Notes

Maryna Senja.
Yang memiliki arti pemandangan lautan pada waktu keadaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam, ketika piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala.

Besar di panti asuhan bersama saudara kembarnya, Biru Adhyaksa. Panti asuhan menjadi rumah mereka sejak mereka masih bayi. Ini dikarenakan mereka ditinggal sang ibunda yang malu memiliki mereka. Ya. Senja dan Biru terlahir dari Rahim sang ibu karena sebuah ‘kecelakaan.’

Nama mereka diberikan berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh ibu mereka.

Senja kecil memiliki sosok ceria yang menyukai mainan dan coklat, berbanding terbalik dengan Biru yang pendiam.

Maka tidak heran ketika sepasang suami-istri berdarah Jepang yang pindah kewarganegaraan dan tinggal di Indonesia tertarik mengangkat Senja sebagai anak mereka yang kebetulan sedang berderma di panti asuhan tempat Senja dan Biru bernaung. Suami-istri itu tidak memiliki anak hingga usia mereka pada saat itu mencapai kepala 4.

Senja yang pada saat itu sedang bermain dengan saudara kembarnya, Biru. Merasa heran ketika dipanggil oleh kepala panti asuhan. Dan setelah dibujuk bahwa ia bisa mengunjungi Biru, begitu juga Biru yang bisa bermain di tempat Senja kelak dan diiming-iming dengan mainan dan coklat yang banyak, Senja setuju.

Ia mengikuti sepasang suami istri itu pulang. Sebuah rumah besar yang asing dan dingin.

Apa yang dijanjikan bahwa ia bisa bertemu Biru kapanpun hanyalah sebuah kebohongan, Mereka terakhir bertemu ketika setelah Senja mengunjungi Biru di hari libur, setelah itu ia dibawa menuju Tokyo-Jepang, tempat kelahiran kedua orangtua angkatnya. Karena alasan pekerjaan keduanya.

Di Jepang ia bersekolah dan tumbuh dewasa.