Notes

Personality: Javier—atau biasa dipanggil Jay—memiliki sebuah sifat yang sangat labil dan dapat berubah-ubah seiring suasana hatinya. Dia merupakan sosok pelajar berandalan yang lebih cenderung membolos pada saat-saat pelajaran eksak, dan sangat rajin masuk pada saat jam pelajaran seni maupun olahraga. Javier sangat senang menggoda para gadis-gadis; entah itu lebih muda, seumuran, atau bahkan yang usianya terpaut sekian tahun darinya. Niatnya sih, ingin agar dia memiliki image-image bad boy yang digandrungi para gadis remaja. Akan tetapi, meski lawakan atau sikapnya yang (sok) keren dan (sok) tampan itu berhasil menarik para gadis—karena dianggap menggemaskan—Javier sesungguhnya benci dengan buah dan juga cicak. Benar-benar, jauhkan lelaki itu dari kedua benda tadi, atau kalian akan melihat betapa gilanya saat Javier ketakutan.

 
BG:

Javier Kim.

Seorang murid berandalan yang senang sekali membolos dari pelajaran-pelajaran yang berkaitan langsung dengan hitungan. Maka jangan heran jika dia harus mengulang kembali pada tahun pelajaran kedua di masa sekolah menengah pertamanya, akibat absen yang menggunung. Beruntung saat memasuki masa sekolah menengah atas, dia tidak lagi separah seperti sebelum-sebelumnya—meski kebiasaan membolos itu tetap ada. Paling tidak Javier memiliki keterampilan yang cukup menggugah mata setiap orang pada bidang olahraga dan seni, sehingga lelaki cecurut itu bisa tertolong.

Dia senang menjahili kawanannya, dan dia senang menggoda gadis-gadis di sekolahnya; terutama salah seorang gadis yang terbilang cukup hemat saat bicara. Gadis itu cukup membuat Javier tertantang untuk terus-terusan menggoda—dan tak jarang menjahilinya—demi untuk mendapat respon kesal seperti yang biasanya dia temukan.

Mungkin Tuhan tidak senang dengan kebiasaan itu hingga suatu musibah menimpa, dan dia harus di deportasi. Dan perlu digaris-bawahi, bahwa bukan hanya Javier; tetapi juga si gadis itu.

Masa-masa SMA yang begitu luar biasa.

Di umur yang terbilang masih cukup muda ini, sesekali Javier menghidupi diri sendiri dengan uang hasil kerjaannya menjadi fotografer lepas dan juga bekerja sambilan sebagai pelayan di sebuah kafe. Maklum saja, hidup sendiri dengan orang tua yang berada jauh dari Korea membuatnya harus mencari cara agar uang bulanan yang masuk ke dalam rekening tidak habis untuk jajan dalam sekejap mata.