Notes

Sudah sekian bulan ia kerja awut-awutan dan dirasanya semakin lama semakin tipis saja jatah bulanannya. Oh hei, bagaimana kalau ia kembali bekerja yang jadwalnya cukup teratur? Ide bagus.

Lantas bergegaslah dia, dimulai dari merapikan tatanan rambutnya sampai mencukur janggutnya yang sudah berapa lama ia biarkan tumbuh. Mantel kulit sewarna kayu pun sudah melekat di tubuhnya. Ia sudah -- merasa -- tampan, apa lagi yang kurang?

Segar, memang, ia merasa seperti dirinya yang lama lagi. Jalannya tak lagi gontai dan air mukanya bersinar. Lantas ke mana arah tujunya? Sebuah club di mana ia sempat bekerja! Melangkahlah ia ke dalam, tanpa basa-basi ia mengetuk pelan pintu manajer 'tuk segera mendaftarkan diri lagi. Huh, semoga saja ia diterima kembali, meski suara adalah titik lemahnya.

Oh, jangan lupa. Ia sudah menyediakan sebuah presentasi ringan di ponselnya guna mengucapkan apa yang tak mampu ia tuturkan. Tidak, tidak, dia bukan pemalu, hanya saja dia seorang bisu.

( Selamat pagi, saya Matsuyama Eito, sudah berumur 24 tahun. )

Digesernya layar ponsel tersebut.

( Saya ingin kembali melamar kerja di sini. Alasannya... )

Apa alasannya?

( Saya butuh pekerjaan, dan saya rasa di sinilah tempat yang membuat saya nyaman. )

( Akan jadi suatu kebanggan untuk saya dapat kembali menggunakan kesempatan ini untuk mencari penghasilan. )

Pfft, si bodoh ini terus terang sekali.

( Jadi, bagaimana, Manajer? )