NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Nadine-Mac edisi 69
Chapter 1
Angin musim gugur berhembus kencang
menerbangkan beberapa helai daun
yang berguguran. Gadis berambut
coklat-Nadine-itu terlihat sedang
menatap pesona langit senja di taman
kota dunia muggle. Ia tersenyum dan
tanpa ia sadari ia memejamkan
matanya.
"Tuhan, kirimkanlah seseorang untuk
menjadi pelindungku serta rumahku."
ungkapnya dalam hati dan berharap
doa itu dikabulkan.
Nadine tertawa geli ketika ia
menyadari betapa konyolnya pikiran
itu. Gadis dengan mata berwarna
coklat itu pun bangkit dan berniat
untuk pulang.
Ketika di perjalanan, Nadine
menyempatkan dirinya untuk singgah
sebentar ke cafe yang menjual bubble
tea. Ia masuk dan memesan bubble tea
favoritnya. Menunggu beberapa saat
dan kemudian bubble tea telah siap
untuk ia minum. Nadine membayarnya
dan keluar dari cafe itu.
Tidak disangka, Nadine menabrak
seseorang yang memiliki tubuh tegap
dan keras. Nadine jatuh terduduk,
begitupula dengan bubble tea yang
baru ia beli, tumpah tak bersisa.
Merasakan sakit kepalanya akibat
benturan itu dan melihat bubble
teanya yang jatuh, Nadine segera
terisak dan menyalahkan betapa
sialnya dirinya telah bertabrakan
dengan orang itu.
"Menyebalkan!" umpatnya dalam hati.
Sampai suara yang berat
mengejutkannya dan sedikit
menggetarkan hatinya menyapanya.
"Maaf nona, apa anda baik-baik saja?"
tanya pria yang tadi menabraknya.
Nadine mengangkat wajahnya dan
membeku ketika melihat wajah yang
begitu tampan dihadapannya. Sorot
matanya yang tajam, rahang yang
tegas, matanya yang berwarna hazel,
serta tubuhnya yang tegap membuat
beberapa kupu-kupu didalam perut
Nadine berterbangan. Ini baru luarnya
saja, bahkan Nadine bisa
membayangkan bagaimana lekuk tubuh
si pria tampan ini.
"Puas dengan apa yang anda lihat,
nona?" tegur pria itu. Nadine segera
tersadar dan ia jadi salah tingkah.
Dengan cepat ia bangkit dan berlalu
dari sana. Sementara si pria hanya
bisa menyeringai menatap punggung
Nadine yang semakin lama semakin
menjauh.
"Menarik" komentarnya dan kemudian
ia menatap segelas bubble tea yang
tumpah dibawahnya. Ia mengelus
dagunya dan kemudian mengambil
ponselnya ketika menyadari sebuah ide
yang terlintas dipikirannya.
"Adam, cari tau tentang gadis yang
menabrakku tadi" perintahnya tegas
pada asistennya yang sudah ia bayar
mahal. Ia mengakhiri panggilan itu
dan segera berlalu memesan bubble
teanya.
***
"Sial! Sial! Sial!" umpat Nadine ketika
di kamarnya. Ia mengutuk dirinya
sendiri ketika mengingat apa yang ia
lakukan kepada pria tampan di cafe
tadi. Ia menggigit bantalnya gemas
karena bisa sampai ketahuan menatap
pria itu dengan terang-terangan
serta dengan otak mesum miliknya.
"Hoi!!" seru Deev mengejutkan
Nadine.
"Astaga!" kejutnya. "Deev! Bisa gak
sih ketuk pintu dulu?? Kaget nih."
"Haha maaf deh sya!" tukas Deev
seraya terkekeh. "Kamu kenapa? Kok
kayak bete gitu?"
"Pengen tau aja dasar." dengus
Nadine malas pada sikap temannya
yang satu ini.
"Yaiyalah!! Secara kamu tuh udah
single selama 18 tahun. Aku harus
peduli dong!" kata Deev kemudian ia
tertawa lebar. Sementara Nadine
menghela nafas dan melempar bantal
yang ia pegang pada Deev.
"Shut up!" kesal Nadine. "Mendingan
kamu pulang aja deh. Ngapain sih main
ke kamar aku."
"Hehe.. Aku cuma mau bilangin.
Katanya prof. Mato, kita bakalan ke
dunia muggle." ucapnya. Nadine
membeku mendengar kata muggle.
Sebenarnya bukan karena apa, namun
ia hanya takut bisa bertemu dengan
pria tampan tadi. Ia bisa salah
tingkah kalau bertemu dengan pria
tampan itu sekali lagi.
"Hellooo?" seru Deev menyadarkan
Nadine dari lamunannya. "Wah aku
tau! Kamu pasti abis nyusup ke dunia
muggle lagi kan?? Kebiasaan kamu
nanti professor bisa tau bisa mati
kamu!"
"Iya aku tau. Orang cuma main doang
kok" ungkap Nadine.
"Yaudah deh. Aku pergi dulu deh.
Dah!" pamit Deev meninggalkan Nadine
yang kembali termenung memikirkan
pria tampan tadi.
"Sial! Aku bahkan tak tahu namanya
tapi ia bahkan hampir bisa memenuhi
seluruh isi pikiranku. Menyebalkan!"
umpat Nadine kesal. "Sudahlah lebih
baik aku tidur! Selamat malam pria
tampan!"
***
"Kau sudah pastikan?" tanya Mac-pria
tampan yang menabrak Nadine-dengan
wajah serius.
"Apa dia sudah dapat izin?" tanya Mac
lagi.
"Menarik" gumamnya menyeringai
setelah mendengar ucapan lawan
bicaranya di ponselnya.
"Kabari aku lagi dan kuharap masalah
ini tidak akan bocor ke prof. Albus"
perintah Mac tegas dan mengakhiri
panggilannya.
"Benar-benar gila." dengus Mac.
"Bahkan ia hanya menabrakku dan
menatapku dalam. Tapi kenapa si kecil
malah terbangun, hmm?"
Mac memperhatikan kejantanannya
dengan prihatin. Mungkin malam ini ia
akan melakukan pelepasan sendiri
karena jujur, ini bahkan lebih
menyiksa daripada ujian apapun yang
pernah Mac terima.
"Tunggu saja gadis kecil. Akan
kupastikan kau mengerangkan namaku
dengan nikmat dibawah kendaliku"
sumpahnya dan kemudian memuaskan
hasratnya di balik kamar mandi.
-TBC
Ff Nadine&Mac edisi 69
Chapter 2
"Nadine!" panggil Deev dengan keras.
Nadine yang dipanggil pun segera
menoleh dengan menutup kedua
tangannya.
"Ih! Apaan sih? Norak deh pake
teriak-teriak segala!" sungut Nadine
kesal. Deev hanya terkekeh
mendengar sungutan Nadine.
Suara tepukan tangan menyadarkan
kedua gadis itu dimana seorang wanita
berperawakan lebih tua masuk ke
kelas mereka.
"Baiklah murid-murid sekalian.
Kemarin prof. Hime resmi
mengundurkan diri dan prof. Callan
akan mulai menggantikan beliau.
Sekian dari saya, prof. Callan,
silahkan mengajar" ucap wanita paruh
baya itu.
Prof. Callan segera berjalan ke ddiri
ketika wanita paruh baya itu undur
diri, "saya permisi prof."
Nadine dan Deev pun berpandangan
dengan heran. Sementara prof. Callan
tersenyum dengan tampan.
"Baiklah, sampai mana prof. Hime
mengajar?" tanya prof. Callan kepada
seluruh murid.
Gerrard mengangkat tangannya,
"kemarin prof. Hime mengatakan ingin
mengajak kami ke dunia muggle,
prof."
Prof. Callan mengangguk-anggukkan
kepalanya, "baiklah siapkan keperluan
kalian karena kita akan ke dunia
muggle sekarang"
Prof. Callan keluar dari kelas dan
seluruh murid di kelas tertawa dengan
riang. Satu persatu dari mereka
keluar dari kelas dan meninggalkan
Deev dengan Nadine disana.
"Kurasa kita harus bergegas, Din"
usul Deev.
"Ya, kurasa." ucap Nadine tidak yakin.
***
"Kau serius?" tanya Mac kepada
asistennya.
"Tentu, tuan. Kemungkinan mereka
akan tiba satu jam lagi." lapor Adam.
Mac menyeringai mendengar informasi
yang baru ia dengar ini, "siapkan mobil
Adam. Aku mau ketika mereka tiba,
aku juga berada disana"
"Baik tuan" tukasnya dan segera
undur diri.
"Kau akan segera jadi milikku, little
girl."
***
"Wah lihat ini! Kita sudah tiba
Nadine!" seru Deev layaknya anak
kecil. Nadine hanya mengangguk tidak
semangat. Pikirannya dipenuhi oleh
ketakutan akan bertemu dengan pria
yang kemarin sempat ia tabrak lalu
terbongkar lah jika selama ini Nadine
sering pergi ke dunia muggle sendiri.
Kemudian prof. Callan bisa saja akan
melaporkannya ke prof. Albus lalu
Nadine akan segera ditendang dari
Hogwarts. Oh, betapa sialnya Nadine
hari ini!
Karena melamun, Nadine jelas segera
terpisah dari rombongannya. Bahkan
ia tak menyadari ada seorang lelaki di
depannya yang siap menerkamnya.
Dengan cepat, pria itu segera
membekap Nadine dan menyeretnya
memasuki sebuah mobil hitam.
Nadine menjerit ketakutan dan
bekapan orang itu lebih kuat lagi dari
yang sebelumnya. Nadine berusaha
memberontak namun usahanya sia-sia
karena tubuhnya tidak begitu atletis
serta tongkat sihirnya ada dibalik
tasnya. Semakin lama Nadine
memberontak, semakin kesadarannya
mulai menipis. Ia sempat mendengar
bisikan itu. Suara yang sempat
menghantuinya, suara pria tampan
itu.
"Beristirahatlah tuan putri, karena
sebentar lagi kau akan menjadi
milikku" ucapan itu adalah ucapan
terakhir yang ia dengar sebelum
kegelapan merenggutnya.
-TBC
Ff Nadine&Mac edisi 69
Chapter 3
Aku mengerjapkan mataku merasakan
sinar matahari yang menyilaukan. Aku
membuka mataku dan mulai melihat ke
sekeliling.
Selimut putih, ranjang putih, dinding
coklat, langit-langit berwarna coklat.
Hmm mungkin aku sedang di
apartemen. Aku kembali menutup
mataku.
Tunggu. Apartemen?! Aku segera
terduduk dari ranjang dan melihat
kebalik selimut. Fiuh, masih perawan.
Aku kembali melihat ke sekitar sekali
lagi. Dari semua furnitur dikamar ini,
bisa kusimpulkan ini tempat yang
mewah.
Aku beranjak dari ranjang menuju ke
jendela yang ditutupi oleh tirai putih
dan betapa terkejutnya aku ketika
menyadari aku berada di atas tanah.
Woah! Tempat ini aku yakin berada
paling atas dari sebuah gedung yang
tinggi. Saat aku asik mengagumi
tempat ini, pintu ruangan mewah ini
terbuka dan di sana aku melihat pria
tampan itu.
Holy focking Shoot!
Mimpi apa aku bertemu dengan pria
tampan itu lagi. Ia mendekat
sementara aku masih terkejut dengan
semua yang terjadi.
"Menikmati pemandangan, huh?"
tanyanya ambigu seraya menyeringai.
Aku memalingkan wajahku yang
memerah kembali menatap ke arah
luar jendela. Bodohnya aku sempat
terpesona dua kali oleh pria ini!
Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu
mulai menjalar dipinggangku. Aku
menatap kebawah dan disana ada dua
tangan yang sedang memelukku.
Ditambah lagi, helaan nafas hangat
ditelingaku mulai kurasakan. Sialnya,
itu membangkitkan sesuatu yang aku
tidak tahu apa itu.
"A-apa yang k-kau lakukan?" tanyaku
gugup.
"Mungkin bisa lewat perkenalan? Siapa
namamu gadis cantik?" bisik suara
berat itu ditelingaku. Aku menutup
mataku saat merasakan sesuatu yang
aneh dibalik perutku.
"Tidak mau memberitahu, hm?"
tanyanya.
"Ak-aku Na-Nadine." jawabku gugup.
Aku bisa merasakan ia tersenyum
dibelakangku. Entahlah, ini semua
begitu mengejutkan.
"Terima kasih gadis pintar. Aku Mac."
serunya dan mencium leherku. Aku
yang terkejut segera memberontak
membuat pelukannya terlepas.
"A-apa yang kau lakukan, hah?!"
seruku ketakutan.
"Wow wow! Tahan gadis manis. Aku
hanya menciummu." jelasnya yang
membuatku naik pitam. Aku melirik ke
segala arah dan menemukan
keberadaan tasku. Segera saja aku
berlari mengambil tasku dan mengambil
tongkat sihirku. Namun, kenapa disaat
yang begitu penting tongkat sihirku
hilang?
"Mencari sesuatu?" sahutnya
membuatku berbalik dan melihat
tongkat kayu panjang. Sial! Itu
tongkatku.
"Hei, apa yang kau lakukan dengan
benda itu, huh?!" pekikku marah.
Bukannya ketakutan, dia malah
menatapku dengan jenaka dan
kemudian ia tertawa begitu geli.
Aku menaikkan alisku heran. Apa ada
yang lucu?
"Kau begitu lucu sayang." serunya
mengakhiri tawanya. "Dan aku begitu
beruntung memilikimu"
"Apa?!"
"Ya kau milikku, Nadine." ujar Mac dan
tersenyum begitu tampan. Sialan!
Jantung ini mengkhianatiku. Kenapa
kau berdetak begitu cepat, hah?!
"Aku tidak mau!" tolakku.
"Baiklah, mungkin sedikit pengakuan
pada prof. Albus kalau kau sering
kabur ke dunia muggle tidak akan
merugikanku."
Aku membelalakan mataku terkejut.
"Kau... Apa?!"
"Melaporkanmu tentu saja." jawab
Mac kemudian mengambil ponselnya.
Dengan cepat, aku berlari kearahnya
dan melemparkan ponselnya jauh dari
Mac. Sementara Mac menjauhkan
tongkat sihirku ke atas tubuhnya.
"Tidak, kau tidak boleh!" larangku.
"Kalau begitu, kau milikku." putus Mac
cepat dan memelukku. Aku yang masih
terkejut sampai tidak sadar jika ia
menggendongku dan membawaku ke
ranjang. Lalu, ia menciumku dengan
lembut.
Aku berusaha melawan dengan
memukul dadanya dan berhasil. Ia
melepaskan ciumannya tapi yang aku
tidak sadari, ia melepaskan dasi yang
tengah ia gunakan dan mulai mengikat
kedua tanganku ke kepala ranjang.
"Jangan nakal sayang. Kau begitu
membangkitkan gairahku." ujarnya
dengan mata yang menggelap.
Sialan! Dasi ini begitu kencang dan oh
tuhan. Apa ini?!
"Menikmatinya, hmm?" tanya Mac
ketika ia mencium leherku serta
menjilatinya. "Mendesahlah sayang.
Jangan menahannya."
Aku menulikan pendengaranku dan
tetap menggigit bibirku hingga
kurasakan anyir khas darah disana.
Ciuman Mac berhenti dan membuatku
mendesah lega.
Aku menatap ke arah Mac yang sedang
menatapku dengan nyalang. Dengan
kasar, ia mencengkram rahangku kuat
dan itu menyakitkan.
"Jangan sekali-kali kau lukai milikku!"
ancamnya dan kembali melumatku. Kali
ini lumatannya terasa lebih lama dan
membuatku menikmati bagimana
lidahnya yang berusaha membuka
bibirku. Aku mendesah dan itu
membuat bibirku terbuka. Kurasa itu
kesempatan bagi Mac karena setelah
itu, aku merasakan lidah Mac yang
menyusuri rongga mulutku. Ia
beberapa kali melilitkan lidahnya pada
lidahku. Aku terhanyut didalamnya.
Mac mulai meremas payudarsku dengan
lembut. Astaga, ini begitu nikmat. Ia
melakukannya berulang kali
membuatku mengerang ditengah
ciuman kami.
"Kau milikku, Nadine." bisiknya dan
kemudian mengulum daun telingaku.
Apa ini?
Apa sebenarnya yang terjadi?
Siapa pria dihadapanku ini?
Sial! Bagaimana aku bisa jadi tidak
berdaya dihadapannya?
"Be-berhenti!" tangisku begitu
menyadari jika aku sedang dilecehkan
dengan orang asing.
"Hiks. Aku mohon hiks berhentilah"
Tanpa kuduga, Mac berhenti dari
kegiatannya dan terdiam menatapku
yang sedang menangis.
"Astaga, kenapa kau menangis?"
tanyanya kemudian membebaskan
kedua tanganku.
Aku tidak menghiraukan
pertanyaannya dan yang kulakukan
hanyalah menangis. Tak lama, aku
merasakan dekapan hangat mengitari
seluruh tubuhku dan aku tahu kalau
ini dekapan Mac.
Ia mengelus rambutku, membisikkan
kata-kata indah, serta aroma citrus
yang menenangkan hingga membuatku
tanpa sadar tertidur. Dalam hati, aku
berdoa jika apa yang terjadi hari ini
hanyalah mimpi. Ya, semoga ini
hanyalah mimpi.

***

Ff Nadine&Mac edisi 69

Chapter 4


Aku terbangun pada tengah malam karena erangan panik yang keluar dari gadis yang berada didekapanku ini. Dengan segera, aku membuka mataku dan melihat gadis manis ini berkeringat serta meraung-raung sambil menangis.

Aku segera mengelus punggungnya dan mencium keningnya. Serasanya sudah membaik, aku membisikkan kata-kata penenang di telinganya hingga ia kembali tertidur. Aku tersenyum melihat Nadine yang kembali bergelung mencari kehangatan di dadaku. Aku tertawa membayangkan bagaimana reaksinya ketika ia terbangun nanti dan dengan memeluknya posesif, aku pun kembali tidur.

***

Gerakan tidak nyaman berhasil membangunkanku dan aku yakin itu Nadine. Dengan usil, aku tetap mengeratkan pelukanku dan terpejam. Tak lama, gerakkan itu berhenti.

Aku tahu. Sangat tahu jika sekarang ia sedang menatapku intens. Sedetik kemudian, aku merasakan tangan mungil milik gadis ini menyentuh pipiku.

God! Let me breathe.

Entah sejak kapan, ketika tangan itu menyentuh kulitku semua jadi salah. Jantungku yang berdetak cepat, darah serta gairahku yang tiba-tiba naik, dan oksigen yang tak bisa aku hirup seketika.

"Kau memang tampan." ujar Nadine. Aku tersenyum menyeringai dan tak lama pekikan terdengar. "Astaga! Kau sudah bangun ya?"

Aku mulai membuka mataku dan menatap gadis di hadapanku ini dengan tajam.

Hmm.. Mungkin sedikit keusilan lagi?

"Kalau tidak salah dengar, kau tadi memujiku nona?" godaku. Nadine terlihat gugup dan wajahnya memerah seketika. Astaga, gadis ini terlihat begitu menggemaskan. Kurasa, adikku dibawah sana sudah mulai sesak.

"S-sejak kapan?! Kau pasti bermimpi, tuan!" elaknya.

"Benarkah? Tapi kurasa aku tak mungkin salah dengan pelukan erat yang kau lakukan padaku semalam nona." godaku lagi. Nadine mulai menunduk dengan wajah yang mulai memerah yang artinya ia sudah menyadari bagaimana eratnya ketika ia memelukku kemarin.

Tanpa bisa kutahan lebih lanjut, aku segera meraup bibirnya yang menggoda itu. Seperti kemarin, Nadine tetap mencoba berontak. Tapi bisa kupastikan, ia salah memilih lawan.

Aku menyudahi lumatanku pada bibirnya dan mulai mencium pipi, hidung, dan kening Nadine. Ciuman itu sepertinya membuat Nadine lumayan rileks. Setelah itu, aku mencium belakang telinganya. Nadine mendesah dan bisa kupastikan, itu adalah titik lemahnya.

***

Ciuman Mac mulai menjalar ke leher Nadine setelah ia mencium serta mengulum telinga Nadine dan sepertinya itu membuat gairah Nadine naik.

Diam-diam, selagi Mac mencium serta menandai Nadine, tangannya mulai meraba-raba perut Nadine. Nadine kembali mendesah, namun setelahnya ia merasa menyesal karena ia terlihat seperti jalang.

"Mendesahlah sayang. Desahanmu bagaikan melodi untukku." bisik Mac. Lalu ia segera meremas payudara milik Nadine lembut. Nadine kembali mendesah karena efek remasan tangan Mac yang begitu besar dan pas di payudaranya.

"Terus sayang.. Mendesahlah." rayu Mac kemudian melahap ujung payudara Nadine dari luar bajunya. Nadine, bajunya, dan dalamannya begitu mengganggu kegiatan Mac saat ini. Maka dari itu, ia menaikkan baju serta bra milik Nadine tanpa mau repot. Disana terpampanglah kedua payudara yang sangat menggairahkan milik Nadine dengan ujungnya yang berwarna kecokelatan.

"Kau begitu menggairahkan sayang." puji Mac dan mulai meremas kembali payudara Nadine. Nadine kembali mengerang dan kali ini lumayan keras karena remasan itu langsung merangsang sesuatu yang bergejolak di perutnya.

Tak sabar, Mac langsung melahap kedua ujung payudara milik Nadine. Nadine kembali mengerang dan menyebut nama Mac keras. Erangan itu membuat Mac menjadi lebih bersemangat dalam kegiatannya. Ia menjilati, memutari, dan menghisap kuat ujung payudara milik Nadine. Sementara Nadine sibuk mengerang, menikmati, dan menjambak rambut Mac untuk menyalurkan rasa kenikmatannya itu.

Sesudahnya dengan payudara, Mac menciumi perut hingga akhirnya tangan milik Mac menurunkan celana yang digunakan Nadine.

Mac sedikit terkesima melihat daerah bawah milik Nadine. Terkesan begitu tertutup dan bersih. Ia menatap Nadine untuk memastikan perempuan itu masih belum sadar sudah ia hampir telanjangi. Sekiranya Nadine belum sadar, langsung saja Mac melebarkan paha milik Nadine dan menjilat vaginanya tanpa melepas celana dalam milik Nadine.

Seketika, paha Nadine menutup kembali begitu merasakan sesuatu yang asing menyentuh vaginanya. Mac pun kembali melebarkan paha Nadine dan kembali menjilatnya secara lembut.

Lidah Mac bisa merasakan betapa harum dan basahnya kewanitaan milik Nadine. Ia kembali menjilat vagina Nadine dengan dalam.

"Oouuh Macc.." erangnya.

"Ada apa sayang?" tanya Mac seraya menyingkirkan celana dalam Nadine. Tangannya mulai nakal dengan menjelajahi klitoris milik Nadine dan membuatnya mengejang.

"Aahh.. Macchh a-apa yang kau lakukan disanahh?" tanya Nadine.

"Hanya ingin mengetahui seberapa ketat milikmu didalam sana." jelas Mac. Jari Mac mulai memasuki lubang vagina Nadine.

"Aaarrghh... Apa itu?!" pekik Nadine merasakan sesuatu menusuknya dan memasukinya. Mac kembali mencium Nadine.

"Tidak apa, ini hanya jariku sayang." jelas Mac.

Mac sengaja untuk mendiamkan jarinya di lubang vagina milik Nadine sampai beberapa saat kemudian, dengan spontan, Nadine menggerakkan pinggulnya.

"Kau sudah bisa?" tanya Mac dan tanpa menunggu jawaban dari Nadine, ia segera menggerakkan jarinya hingga vagina milik Nadine banjir oleh cairannya.

Nadine mengerang begitu mengetahui betapa nikmatnya jari Mac. Tanpa ia sadari, Mac sudah memasukkan dua jari disana.

"Ouhh Macc.. Aku.. Aku ingin pipiss" erang Nadine merasakan sesuatu yang berlomba ingin keluar dari perutnya.

"Tidak apa sayang, keluarkan lah. Aku akan membawamu sampai ke langit ketujuh."

Sedetik kemudian, cairan milik Nadine menyembur dengan kuat ditangan Mac. Tubuh Nadine sampai melengkung dan bergetar akibat dari orgasmenya.

Mac tersenyum melihatnya dan mulai mengeluarkan tangannya. Ia beranjak menuju wajah Nadine dan melihatnya dengan tatapan penuh cinta. Ia mencium mata, hidung, kening, dan mulut milik Nadine. Menurutnya, orgasme milik Nadine adalah hal yang terindah yang pernah ia lihat.

Mac kembali berusaha membangkitkan gairah Nadine untuk lanjut ke permainan inti. Serasanya sudah, Mac segera melepaskan seluruh pakaian dan celananya hingga terpampanglah penis yang berdiri tegak berukuran 20 centi.

Nadine terperangah dengan tampilan vulgar yang berada dihadapannya. Wajahnya segera memerah dan ia menutup wajahnya malu. Sedangkan Mac hanya terkekeh melihat betapa lucunya gadis ini.

Ia menarik tangan Nadine dan menyentuhkannya di batang tegak milik Mac.

"Kau bisa merasakannya?" tanya Mac. "Rasakanlah dan bayangkan betapa ia menginginkanmu, Nadine."

Nadine menelan ludahnya gugup dan mulai meremas batang milik Mac. Ia merasakan betapa keras milik Mac. Ia pun berinisiatif untuk mencari tahu apa yang sedang ia pegang.

Ia menarik serta mendorong batang itu dan membuat Mac menggeram karenanya. Entah kenapa Nadine begitu senang mendengar geraman Mac. Ia pun mulai memasukan penis Mac ke dalam mulutnya. Begitu penuh, itu yang ia rasakan. Ia mulai memaju-mundurkan mulutnya dan membuat Mac lagi-lagi mendesah nikmat.

Hanya sebentar hingga Mac menarik kejantanannya dari mulut Nadine dan kembali menindih Nadine. Ia membuka kedua paha milik Nadine dan dengan perlahan ia memasukkan miliknya ke dalam vagina milik Nadine.

"Aargghh.. Macc... Sakitt!!!" pekik Nadine. Mac memberhentikan sebentar dan menciumi seluruh wajah Nadine.

"Tenanglah sayang. Rileks saja dan sekarang kau bisa mencakar atau menjambak rambutku." bisik Mac dengan suara berat.

Dorongan itu pun terjadi lagi dan membuat Nadine histeris hingga menangis bahkan ia mencakar Mac begitu dalam akibat sakit yang ia rasakan.

Mac menggeram ketika mengetahui segel milik Nadine masih utuh dan segera menerobosnya. Nadine semakin histeris sementara Mac tersenyum bahagia. Darah perawan milik Nadine mengalir keluar dari vaginanya.

Mac memeluk Nadine erat dan mengecup mata serta bibirnya. Ia menatap kedua mata Nadine yang basah dengan bahagia.

"Kau milikku Nadine. Milikku." bisiknya posesif.

Beberapa saat kemudian, Mac mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan ritme pelan yang kemudian berubah menjadi ritme cepat. Nadine yang awalnya menangis kini sudah mendesah kenimatan. Bukan hanya matanya, tubuhnya bahkan sudah basah oleh peluh miliknya.

Mac memasuki Nadine begitu cepat dan dalam. Ia selalu menghentakkan penisnya ke arah titik sensitif milik Nadine dan membuat Nadine mengerangkan nama Mac lebih keras.

Nadine kembali mulai merasakan gejolak aneh diperutnya.

"Machh ahh ahh ouhh a-akuhh ingin pipiss..."

"Tunggu sayang, tunggu sebentar lagi." ujar Mac dan setelah itu, Mac makin mempercepat tempo gerakannya.

"Aaahhh.. A-aku tidak tahann.. Aku inginn.." desah Nadine seraya memejamkan matanya.

"Bersama sayang." perintahnya. Lalu desah nikmat pun kembali terdengar di ruangan kamar yang begitu besar itu.

"Aaarggghh.." desah keduanya. Nadine merasakan sesuatu yang panas di perutnya. Tapi, itu begitu nikmat entah kenapa.

Mac mengeluarkan penisnya dan mengecup kening Nadine dengan sayang.

"Terima kasih sayang. Aku mencintaimu." ucap Mac yang Nadine dengar sebelum terlelap dalam mimpinya.

Mac terkekeh dan beranjak turun dari ranjang menuju nakas meja. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Adam.

"Sampaikan pada Albus, aku meminjam muridnya selama seminggu penuh." perintahnya dan mengakhiri panggilannya. Kemudian ikut terlelap bersama Nadine dipelukannya.



-TBC
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.