Notes

The Tales of Beedle the Bard

Hermione Granger memiliki edisi pertama The Tales of Beedle the Bard yang diwariskan oleh Albus Dumbledore. Buku ini telah ditandai dengan tanda Deathly Hallows pada halaman di mana The Tale of the Three Brothers dimulai. Dengan ini, Dumbledore menginformasikan Harry, Ron, dan Hermione tentang Deathly Hallows. Namun tentu saja mereka tidak langsung paham.

The Tales of Beedle the Bard ditulis oleh Beedle the Bard sekitar abad ke-15. Ia menulis secara 'rahasia', kemudian pada akhirnya dibaca umum pada abad ke-20. Setelah beberapa saat, akhirnya buku ini jatuh ke pemilikan Albus Dumbledore. Menggunakan buku ini Dumbledore mengambil serangkaian catatan yang luas pada berbagai cerita. Catatan ini diserahkan kepada arsip Hogwarts. Juga sebelum kematiannya, dia membuat keputusan untuk meninggalkan buku ini untuk Hermione Granger dalam surat wasiatnya. Seperti yang dikatakan, ia menandai halaman di mana The Tale of the Three Brothers dimulai dengan tanda Deathly Hallows. Alasan ia menandainya karena ia tahu bahwa Hermione akan membaca buku secara ekstensif. Tentu saja pada akhirnya Hermione menemukan tanda tersebut.

The Tales of the Three Brothers berkisah tentang tiga saudara, kakak beradik laki-laki, yang berkelana melewati jalan panjang berliku-liku di senja hari. Pada waktunya, ketiga saudara ini tiba di sungai yang terlalu dalam untuk disebrangi dengan berjalan kaki, juga terlalu bahaya untuk disebrangi dengan berenang. Meskipun demikian, ketiga saudara ini menguasai ilmu sihir, maka mereka melambaikan tongkat sihir mereka dan sebuah jembatan muncul di atas air yang berbahaya. Mereka sudah tiba di tengah jembatan ketika jalan mereka dihalangi sosok berkerudung yang dikenal sebagai Kematian. Kematian berbicara kepada mereka yang marah karena telah kehilangan 3 korban baru, karena para pengelana biasanya tenggelam di sungai. Tetapi, Kematian licik dan akhirnya berpura-pura memberi selamat kepada ketiga saudara ini atas sihir mereka, dan berkata masing-masing berhak mendapatkan hadiah karena telah cukup pintar untuk menghindarinya.

Maka, si sulung, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir yang lebih hebat daripada semua tongkat sihir yang ada, yang akhirnya diberikan oleh Kematian dengan nama tongkat Elder. Lalu, anak tengah, meminta kekuatan untuk memanggil yang lain dari kematian. Maka, kematian memungut sebuah batu dari tepi sungai lalu memberikannya kepada anak tengah, dan memberitahunya bahwa batu itu akan memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang yang sudah mati. Sedangkan si bungsu diberikan jubah gaib oleh Kematian karena berhasil menjawab pertanyaan Kematian dengan bijaksana.

Si sulung kemudian membangga-banggakan tongkat sihir Elder-nya. Akhirnya, suatu malam seseorang mencuri tongkatnya dan menggorok leher si sulung. Lalu, anak tengah, ia memakai batu kebangkitan tersebut, memutarnya tiga kali dan memanggil gadis yang dulu ingin ia nikahi. Namun, si gadis tidak bisa hidup lagi yang membuat si anak tengah sengsara, lalu memutuskan untuk bunuh diri agar bisa ikut bersama gadis tersebut. Sedangkan si bungsu, ia masih hidup dengan tenang hingga ia sudah berusia lanjut, ia memberikan jubah gaibnya kepada anaknya.