Notes

Jangmi masih disana walaupun suaranya tak lagi terdengar, dia masih tetap disana walaupun langit telah menggelap dimakan waktu. Gadis itu baru benar-benar beranjak pergi usai bel pelajaran tambahan kelas 3 telah berakhir setengah jam lalu. Dia berjalan gontai, tak berani mengangkat kepala sampai raganya telah sampai di rumahnya.

Kejadian sore itu jelas membuat perubahan besar pada diri Jangmi. Dia menjadi lebih diam dari sebelumnya, semangatnya seakan telah hilang disapu angin, dia juga memilih menghindar dari sekolah dengan alasan kurang enak badan.

Hal kontras tersebut tentu membuat orang-orang disekitar merasakan sesuatu yang mengganjal, perasaan mengganjal tersebut juga dirasakan kedua orang tuanya, Hyungran dan Early. Demi menghapus rasa penasaran dan cemas mereka, keduanya pun mulai memastikan perubahan yang terjadi pada diri Jangmi. Gadis itu berbohong, menjawabnya dengan kata dirinya baik-baik saja namun keduanya terus mendesak, tak merasa puas dengan jawaban 'baik-baik saja'.

"Sungguh?" Jangmi mengangguk.
"Jangan bohong nona muda, orang tuamu tak bisa kau bohongi,"
"Aku mengatakan yang sebenarnya,"
"Na Jangmi...," suara bariton penuh tuntutan sang Ayah jelas membuatnya goyah, dia bergetar takut, kebimbangan menyelimuti akalnya.

"A- aku..." dan akhirnya si anak menceritakan hal sesungguhnya yang ia sembunyikan selama beberapa hari terakhir ini dengan terbata-bata, sedikit bingung harus memulai semuanya dari mana. Tak butuh 10 menit bercerita untuk memancing amarah tuan dan nyonya Na, dan mereka tak butuh berpikir dua kali untuk segera melaporkan kejadian tersebut pada kepala sekolah. Jangmi pun kalut, diantara ambang senang karena keduanya masih memperhatikan dia dan takut hal-hal tak diinginkan terjadi.

Di sepanjang perjalanan Jangmi hanya menunduk, sesekali merasakan telapak tangan sang Ibu mengelusnya lembut penuh kasih sayang, wanita yang masih tampak muda itu juga memeluknya erat saat mereka hendak turun dari mobil, seakan menguatkan juga menyiratkan kata kalau Jangmi akan baik-baik saja.

Sambutan hangat kepala sekolah ditanggapi dengan datar oleh Hyungran, pria itu langsung to the point dengan tujuannya kemari. Dia menyatakan ketidakpuasannya pada sistem sekolah, keteledoran para guru dan berbagai macam hal lainnya yang membuat si anak terluka. Tak lama setelah kepala sekolah paham dengan masalah yang terjadi, Ryumi, Yeonhee dan Audrey pun muncul di ruangan yang mulai memanas itu, disusul Mark dengan ekspresi kebingungannya ... dia betulan tidak tahu menahu soal kejadian ini. Kali ini giliran Early yang mengomentari ketiga murid itu dengan kesal, mempertanyakan segala hal yang melintas di kepalanya. Jangmi hanya bisa menunduk dan mendengarkan, enggan menatap seluruh orang di dalam ruangan.

Acara tak terduga itu berlangsung cukup lama, para murid hanya berbicara saat pertanyaan ditujukan pada mereka. Tangan Ryumi mengepal kesal, kalau bukan karena eksistensi Mark, bisa saja ia meluapkan emosinya sekarang juga. Sialnya yang bisa dia lakukan hanya diam dan menerima ocehan para orang dewasa. Sedangkan yang lain hanya bisa menghela napas. Satu jam penuh ketegangan pun berlalu, acara tak terduga itu berakhir dengan hasil akan diadakannya rapat komite minggu depan untuk pembahasan perkara lebih lanjut.

Dua hari setelah pelaporan itu, Jangmi kembali bersekolah. Seantero sekolah pun tahu akan kasus yang menimpa mereka. Sekembalinya Jangmi, hubungannya dengan Mark seakan tak pernah terjalin, Jangmi tak pernah menghiraukan Mark yang berusaha mendekatinya untuk sekedar berbicara. Sedangkan banyak siswi lain mulai bersimpati untuk dekat maupun hanya sekedar tahu kejadian "rooftop" itu. Jangmi pun hanya mengatakan ia tak mau membahasnya lagi.