Notes

"Yakkkk!" Lelaki bersurai caramel itu memekik kesal. Hampir saja benda putih berbentuk persegi panjang itu dibantingnya, untung saja kesadarannya segera kembali sebelum gadget barunya itu menyentuh lantai dengan tidak elit.

"Ish permainan bodoh, jelek, menyebalkan~~" Bambam -lelaki bersurai caramel tadi- kembali berteriak. Sungguh mengganggu ketenangan hari minggu pagi yg begitu cerah ini.

Ditatapnya layar persegi panjang yg kembali menampilkan dataran hijau dengan rumah-rumah dan beberapa manusia yg terihat bagai semut itu.

"Aaaa~ kenapa signalnya begitu menyebalkan." Ia kembali menggerutu tidak jelas.

"Bamie~" Sebuah suara mengalihkan perhatian. Dilihatnya lelaki bersurai silver dengan sentuhan warna pink itu tengah berdiri diujung pintu kamar sembari mengucek matanya.

Oh itu rupanya Mark yg baru saja bangun dari tidurnya. Bambam tampak tak menghiraukan panggilan lelaki yg berstatus sebagai semenya tersebut. Masih sibuk dengan kekesalannya pada game menyebalkan yg baru saja ia mainkan.

"Ada apa bamie sayang? Kenapa pagi-pagi sudah berteriak?" Mark mendudukan dirinya disofa, memeluk tubuh sang kekasih dari samping dengan dagu bertumpu pada bahu Bambam.

"Bamie kesal hyung." Jawab Bambam sambil mempout bibir peachnya.

'Cup!'

Satu kecupan singkat barusan rupanya cukup untuk membuat wajah kesal itu berubah memerah karena malu.

"Ishhh, hyung, jangan menciumku tiba-tiba." Yg lebih muda menunduk. Mark tergelak pelan.

"Habisnya Bamie cemberut." Mark kembali terkekeh, sedangkan Bambam menggembungkan pipinya kesal. Uhh, apa yg lucu dari dirinya yg sedang kesal sekarang? Mark masuk daftar kedua dalam hal 'Paling menyebalkan hari ini'. Yg pertama? Game tadi tentunya.

Beberapa saat hening menyelimuti. Mark menggaruk tengkuknya yg tidak gatal. Rasanya jadi aneh dan canggung. Kekasihnya ini sepertinya memang sedang benar-benar kesal.

"Bamie?"

"Hum?"

"Marah pada hyung?" Manik coklat itu menatap mata Mark. Lalu menggeleng pelan.

"Kau kesal ya?" Bambam mengangguk.

"Kesal kenapa? Coba ceritakan, jangan cemberut terus begitu." Ucapnya, mengecup pipi Bambam sekilas. Namun yg lebih muda tampak tak ingin menjawab. Beberapa saat kemudian, ia memberikan handphonenya pada Mark.

"Coc?" Mark mengerutkan dahinya bingung. Lagi-lagi Bambam hanya mengangguk.

"Oke. Sekarang hyung tau, kau kesal karena game ini kan? Tapi... Kenapa?" Tanya Mark yg masih bingung. Bibir Bambam kembali mengerucut dengan imutnya, membuat Mark harus menahan diri untuk tidak mengecupnya terus menerus.

"Game ini menyebalkan. Signalnya juga. Uhh, hyung tau? Aku sudah 4x hampir menang dan aku juga sudah mengulang 4x level yg sama, tapi terus saja gagal menang gara-gara signal. Game ku jadi me-restart ulang. Menyebalkaaaaaaan~" ujar Bambam dengan wajah kesal.