Notes

ㅡ ❛ 𝙳𝚘𝚗'𝚝 𝚐𝚒𝚟𝚎 𝚞𝚙, 𝚗𝚘 𝚗𝚘 𝚗𝚘. ❜

Langit menghamburkan jingganya pada sore itu. Pelan-pelan sang baskara menghabiskan sisa edarnya di langit, tenggelam dan menghilang di bawah garis cakrawala di sebelah barat.

Salah jika membayangkan keadaan sore pada saat itu sangat tentram dan menyejukkan. Justru berbanding terbalik karena angin yang berhembus begitu buruk. Dapat dipastikan jika hujan akan turun sebentar lagi.

Sore itu, seorang Arin telah menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang trainee. Bukan. Tepatnya seorang kontestan. Setelah kemarin gadis itu dikumpulkan bersama dengan para kontestan lain yang juga lolos dalam audisi ㅡsama dengan dirinya. Sesosok Koala menyampaikan beberapa pesan yang patut diperhatikan olehnya. Arin pun baru pertama baginya melihat sesosok hewan, mungil, dapat berbicara layaknya manusia. Bahkan peran sang Koala sangat berarti di dalam acara besar itu.

Ini juga pertama bagi Arin mengikuti sebuah ajang kontes dan akhirnya lolos. Usaha serta kerja kerasnya terbayarkan meski bagi dia itu adalah awal dari semua.

Menjadi peringkat ketujuh dalam daftar penilaian audisi membuat bara semangat Arin bertambah. Gadis itu yakin ada doa ibundanya di dalam. Ya, walaupun wanita itu tega tidak memberikan satu kabarnya pada putri semata wayangnya.

Putrinya yang selalu merindukan gelak tawa sang ibunda saat bohong yang disebunyikan olehnya dapat mudah diketahui. Putrinya yang selalu merindukan omelan sang wanita. Selalu menunggu telepon dari wanita itu meski sudah sepuluh tahun percakapan di antara keduanya harus terputus karena bedanya jarak serta negera yang dipijak. Dan akan selalu merindukan perawakan wanita yang memiliki usia dua kali dari usianya. Dari kepala hingga kakinya. Apakah masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu saat dilihatnya untuk yang terakhir kali?

Kemudian membalikkan figurnya sementara lambaian tangannya tetap bergerak namun ke arah lensa yang berbeda. Kini ke arah handycam yang berada di pojok ruangan. Meski jauh namun Arin tetap memberikan senyumannya.

Selanjutnya yang dilakukan gadis itu adalah meletakkan ranselnya dan melakukan peregangan terhadap raganya. Kewajiban yang harus dilakukan sebelum melakukan gerakan yang ekstra pada tubuh. Agar tidak sakit dan keram nantinya.

×××

Arin meneguk air mineral yang telah dibawanya seusai menyelesaikan pemanasannya. Kemudian si gadis berjalan ke pojok ruangan, tepatnya mengarah pada komputer. Mencari-cari lagu yang akan ditarikannya.

Detik kemudian intro lagu bertajuk The Greatest oleh Sia mengisi penuh ruangan. Lantas sang gadis kembali ke tengah ruangan. Mendudukkan dirinya dengan wajah yang menunduk ke bawah.

Hitungan kedelapan badannya menjadi kaku dan bergerak; berdiri dengan gerakan badan yang kaku dan mulus. Melakukan gerakan robotic pada tubuhnya. Mengatur kecepatan gerakan tangan dan kakinya yang melangkah ke depan, tidak terlalu cepat karena akan susah saat di hentikan.

Uh-oh, runnin' out of breath, but I,
Oh, I, I got stamina,

Menempatkan tangannya di pundaknya yang bergerak ke kanan dan kiri. Kemudian melakukan lompatan kecil diiringi dengan dadanya yang bergerak berputar. Tentu dengan menempatkan gerakan yang selaras pada ketukan lagu. Lalu memasrahkan tubuhnya ke bawah.

Saat bagian lirik 'I got stamina' terdengar, Arin menaikkan kedua tangannya bak seorang petinju yang tengah memamerkan otot lengannya. Aura wajah sang gadis pun berubah keras, menggambarkan apa yang dimaksudkan oleh liriknya.

Uh-oh, running now, I close my eyes,
Well, oh, I got stamina,

Gerakan yang dibuat olehnya adalah gerakan lag atau putus-putus. Selanjutnya gerakan yang dibuat olehnya; membawa figurnya ke kanan dan melakukan gerakan bagai seseorang yang berlari. Namun kakinya tidak bergerak, hanya tangannya serta tubuhnya yang mengayun pundaknya.

Pun Arin lalu menutup matanya sembari membawa figurnya kembali ke depan. Membuat gerakan wave pada tubuhnya sambil berdiri tegak.

And uh-oh, I see another mountain to climb,
But I, I, I got stamina,

Membuat getaran pada tubuhnya lalu menghempaskan lengan kanannya dan kepalanya ke sisi kanan. Mengacungkan kedua lengannya ke atas lalu menghempaskan ke bawah. Melenturkan tubuhnya yang semula kaku sambil menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri secara perlahan.

Uh-oh, I need another lover, be mine,
Cause I, I, I got stamina,

Menghempaskan kepalanya ke bawah dengan tegas. Setelah itu berjalan memutar ke belakang dengan wajah yang menunduk.

Don't give up, I won't give up,
Don't give up, no no no,

Sambungan untaian larik menyeruak dari pengeras suara. Arin kembali menatap lensa yang merekamnya. Kini ketukan lagu yang mendayu-dayu membuat Arin memasang mimik wajah seperti layak seorang yang telah lelah namun enggan untuk menyerah.

Berdiri dengan posisi kepala yang miring dan kaki kirinya yang tertekuk. Kemudian membalas bagian kanannya seiring lirik 'I wont give up' terdengar.

Membawa tubuhnya menyerong dengan kuasa kanannya yang melakukan gerakan gelombang di udara. Sekon kemudian, saat lirik 'no no no', telunjuknya teracung sambil bergerak maju dengan patah-patah ㅡsesuai intonasi lagu.

Don't give up, I won't give up,
Don't give up, no no no,

Menghempas tangan kirinya ke kanan sambil memasrahkan tubuhnya yang ikut terbawa ke sisi kanan. Kembali membawa figurnya menghadap ke kiri.