim KEI. Namun sepertinya tak ada jawaban. Mood gadis itu rusak parah akibat ulahnya sendiri, kini mau tak mau--walaupun tidak suka--ia harus mengembalikan gadis itu seperti biasanya, Kei yang setiap pagi menyapanya dengan riang tanpa perlu ia perdulikan, Kei yang walaupun agak berlebihan (baca: alay) tapi bisa membuatnya sumringah, Kei yang mampu bertahan dari segala kemahatololan imajinasi Taehyung yang terkadang menggebu-gebu.

Jadi malam ini juga ia pergi ke tempat Kei dan mengajaknya keluar dengan paksa sambil menutup matanya. Ini bukan cerita penculikan maupun pembunuhan, sebab malam ini Taehyung tidak terlihat seperti maling pagar yang beraksi di siang hari, memakai pakaian seperti zebra ala buronan dan mempunyai bekas luka di pelipis. Tidak, bukan. Dia hanya ingin memberi gadisnya sesuatu.

Ketika Taehyung menaikan badannya ke pundak, Kei panik, tidak, amat panik.

"IDIOT! LEPASKAN LEPASKAN!" Sambil memukuli punggung Taehyung dengan tenaga lemah gadis kekinian.
"Ssst diam! Berisik sekali, teriakanmu bisa membuat Frankerstein bangun dari kuburnya pabo!"

Kei berhenti menggeliat-geliat. Karena ia tahu itu percuma dan akan semakin membuat perutnya bertambah sakit. Cara Taehyung membawanya sungguh tak nyaman, ingin rasanya menjejalkan lelehan besi yang masih panas kedalam celana 'namjanya' itu. Saat ini ia benci sekali pada Taehyung. Benci pada kelakuannya, benci pada...

'BRUKK!'

Taehyung menurunkannya di sebuah bangku besi. Dingin dan tak dikenal. Apa daya, ia hanya bisa meracau dalam hati, 'awas saja setelah ini tak akan kumaafkan perbuatanmu malam ini, KIM TAEHYUNG!' geramnya.
Tiba-tiba sesuatu dingin yang sedang didudukinya perlahan bergerak.

"Yak, kau tidur? Jangan tidur pabo!" Ditambah satu jitakan di jidatnya.

'Aish! Orang ini benar-benar menyebalkan setengah mati! Biar kutendang selangkangannya selepas dari penutup mata sialan ini!'

Taehyung menahan tawa melihat keadaan gadisnya sekarang. Ia tahu betapa kesalnya Kei, namun setelah ini semua akan terbayar.

Setelah bergerak sebentar, benda dingin itu mendadak berhenti membuat gadis boneka itu kaget. Ia merasakan ada sesuatu hangat yang membuka penutup matanya pelan, mengenai pipinya. Ia sudah siap melontarkan sumpah serapah yang dipendamnya dari tadi, namun keadaan menjadi lain,
Gadis itu hanya terdiam, membuka mulutnya sedikit dan melotot melihat sesuatu yang ada didepannya. Omona, pemandangan kota Seoul di malam hari! Jelas sekali apalagi ia melihatnya dari jarak setinggi ini, di malam hari semua nampak luar biasa. Setidaknya itulah kesan pertamanya, ia baru sadar bahwa 'benda dingin' yang ia duduki tadi merupakan sebuah bianglala, yang kini berhenti tepat di puncaknya.

"Terimakasih sudah menemaniku selama 17 bulan terakhir, saranghae Keing~"

Taehyung menutup mata dan mengecup pipinya.

-end