Notes

ㅡㅡ

Sepertinya bumi sedang merasakan hal yang pemuda itu rasakan. Rintik hujan yang membasahi permukaan aspal dingin semakin naik intensitasnya. Tak butuh waktu lama untuk ketiga sahabatnya kembali dijemput sang keluarga untuk dikebumikan. Siang itu rumah duka dipenuhi isak tangis tiga keluarga yang menjadi korban kecelakaan tunggal yang menewaskan Aldier, Aiken dan juga Agnes. Bukan hanya keluarga mereka saja yang datang, teman-teman satu kampus mereka pun ikut memberikan penghormatan terakhir bagi para mendiang tiga bersahabat itu.

Goo Baram juga berada disana, menjadi salah satu kerabat yang hadir. Tidak peduli dengan lebam yang ia miliki di sekujur tubuhnya, seluruh rasa sakit yang ia rasakan hanya bermuara pada satu titik yaitu uluh hatinya. Meletakkan tiga tangkai bunga lili; lambang kembalinya jiwa yang suci kepada Sang Pencipta, di depan figura foto sahabatnya yang tersenyum membuat pemuda tersebut semakin terhisap ke dalam lubang hitam penyesalan.

Bak sumur telah mengering, kedua matanya tak lagi menitihkan tangis untuk menggambarkan kesedihan. Hal itu semakin membuat Baram semakin membenci dirinya yang selamat seorang diri dari kejadian naas tersebut. "Maafkan aku. M-maafkan aku.. bawa aku juga bersama kalian," ucapnya lirih saat keningnya mencium lantai; membungkuk penuh penghormatan untuk mendoakan kepergian sang terkasih.

Meninggalkan ruang duka, pemuda pemangku marga Goo tersebut terus menggantung kepalanya yang tertunduk lesu. Sebuah sup hangat lengkap dengan sebotol soju disajikan sebagai ucapan terimakasih oleh pihak keluarga dan pengelola rumah duka. Melihat botol berwarna hijau tersebut membuat asam lambung Baram bereaksi, tenggorokannya terasa terbakar hingga ia ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Pria itu sudah benar-benar mengutuk minuman beralkohol tersebut dari hidupnya.

Netra sang pemuda yang mengundur keberangkatan wajib militer itu tertuju pada sosok lain yang terus menatap lekat dirinya. Pandangan yang sangat dingin tanpa ada jiwa di dalamnya membuat bulu roma milik Baram berdiri. Senyum miring dari sosok jangkung tersebut mengingatkan Baram pada bayangan yang tak sengaja ia lihat sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya beberapa jam silam. Seolah kehadirannya telah tercium, sosok pria serba hitam tersebut menghilang dari ramainya sudut tempatnya berdiri. Baram terburu-buru berdiri dan mengejar pria misterius itu, keluar meninggalkan sup yang sama sekali tidak ia sentuh.

ㅡㅡ