Notes

Hʏᴜɴɢ﹐ ᴀᴘᴀ ᴇᴏᴍᴍᴀ ᴅᴀᴛᴀɴɢ ᴍᴇɴᴊᴇɴɢᴜᴋ﹖
Mata yang sempat terpejam beberapa jam akibat ulahnya sendiri itu terbuka perlahan. Menampakkkan sepasang netra yang selalu memandang setiap orang penuh binar, namun untuk kali ini hanya pandangan sayu saja.
Padangannya teralih pada selang infus di punggung tangan dan tubuh terasa nyeri, juga lemas luar biasa.
Oh, dirinya terkena infeksi lagi pasti karena memaksakan diri untuk keluar pada malam hari hanya untuk melihat banyak kembang api. Hari ini tepat tanggal 1 Januari yang mana malam tadi semua orang merayakan tahun baru dengan meriah.
Berikutnya mata berpendar, berharap ada satu sosok paling dirindukannya berada tak jauh dari tempatnya berbaring.
Nihil. Di ruangan sunyi dengan bau khas itu tak ada siapapun yang menemani dirinya. Setetes air mata mengalir tanpa bisa dicegah. Rasa sesak akibat rindu mendalam seakan tak mampu lagi dirinya bendung hingga tercipta bulir air mata.
‘’Eomma ...’’ Ia berucap lirih sampai suara itu tak terdengar, ‘’Appa ...’’ Dan makin menyesakkan saat tak ada siapapun yang menyahuti panggilannya.
Baekho mengulas senyum manis, ‘tidak apa-apa. Eomma dan appa tidak datang lagi, tidak apa-apa, Byun Baekho. Mereka sibuk mencari uang untuk biaya rumah sakit yang tidak murah.’
Dirinya coba menguatkan diri dengan menyugestikan diri sendiri atas ketidakhadiran ibu atau ayahnya dikarenakan kesibukan.
Derit pintu yang digeser mengalihkan pandangan Baekho yang buram akibat air mata.
“Hyung?’’ Panggil Baekho kala menyadari dokter Jung yang sudah dianggapnya kakak yang masuk ke dalam ruangan khusus miliknya seraya mengusap kedua matanya dengan tangan yang bebas infus itu.
‘’Kau baik-baik saja? Kau nyaris kolaps, tau?’’ Ada nada gurau dan khawatir tercampur di sana dan Baekho mengangguk pelan. Wajahnya masih pucat, energinya belum kembali seutuhnya.
Sosok pria berseragam khas dokter itu menduduki kursi yang sudah disediakan dekat ranjang tempat Baekho terbaring kini, ‘’Syukurlah, jantungku nyaris copot saat tau para staff membopongmu yang tak sadarkan diri ke UGD. Kau memang benar-benar susah diberitahu!’’
Mendengar celotehan sang dokter, mau tak mau membuat Baekho terkekeh pelan akan tetapi segera ia hentikan dan berganti senyuman tipis, tak lupa binar penuh harap terpancar jelas di sepasang manik itu.
‘’Hyung, apa eomma atau appa datang?’’ Tanya sang adam berhasil menjadikan pria yang selalu menanganinya terdiam dan menunduk. Selalu seperti ini. Ketika Baekho sadar dari pingsan, pertama kali yang ditanyakan adalah kehadiran sang ibu atau ayahnya. Dan jika kalian, Baekho melakukan itu secara sengaja.
Satu tujuan mengapa Baekho melakukan nya adalah,
Demi mendapat perhatian dari ayah maupun ibu.
Kedua sosok yang hanya akan datang bila keadaan Baekho benar-benar /down/ atau kolaps.
Berani mengambil resiko besar yang bisa menjadikan hari itu hari terakhirnya.
Memilih menyakiti drinya sendiri ketika rindu pada ayah atau ibunya, karena ... hanya itu cara paling ampuh untuk membawa kedua orang tuanya mendatangi rumah sakit, menghampiri Baekho dengan raut terlampau khawatir dan memeluk anak tunggal mereka sepanjang hari.
‘’Mereka tidak datang, ya, hyung?’’ Suara lemah Baekho menyadarkan Jung Dongwook yang rupanya tengah melamun.
‘’I-iya, Baekho-ah. Kau mau aku kabari ibumu?’’ Dongwook selaku dokter utama dalam menangani Baekho menawarkan diri untuk menghubungi keluarga Byun, namun dikejutkan dengan gelengan dan senyuman lebar namun berhasil menyayat hati sang dokter. Belum lagi jawaban yang diberikan pasiennya.
‘’Mereka sibuk bekerja untuk melunasi semua tunggakan rumah sakit. Pasti eomma dan appa lelah, jadi mungkin besok akan datang. Aku kan kalau sudah kumat akan terbaring berhari-hari.’’
Dongwook menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Selalu seperti ini, Baekho akan menguatkan diri dan menyugestikan diri sendiri kalau orang tuanya sibuk demi membiayai tunggakan rumah sakit.
Padahal, keluarga Baekho adalah keluarga berada. Sangat berada, malah. Siapa yang tidak mengenal Byun Jae Shik? Pengusaha kaya raya dan memiliki perusahaan besar di pusat kota Seoul dan beberapa perusahaan diberbagai bidang yang tersebar di Korea Selatan, sedangkan ibunya, Lee Chaeyeon, designer ternama dan memiliki butik besar di daerah Gangnam. Jelas sekali bahwa biaya perawatan Byun Baekho di rumah sakit bukan perkara sulit.
Tapi, menjenguk anaknya saja seperti sangat sulit. Sesulit bertemu dengan Presiden.
‘’Baekho, kau harus tidur. Kesehatanmu lebih penting.’’ Ucap sang dokter telah berdiri dari duduknya dan membenahi selimut tebal yang menutupi separuh tubuh yang lebih muda.
‘’Aku merindukan mereka.’’ Lirih pemuda Byun yang bisa ditangkap oleh Dongwook.
‘’Cepat sembuh dan aku akan membawamu pulang.’’ Ujar dokter Jung lantas tersenyum sendu ketika matanya menangkap wajah pucat itu sudah menampakkan rona dan anggukan semangat.
Sebegitu inginnya bertemu orang tuamu, Baekho-ah?
‘’Iya, terimakasih, uisa-nim.’’ Balas Baekho mengukir senyum manis da bersiap kembali menutup matanya sesaat rasa kantuk hadir lagi. Membawanya ke alam mimpi dan berharap wajah ayah dan ibunya muncul, meski sekilas.
Baekho sungguh rindu ayah dan ibu.