Notes

“Oke, sebentar lagi saya ke sana,” jawab Edgar melalui earpice pada Agen Sin. Namun pria kelahiran 1995 itu tidak langsung berdiri, sejenak ia memeriksa lagi rekaman cctv yang sedang ia tonton, takut-takut ada informasi baru.

“Saya mau ikut interogasi, tolong kalau ada sesuatu yang ditemukan lagi. Kasih tau saya, ya.” Edgar berkata ke petugas yang sedaritadi disampingnya. Setelah itu, tak perlu berlama-lama lagi ia mulai menyusul Mary, membantu interogasi beberapa saksi dan orang-orang yang dicurigai sebagai pelaku.

“Halo, Miss Liana Elmann?” Edgar tersenyum ketika berada di depan sosok wanita bernama Liana Elmann itu. Kemudian ia menarik kursi untuk duduk di depan Liana.

“Saya Felix,” ujar Edgar memperkenalkan diri dengan code name-nya. “Santai saja, miss,” tambah sang adam sedikit tertawa, ia masih belum tahu wanita dihadapannya ini hanya sekedar saksi atau pelaku.

Tidak lupa Edgar menyalakan recorder agar semua pembicaraan mereka terekam.

“Miss Liana mempunyai kewajiban menjawab semua pertanyaan saya dan untuk infomasi yang kami dapatkan pasti terjamin rahasia.” Edgar memulai interogasi, jari-jarinya sudah berada diatas keyboard laptop, siap mencatat informasi yang ia dapatkan.

“Miss Liana ada keperluan apa ke lorong kamar korban?” Ia memulai dengan pertanyaan awal.

“Saya hanya ingin kembali ke kamar untuk beristirahat, kamar saya juga ada di lorong situ.”

Edgar mengangguk-angguk. “Lalu apa Anda sendiri mengenal kedua korban ini? Sir Richard dan Miss Donna—“

“Tidak, saya tidak mengenal mereka,” jawab Liana terlihat terburu-buru dan sedikit gugup. Edgar menatap Liana, namun sebisa mungkin terlihat santai. Ia mulai mencium bau-bau aneh, padahal Edgar pun tadi belum menyelesaikan kalimatnya.

“Saya hanya ingin kembali ke kamar dan beristirahat. Saya tidak tahu apa-apa, tidak tahu siapa yang berada di kamar sebelah dan apa yang mereka lakukan.”

Edgar hanya mengangguk-angguk, berusaha terlihat tidak ada yang aneh dengan penjelasan Liana.

“Apa Miss tidak merasakan atau mendengar hal aneh ketika pembunuhan ini terjadi?”

“Tidak, saya sama sekali tidak mendengar apapun. Saya sedang beristirahat.”

Edgar semakin menaruh curiga pada wanita bernama Liana Elmann ini. Pasalnya, korban dibunuh dengan cara ditembak dan rasanya aneh jika sama sekali tidak terdengar suara tembakan.

“Oh begitu. Saya merasa iba dengan mereka, padahal mereka suami istri yang ingin berlibur,” gumam Edgar sembari mengetik sesuatu di laptopnya.

“Mereka bukan suami istri,” ucap Liana cepat. Setelah mengatakan kalimat tersebut terlihat sekali perubahan raut wajah wanita itu menjadi pucat.

“Oh, maaf saya salah…..” Edgar tersenyum dalam hati, rasanya ia mulai menemukan titik cerah.

“Sin, ke sini sebentar,” ujar sang adam kembali melalui earpice, ia harus menunjukan percakapan mereka yang telah ia catat pula di laptopnya.