NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Montana, 2003

Derap kaki terdengar, geraman menggema. Seorang gadis cilik berlari menembus malam, kengerian tampak jelas dimatanya.
"JANGAN LARI KAU!!!"
"Hahh...hahh..." Nafas Tessa putus-putus.
Selamatkan aku, siapapun, batinnya meraung.

TUKK

Kakinya tak sanggup lagi. Tessa terjatuh disudut jalan yang dingin, hanya pasrah mendengar derap kaki mendekat.

"HAHAHA MATI KAU BEDEBAH!" Jerit suara wanita dengan serat kejam yang kentara.

Kedua sosok seram tampak beberapa meter didepannya, menampilkan taring yang tajam dan sorot mata memangsa.

"Milen, lihat ratu kecil kita..." Tutur Donovan sambil tersenyum kejam.

Milen tertawa nyaring, "Makan malam yang indah, bukan, sayang? Seorang royal blood..." Tambahnya sambil menjilat bibir bawahnya rakus.

Tessa menangis, "Aku mohon..." bisiknya.

"Keajaiban... Tuhan, beri aku keajaiban." Pintanya dalam hati.

"AAAAAAAAAARGHHHHH..." jerit kesakitan terdengar, dari Milen.

Jeritan itu membuat baik Donovan dan Tessa terpaku.

'Tuk'

"Bedebah sialan..." Desis Donovan saat melihat Milen tumbang kedepan dan perlahan melebur menjadi debu. Menampilkan sesosok laki-laki remaja dengan pasak perak ditangan.

"Menjauh darinya kau strigoi menjijikkan." Daniel berkata dengan dingin.

Donovan menatap Daniel dengan kesal.

"Kita akan bertemu lagi. Ini belum selesai." Ucapnya dengan suara menahan dendam, lalu tubuhnya menghilang dibalik bayangan.

Daniel menghembuskan nafas lega, "Selesai, strigoi jahat sirna sudah." Gumamnya sambil memasukkan pasak peraknya kembali ke sabuk dipinggang.

"Kau siapa...?" Cicit Tessa ketakutan, terlalu kaget dengan adegan yang terjadi didepannya.

Sang pria tersenyum dan berjalan mendekat. "Aku? Penjagamu. Sekarang tuan putri, mari kuantar kau ke rumahmu."

Tessa terdiam saat tubuhnya diangkat Daniel, kemudian keduanya menghilang. Berteleportasi entah kemana.



Montana, 2016

"Evasko akan segera datang, Tess." Ucap Julliette memasuki kamar Tessa sambil melempar sebuah gaun cantik ketempat tidur beralaskan selimut beludru.

Ia mendudukkan dirinya dipinggir kasur, "Kau tampak santai sekali. Apa itu yang kau sebut dandan?" Komentarnya melihat Tessa yang kini sibuk memasang korset dipinggang.

Tessa tertawa geli, sahabatnya itu memang pemilih. Ia mengikat tali korsetnya dengan kencang lalu tersenyum.

"Evasko tidak terlalu suka aku berdandan, Julie." Jawabnya tenang. Tak peduli dengan Julliette yang mendengus kesal.

"Selera bangsawan jaman sekarang aneh sekali." Ucapnya tak suka sambil melambaikan tangan kanannya kearah Tessa dan berucap lemah, "Manigua."

Seketika air mengguyur tubuh Tessa, membuatnya berteriak protes.

"HEI!" Ia bersungut, "Ventania." Angin manipulasi mengelilingi Tessa, mengeringkan tubuhnya.

Julliette terkekeh kecil, lalu menarik tangan Tessa untuk duduk didepan meja riasnya, "Ini pertanda kau harus dirias ulang. Kau tampak seperti badut."

Tessa hanya terdiam dan mengangguk pasrah.

-

"Lady Theressa Avelary Ivashkov memasuki ruangan!" Jerit salah satu penjaga pintu saat melihat sosok langsing Tessa melewati pintu Aula.

"Terimakasih," gumam Tessa tanpa suara padanya, membuat petugas pintu itu memerah malu karena disapa Tuan Putri.

Sebuah tangan melingkari pinggangnya, sedikit mengagetkan tapi ia menghapalnya.

"Evasko." Ucapnya penuh rekognisi.

Evasko tersenyum manis, wajah tampannya menebar aura bahagia, "Mi lady," ia membawa tangan Tessa ke bibirnya.

"Ehem." Interaksi keduanya terpotong, figur jangkung yang tegap menatap jahil kearah mereka.

"Maaf, Earl Dragomir. Tapi anda seharusnya belum boleh bertemu Lady Ivashkov." Ucap Daniel tegas namun penuh kejahilan.

Evasko tertawa, tinjunya menyapa bahu Daniel dengan canda.

"Dhampir yang siap siaga. Baiklah, Mr. Castile. Tolong jaga Lady Ivashkov-ku." Ia memberikan senyum terakhir lalu berjalan menjauh.

Meninggalkan Tessa dan Daniel berdua diujung ruangan, tertawa atas kejadian sebelumnya.

"Hai, Danny. Apa kabar?" Sapanya dengan senyum manis.

Daniel mengabaikan debaran yang menyenangkan itu, balas tersenyum.

"Seperti yang kau lihat. Sangat baik dan sangat berbahagia. Sahabatku akan bertunangan malam ini." Jawabnya dengan sorot mata jenaka.

Kali ini Tessa tertawa, "Hahaha. Aku merasa sangat sangat tua sekarang." Ucapnya dengan nada merajuk.

Daniel menggeleng, "Jangan. Simpan itu untuk beberapa abad lagi." Balasnya jahil.

Kemudian mengulurkan tangannya. "Akan menjadi kehormatan jika aku bisa mengantar sahabat sekaligus Moroi-ku menuju altar pertunangannya."

Tessa tersenyum manis, tangannya menyambut Daniel.

"Ayo." Dan membiarkan tubuhnya dibawa Daniel menuju ketengah aula Royal Court yang ramai menyambut pertunangan Ratu Dewan.

Pertunangan Ratu Dewan dan Pewaris Royal Dragomir.

-

"Dengan ini kita resmikan pertunangan ini, mengikat hati mereka sebelum mengucapkan janji sehidup semati." Suara tetua Dewan menggema diseluruh Aula.

Dua orang wanita berpakaian putih datang menghampiri tetua itu, menyerahkan dua kotak cincin kehadapannya.

"Cincin ini dialiri darah abadi keduanya, yang akan mengikat jiwa, hati dan hidup mereka." Ia menjeda, "Lady Ivashkov, anda dapat memakaikan cincin anda pada Ear Dragomir."

Tessa tersenyum tegang, euforia ini begitu mendebarkan. Ia mengambil kotak cincin miliknya dan membuka penutupnya, jarinya gemetar mengangkat cincin yang dialiri darahnya itu.

Ujung matanya menangkap Daniel yang tersenyum manis padanya.

Tessa balas tersenyum, cincinnya terasa lebih ringan.

Ia berjalan mendekati Evasko, "Hai, Sayang." Bisiknya hati-hati agar hanya terdengar oleh Evasko.

Evasko terkekeh lirih, gemas dengan tingkah Tessa yang manis. Ia menatap jarinya yang terasa sedikit panas ketika dilingkari cincin Tessa, tapi hatinya terasa ringan.

"Kini, Earl Dragomir silahkan memakaikan cincin anda ke jari Lady Ivashkov." Suara tetua Dewan kembali terdengar.

Evasko segera mengambil kotak cincinnya.

"Hai juga, Sayang." Balasnya saat meraih cincinnya didepan Tessa, membuat gadisnya merona.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAARGHHHHH..."
Cincin itu hampir memasuki jari manis Tessa saat suara jerit wanita memecah keheningan.

Semua orang menoleh kearah pintu, arah sumber suara. Menemukan seorang gadis dhampir berdiri pucat dipelukan gadis lain yang menancapkan taringnya ke leher gadis itu.

"J-julie..." gumam Tessa tak percaya, mengamati cara Julliette menghempaskan dhampir tadi begitu saja ke lantai, sambil mengusap bibirnya yang berlepotan darah.

Julliette memiringkan kepalanya dengan wajah polos,

"Ups. Maaf mengacaukan acaramu, Tessa." Ia berucap penuh sesal. Ia menatap cincin ditangan Tessa.

"Sangregua." Desisnya sambil melambaikan tangan kanannya.

Tangan Tessa tersentak dan melempar cincinnya begitu saja. Ia terkejut, tak menyangkan bahwa sahabatnya akan menggunakan pengendalian darah kepadanya.

Daniel tak tinggal diam, perlahan ia berjalan menyusuri kerumunan, hendak menyerang Julliette sebelum sebuah tangan mencengkram bahunya.

"Kita bertemu lagi," ia menoleh, mendapati Donovan dengan senyum kejamnya.

Daniel mendorong Donovan menjauh.

"Lavastorm Fuego Monstruo!" Ia berucap lantang, dari tangannya muncul bara api yang membentuk monster api yang langsung menyerang Donovan.

Donovan terhuyung kebelakang, tapi hanya tertawa saat dirinya diserang.

"Condemnation" desisnya dan Daniel terbelanting kebelakang. Ia menatap Julliette dari kejauhan, memberi kode pada julliette.

Menggunakan kekuatannya, Julliette mengeluarkan sebuah sexy transformation dari kantungnya.

"Use, sexy transformation." Ia merasakan darahnya teresap seiring efek stun yang mulai menyebar keseluruh ruangan. Para hadirin terpaku ditempat dengan tak rela.

Gadis itu mendekati Tessa yang mematung, "Maaf, Teman. Tapi kau memang sangat menyusahkan."

Ia menggenggam tangan Tessa, meleburkan diri menjadi partikel kecil, lalu hilang. Berteleportasi entah kemana, membawa Tessa bersamanya.

Efek stun yang diberikan Julliette mulai melemah saat Donovan tertawa dari ujung ruangan, "Maaf tidak bisa membunuh kalian semua."

Ia telah berada didepan pintu, "Terimakasih atas hiburannya. Tenang saja, setelah bulan purnama nanti, setelah darah Ratu kalian ditumpahkan, kalian semua akan bernasib sama seperti debu-debu digurun pasir. Dan aku akan memastikan kalian hancur, pasti." Lalu berjalan melewati pintu, keluar dari ruangan.

Beberapa detik setelahnya, semua orang dapat bergerak kembali namun Daniel lah yang secepat kilat menyambar pintu untuk mengejar Donovan.

Lengang, nihil, tidak ada siapa-siapa. Hanya darah yang dilukiskan disepanjang koridor membentuk kalimat mengancam.

"Wait for my revenge, Little Dhampir."

-

Tidak membuang waktu, Daniel berjalan keruang dewan tetua. Mendobraknya dengan tidak sabar.

"Ada apa dengan bulan purnama?" Tanyanya.

Tetua itu menunduk, "Jika darah Ratu tumpah saat bulan purnama, para strigoi akan berkuasa." Jelasnya tak rela.

Daniel tidak menjawab, ia bergegas keluar, menuju ruang persenjataan.

-

"Silver stake, Whorsky Dark, Diamond Robe... oh apa kau membawa Eye cadangan?" Tanya Orion pada Daniel yang memasukkan peralatannya kedalam tas.

"Ya." Jawab Daniel singkat. Ia meminggul tasnya disebelah bahu dan membuka pintu dungeon saat sosok familiar tampak disana, Evasko.

"Hai, Earl." Sapanya datar, berjalan melewati pemuda itu.

Evasko menahan tangan Daniel, "Kau akan mencari Tessa?" Tanyanya serak. Suaranya penuh tekanan.

Daniel mengangguk, "Apa kau akan ikut?"

Sang bangsawan menggeleng, "Tidak bisa. Para dewan mengutusku untuk menggantikan Tessa sementara waktu untuk membentuk pertahanan dan juga merencanakan penyerangan ke sarang mereka."

Wajah Daniel tak menunjukkan ekspresi yang bagus.

"LALU BAGAIMANA DENGAN TESSA?!" Teriaknya kesal, mengejutkan Evasko dan Orion sekaligus.

Alih-alih merasa terhina, Evasko terdiam. Rautnya bersalah.

"Bantu aku..." Ucapnya kecil.

"Tapi dia itu tunanganmu, dude." Kesal Daniel menahan diri untuk menghajar pemuda didepannya.

"Danny, dewanㅡ"

"Persetan dengan dewan." Potong Daniel sambil berlalu pergi.

-

Ditengah malam yang dingin, seorang pemuda mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

"Tessa... kau dimana?" Gumamnya penuh emosi, hatinya menangis.

-

Ditempat lain, Tessa terdiam ditempat. Tubuhnya terbujur kaku karena pengendalian darah yang dilakukan Julliette.

"Berikan ia ramuan ini." Ucap Donovan yang baru saja datang dengan vial bulat berwarna hijau.

"Apa itu?" Tanya Julliette penasaran.

Alih-alih memberi atensi pada Julliette, pria itu tersenyum pada Tessa, "Deadly."

-

Daniel mengenali tempat ini. Tempat pertama kali ia bertemu dengan Tessa.

Sebuah jalan sempit yang dingin. Tapi tidak ada orang disana. Menyalakan senternya, ia menatap dinding salah satu gedung itu.

'XIII ㅡ ONAAREZNA PNFGYR'

"Bannerman Castle..." gumam Daniel. Ia meraih ponsel disakunya, "Orion, aku butuh tiket pesawat menuju New York. Secepatnya." Terdengar sahutan disebrang sana, "Ya, ya. Kalau bisa dengan penyebrangan ke Pulau Pollepel. Hari ini juga."

-

Berjam-jam dipesawat, ia tiba di Pollepel Island pada malam hari. Sunyi, hampir mendekati tengah malam.

Donovan tertawa, derap tegap Daniel tidak bisa disembunyikan dari gendang telinganya.

"Hey, Little Dhampir." Ucapnya dengan nada geli, terhibur dan jijik.

Daniel mengenggam pasak peraknya, attribut yang sama dengan yang dipakainya belasan tahun lalu untuk melawan Donovan dan Milen.

"Lepaskan, Tessa." Ancam Daniel dingin. Ia siap menerjang Donovan.

Donovan tertawa, "Tidak. Aku akan membuat gadismu itu lenyap seperti yang kau lakukan pada Milen."

"Use, Diamond robe!" Ia memakai Robe disekitar tubuhnya dan merasakan kekuatannya bertambah.

"Heh, ingusan." Dengus Donovan, "Use, Dark Eye."

Daniel mengeluarkan bara api ditangannya, "Lavastorm Fuego Monstruo Fire Power!"

Donovan kesal, kekuatannya teresap setengah. "Condemnation sanarous menoria." Balasnya, menangkis 75% dari serangan.

Daniel terhempas ke pilar kastil, "Use, Moon Claw Peg!" Ia melempar peg miliknya kearah Donovan.

Donovan mengerang tak terima. "DISCIPLINARY!" Ia menyerang dengan kesal.

Daniel menghindar dan melempar sebuah batu kecil yang bersinar dikegelapan, "Use, Dark Light."

Tidak sempat mengelak, Donovan terdiam kaku ketika batu itu mengenainya, memantulkan serangan itu ke dirinya sendiri.

"BEDEBAH!!! ARGHHHHHHHHH..." Ia berteriak kesakitan sebelum melebur menjadi debu.

Daniel menatap takjub kumpulan debu itu, lalu berlari menuju bagian dalam kastil. Menemukan Julliette yang berdiri garang didepan sebuah kamar.

Daniel melemparkan pasak perak kearah strigoi muda itu, membunuhnya dengan sekali serang.

Ia mendobrak kamar itu dan menemukan Tessa terbujur kaku, pucat, lebih pucat dari biasanya.

"Tidak, tidak, tidak... Tessa-ku..." Ia meratap sedih.

Tapi gadis itu tidak merespon.

Sementara itu, suara ribut terdengar diluar, langkah kaki mendekati kamar.

"Danny, apakah ka-" suara bass Evasko mengambang diudara. Mendapati tubuh Tessa yang terbujur kaku.

"Tessa sudah tidak ada, Ev." Tutur Daniel penuh luka.

Evasko segera meluncur ke sisi Tessa, "Tidak, tidak mungkin." Gumamnya sedih.

"Apakah ada yang memiliki kekuatan roh dirombonganmu...?" Bisik Daniel pada Evasko dengan penuh harap.

Sinar mata sang bangsawan mencerah, "Aku." Ucapnya mantap.

Ia memegang tangan Tessa dan mencoba fokus, "Espiritus Elevan." Ucapnya mantap.

Keduanya tersenyum lebar saat Tessa tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya.

"Aku dimana...?" Gumamnya linglung.

Evasko langsung memeluk Tessa. "Tidak perlu tahu, yang jelas kau aman."

Daniel tersenyum miris melihat adegan didepannya, ia keluar perlahan dari pintu. Menemukan Orion yang langsung memberinya bogem mentah.

"Keparat. Kau membuatku ketakutan." Desis Orion dengan amarah. Tapi amarahnya surut saat melihat Daniel hanya tersenyum sedih.

Ia mengintip kedalam ruangan dan rekognisi menerpanya.

Perlahan, ia menepuk bahu sahabatnya. "Sobat, ingat kodrat kita, mereka selalu yang pertama."

-
Beberapa bulan kemudian, dewan St. Vladimir Royal Court sibuk menghias aula utama, menyambut pernikahan Ratu dan Bangsawan mereka dengan suka cita.

Tapi tidak begitu dengan Tessa.

"Masih belum ada kabar?" Ia bertanya tanpa lelah kepada Orion yang hari-hari menghabiskan waktu di dungeon.
Orion menggeleng, "Dia menghilang, Yang mulia."
Tessa terdiam dan jatuh terduduk didepan pintu. Setiap malam ia bermimpi tentang Daniel, tapi pemuda itu menghilang seperti ditelan angin. Ikatan mereka terputus sejak cincin Evasko akhirnya melekat dijarinya.

"Dimana... kau dimana, Danny?" Ia terisak didepan Orion. Mengagetkan pemuda itu. Hatinya tak tega, mengiba.

Ia berjalan masuk kedalam dungeon dan menulis sesuatu didalam kertas kecil sebelum kembali menghampiri Tessa.

"Aku tidak tahu dia masih disitu atau tidak. Jika kau mencarinya untuk berterimakasih, lupakan saja. Tapi jika kau mencintainya juga, kejarlah."

Tessa menerima kertas yang diberikan Orion, "Chicago..." ia mengeja.

Tessa berdiri dan merangkul pemuda itu, "Terimakasih banyak Orion!" Lalu berlari naik keruang atas, meninggalkan Orion yang menyilang jari, berharap untuk kebaikan semua orang.

-

Daniel tersenyum kepada pelanggan yang baru saja keluar dari kios kecil milik sepupu manusianya.

"Hhh..." Ia menghempaskan diri dikursi kecil, sedikit lelah. Sudah 5bulan ia berada disini, melarikan diri.

Ia menatap kalendar, "Hari ini ya..." Gumamnya dengan senyum masam. Hatinya masih terasa sakit.

Lamunannya terpecah dengan bunyi bel toko, ia terperanjat dan menyapa, "Selamat datang, Di Ruther-"

"Oh, Alamatnya benar. Hai, Danny." Tessa tersenyum dari pintu.

Daniel menggeleng tak percaya, "Bagaimana bisa?"

Gadis itu berjalan mendekat, "Evasko bilang, dia tidak ingin menikahi seorang Ratu menyedihkan yang merindukan Guardiannya teramat sangat."

Secepat kekuatan dhampirnya, ia merengkuh bahu sempit Tessa.
"Tess... aku..."

Mengerti, Tessa melingkarkan tangannya menuju punggung Daniel.
"Aku juga, Dan. Selalu, maafkan aku yang baru menyadarinya." Gumamnya dengan isak tangis yang tidak ia sadari.

Ia menyingkup wajah Daniel dan membuatnya menatap lurus kearahnya., "Aku mencintaimu sejak pertama kali kau menolongku dijalan sempit itu. Kau itu keajaibanku, tahu."

Kekeh parau terdengar dari bibir Daniel, "Jadi, sekarang..."

Dengan mata berbinar, Tessa meneruskan, "Sekarang, kau adalah pelindungku, keajaibanku dan yah, kau juga harus menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku nanti. "

Kisah ini ditutup dengan Daniel yang balas menyingkup wajah Tessa pelan dan menyapukan bibirnya yang hangat ke milik Tessa yang dingin.

"Hey, Little Dhampir. I love you."
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.