NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Pada suatu musim panas yang sangat mencekat tubuh, seorang gadis berusia hampir 17 tahun tengah bersiap - siap untuk pergi menuju sekolahnya. Ia pun bergegas untuk pergi ke halte bus yang jaraknya tak jauh dari rumah. ‎Gadis yang diketahui bernama Lusiana Azkia Arum atau yang biasa dipanggil Lusi adalah sosok perempuan yang ramah dan murah senyum, tak heran banyak orang-orang di sekitar menyukai sifatnya itu.
Setibanya di halte bus, ia duduk di kursi yang telah disediakan, tak lama kemudian bus yang ditunggunya telah datang. Lusi segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam bus, kaki jenjangnya pun mengantarkan dirinya duduk di bagian tengah bus dan berada di dekat jendela. Bus pun berjalan dengan kecepatan standar dan berhenti di halte selanjutnya. Tepat di halte tersebut terputar sebuah lagu dari artis cantik Hollywood bernama Taylor Swift yang berjudul Safe and Sound. Merasakan bus yang mendadak berhenti, Lusi pun menoleh kearah pintu bus dan memperhatikan sekumpulan orang masuk ke dalamnya.
Just close your eyes, the sun is going down. You'll be alright, no one can hurt you now.
Tepat pada bait lagu tersebut, seorang pria asing duduk di sampingnya tanpa ada omongan sedikitpun. Sontak hal itu membuat sang gadis terkejut, hal itu menambah rasa terkejutnya kala pria asing tersebut tertidur di bahunya.
"What the... Dia siapa?! Kok tiba-tiba tidur di bahu gue?!" Detak jantungnya bertambah cepat kala ia merasa ketakutan, takut jika nantinya ia akan dijadikan korban pelecahan seksual oleh orang aneh yang berada di sampingnya. Iapun menggeleng-gelengkan kepalanya keras.
"Kira-kira gue bangunin gak ya? Tapi kalo nanti gue bangunin terus dia ngomel-ngomel ke gue gimana? Eh tapi ga masalah dong, kan dia sendiri yang tiba-tiba tidur di bahu gue. Gue berhak dong buat complain ke dia."
Akhirnya gadis itu berusaha untuk membangunkan pria asing tersebut.
"Mas, mas bangun" ucapnya seraya menepuk tubuh pria itu, yang dibangunkan justru tidak bergerak sedikitpun. "Mas bangun mas!" ucapnya lagi, yang dibangunkan hanya menggerakan tangannya untuk menutup mulut gadis itu dan berkata "Bawel, jangan berisik ah!" Setelah mengucapkan beberapa kalimat itu, pria tersebut kembali melanjutkan tidurnya.
Geram dengan perilaku pria di sampingnya ini, Lusipun menghempaskan tangan pria tersebut. "Mas, bangun atau saya teriak mas itu ngelecehin saya?!" suara dari gadis itu naik satu oktaf, lebih kencang dari suara yang sebelumnya.
Pria itu terlonjak kaget ketika ia mendengar samar-samar ucapan dari gadis di sampingnya. Iapun terbangun dari tidurnya dan menatap gadis di sebelahnya. "Weitss, santai aja kali ga usah teriak kayak gitu gue masih bisa denger suara lo. By the way gue bukan mas-mas, lo gak liat gue pake seragam juga kayak lo?" ucap pria tersebut seraya merapihkan seragam sekolahnya yang sedikit berantakan.
"Ya terserah gue dong mau manggil lo apa". Yang ditanya malah menjawabnya secara sinis dan tidak memperdulikan pria asing itu.
Bus pun berhenti tepat di depan sekolah sang gadis, gadis itu segera membayar biaya bus dan melangkahkan kakinya keluar dari bus. Gadis itu segera masuk ke dalam sekolahnya dan berlari menuju ruang kelasnya, XI MIA 2. Beruntungnya ia masuk tepat sebelum gurunya datang.

Beberapa hari kemudian, tepat pada hari Minggu siang yang cerah, gadis itu pergi menuju toko buku yang berada disalah satu Mall di Jakarta. Lagi-lagi ia selalu menaiki angkutan umum yaitu, bus. Tidak, tidak setiap hari ia menaiki bus, ia juga menaiki taxi ketika situasi sedang darurat. Dan lagi, ia selalu duduk dibagian tengah bus dan mendekatkan dirinya dengan jendela. Tak sedikit pun dari teman-temannya menanyai kebiasaan gadis remaja ini, dan iapun selalu menjawab "gak ada alasan khusus kok, cuma enak aja duduk di deket jendela sambil ngeliatin pemandangan di luar hehe".
Setibanya di Mall, ia segera melangkahkan kaki jenjangnya menuju toko buku. Ia menyusuri rak buku yang menyediakan berbagai macam buku, seperti komik, buku pelajaran, dan berbagai macam novel. Langkahnya terhenti di rak yang berisikan berbagai macam buku novel. Jari jemarinya mulai menyentuh bagian depan dari berbagai novel. Hingga ia menemukan satu buah novel yang berjudul Kata Hati dari Bernard Batubara. Gadis itupun mengembalikan posisi novel tersebut untuk melihat sinopsis yang ada.
‎ Ini tentang kisah kehilangan,
‎ ketika kau mendapati separuh hatimu kosong dan merapuh.
‎ Atas nama ketidakpercayaan,
kita telah saling mengucapkan selamat tinggal.
Ketika tak ada lagi yang bisa kau percaya, ikuti kata hati.
Begitu seharusnya, bukan?
Dan, hati ini membawaku kembali kepadamu.
Tapi, kau tak lagi berada di tempat kita dahulu.
Apakah kau telah menemukan separuh hati lain - selain hatiku?
Gadis itu tertarik dengan jalan cerita dari novel yang dipegangnya ini, akhirnya ia memutuskan untuk membeli dan segera membayarnya di kasir. Namun, sebelum tiba di kasir, ia bertabrakan dengan seseorang. "Duh kalo jalan liat-liat dong" ucap Lusi pelan, tetapi ia rasa orang yang menabraknya itu dapat mendengar rintihannya.
Orang yang menabraknyapun berdiri dan mengambil novel yang tergeletak di lantai. Detik kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. "Sorry, gue tadi lagi buru-buru dan gak liat kalo ada orang. Sorry ya" sesalnya.
Pandangan Lusi terpaku kepada wajah orang itu, perlahan pikirannya mulai mengingat kejadian yang telah lalu. Sedetik kemudian iapun teringat kejadian aneh yang terjadi di dalam bus saat dirinya ingin berangkat sekolah.
"Loh? Lo mas-mas aneh yang ada di bus waktu itu kan?! Yang tiba-tiba tidur di bahu gue tanpa omongan. Iya kan?!" suara gadis itu mulai melengking.
"Eh enak aja, gue bukan orang aneh dan satu hal lagi gue bukan mas-mas."
"Terserah gue dong mau manggil lo apa" ucap Lusi seraya memutar kedua bola matanya jengah. "Udah ah males banget ketemu mas - mas kayak lo lagi, mending gua pergi dari sini." lanjutnya. Kemudian Lusi segera berjalan menuju kasir dan membayar novel yang ingin di belinya tadi. Setelah membayar novel tersebut, ia pun memutuskan untuk pulang kerumah.

Hari-hari telah berlalu semenjak kejadian tertabraknya gadis itu dengan pria aneh yang pernah tertidur di bahunya. Ia masih tak menyangka tentang kejadian aneh yang telah menimpanya beberapa hari yang lalu. Setelah mengalami kejadian itu, Lusipun menceritakan keluh kesahnya dengan teman sebangku sekaligus sahabatnya sejak masa kanak-kanak, yaitu Maura. Lusi selalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Maura, begitu pula sebaliknya. Maura juga selalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Lusi.
Tepat pada hari ini, kedua gadis remaja itu memutuskan untuk mengerjakan semua tugasnya di Perpustakaan Umum. Maura yang sudah datang sejak tadi di rumah Lusi hanya menunggu gadis itu bersiap diri, sesekali ia mengomelinya karena lama bersiap-siap. Tak sabar menunggu temannya itu akhirnya Maurapun memutuskan untuk menghampiri Lusi.
"Woi lu pake liptint sama bedak doang tapi ngabisin waktu hampir 1 jam, lu ngapain aja Lus?!" ucapnya seraya menyender di sisi pintu.
"Hehe sorry tadi ketiduran di bath-up" ujar gadis itu kemudian memamerkan deretan giginya yang rapih.
”Astaga, jadi lo ketiduran di bath-up?
Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya kearah atas dan bawah, tak lupa juga dengan cengiran khas andalannya. Setelah selesai dengan urusannya, Lusi dan Maura pergi menuju Perpustakaan yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Sesampainya di Perpustakaan, kedua gadis itu mencari meja kosong dan yang terletak di dekat jendela.
Detik berganti menit dan menit berganti dengan jam. Sudah hampir 3 jam sejak kedatangan mereka berdua di Perpustakaan ini, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB, yang artinya Perpustakaan itu akan tutup karena jam operasionalnya sudah habis. Untungnya kedua gadis itu sudah keluar dari Perpustakaan sejak pukul 16:45 WIB, jadi mereka tidak akan terkunci didalam sana dengan pencahayaan yang minim, seperti difilm horor yang sering ditonton oleh Maura.
Lusipun ikut pulang ke rumah Maura, ia berencana untuk menginap disana. Orang tua Lusi sudah mengenal sangat baik dengan orang tua Maura, tak heran jika Maura sering menginap di rumahnya. Mereka juga sudah mengganggap Maura seperti anaknya sendiri, dan begitu pun sebaliknya.
"Mau, gue pinjem baju tidur lo ya." ucap Lusi, lalu ia membuka lemari pakaian milik Maura dan mengambil pakaian tidur serta memakaikan ke tubuhnya yang terbilang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk.
Jampun mulai berputar hingga menunjukkan pukul 21:45 WIB. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu, saat ini ia tidak bisa tidur nyenyak. Terlintas dibenaknya untuk pergi keluar rumah mencari udara segar. Gadis itu pergi sendirian tanpa ditemani oleh Maura. Ia tidak tahu kakinya akan membawanya menuju kemana, tiba-tiba ia sudah berada di taman yang letaknya tak jauh dari rumah Maura.
Gadis itupun pergi menyusuri taman tersebut hingga akhirnya menemukan sebuah bangku taman yang kosong dan mendudukinya. Pandangannyapun menengadah, melihat pemandangan malam yang sangat indah. Ia sangat menyukai cahaya bulan dan bintang, baginya mereka adalah ciptaan Tuhan yang paling indah yang berada di langit. Mereka mampu menerangi bumi walaupun cahayanya tak seterang dengan matahari.
Tiba-tiba datanglah seorang pria sebaya dengan dirinya. Pria itu berdehem agar Lusi dapat mengetahui keberadaannya. Tapi sayang, Lusi tidak menoleh ke arahnya dan malah berkutat dengan pikirannya.
‎"Hai!" ucap pria itu.
Gadis itu terkejut mendengar suara dari orang lain, iapun mencari sumber suara itu dan mendapatkan seorang pria tengah berada dihadapannya.
‎"Loh si mas aneh itu kan?" tanya Lusi menatap pria itu.
Lawan bicaranya hanya menatap jengah dan kemudian menyentil dahi Lusi. "Udah gue bilang kalo gue itu bukan mas-mas, dasar cewek lolot." ucap pria itu dengan penekanan pada kalimat terakhirnya. Gadis itu tidak menerima ejekan dari pria tersebut. "Eh apa lo bilang?! Dasar mas-mas aneh!" balasnya tak mau kalah.
‎"Berisik lo ah, udah malem nih suara lo kecilin napa kasian yang mau tidur nanti ke berisikan gara-gara suara lo yang cempreng itu." Jelas pria itu lalu duduk di samping Lusi.
‎"Kenalin nama gue Levino Putra Nahendra, sering dipanggil Vino sama orang-orang. Kalo lo, siapa namanya?" Vinopun menoleh kepada gadis yang berada di sampingnya.
"Gue? Nama gue Lusiana Azkia Arum, biasa di panggil Lusi."
‎"Lo ngapain malem-malem masih disini? Gak baik cewek malem-malem sendirian, apalagi ini tempat umum. Takut nanti ada yang ngecelakain lo."
"Gue cuma lagi cari udara segar doang kok Vin, sekalian ngeliat bulan sama bintang." jawab Lusi seraya kembali mengangkat kepalanya kearah langit. "Kalo lo sendiri ngapain disini?" tanyanya.
‎"Sama kayak lo, Lus."
Lusipun hanya ber-oh ria ketika mendengar jawaban dari pria disampingnya, Vino.
"Vin, gue pulang duluan ya. Takut dicariin sama yang di rumah soalnya." pamit Lusi seraya berdiri dari kursi yang di dudukinya.
Oke, Lus. jawab Vino. Baru beberapa langkah Vinopun memanggil gadis itu, yang dipanggilpun membalikkan badannya menghadap orang yang memanggilnya tadi.
"Kenapa Vin?"
‎"Lo gak mau nemenin gue disini sebentar gitu?"
‎"Gak bisa Vin, gue harus pulang. Nanti gue dicariin sama yang di rumah." jelas Lusi.
‎"Yah yaudah deh, tapi boleh gak gue minta kontak line lo?" tanya Vino dengan nada hati-hati, takut jika perkataannya tidak disukai oleh Lusi.
"Boleh kok. Sini Hp lo" ucap Lusi meminta ponsel milik Vino.
Dengan sigap, Vino segera mengeluakan ponsel dan memberikannya kepada Lusi. Lusipun menerima ponsel yang diberikan oleh Vino dan mentautkan id line nya dengan sang pemilik ponsel. Kemudian gadis itu mengembalikkan ponsel milik pria yang ada di depannya.
"Udah gue add id line gue, gue balik duluan ya gak enak takut dicariin sama orang rumah" pamitnya.
"Oke, thanks ya Lus. Hati-hati di jalan!"
‎Sepeninggal dari gadis itu, Vino menatap langit melihat apakah bulan dan bintang sedang bersama disatu tempat atau tidak. Dan ternyata bulan hanya berdiri sendirian disana tanpa ditemani oleh bintang. Vinopun berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan taman dan menuju rumahnya yang berada di sebrang taman.
Sesampainya di rumah, tepatnya di dalam kamar milik Maura, Lusi mengambil ponselnya dan mengecek notifikasi yang ada. Rupanya terdapat 1 buah pesan dari pria yang baru dikenalnya tadi, Vino.




‎Setelah membalas pesan singkat dari Vino, Lusipun meletakkan ponselnya di atas nakas dan mulai memejamkan matanya untuk tertidur.

Hari demi hari telah dilalui semenjak pertemuan terakhirnya dengan pria yang dianggapnya aneh. Pertemuan itu adalah pertemuan mereka ketiga kalinya tanpa disengajai. Kata orang, jika kita bertemu dengan orang yang sama sebanyak tiga kali tanpa disengaja, maka itu merupakan takdir dari Tuhan. Entahlah, gadis itu tidak mengerti dengan pertemuan yang tidak disengaja itu, ia hanya menganggapnya sebagai kejadian yang wajar dan tidak terlalu memusingkannya.
Tepat pada hari ini, Minggu 10 September 2017, gadis itu akan bertemu dengan sosok pria yang sebelumnya telah dicap aneh. Ia tidak tahu apa alasan sang pria mengajaknya untuk bertemu disebuah Cafe di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Setibanya gadis itu di Cafe, ia langsung menempati meja dekat dengan jendela. Tak lama kedatangannya, pramusajipun datang menghampiri.
“Permisi mbak, mau pesan apa?” Tanya sang pramusaji dengan nada sopan dan diakhiri dengan senyuman.
‎"Maaf mbak, saya pesannya nanti aja ya. Saya lagi nungguin orang soalnya." ucap gadis itu dengan sopan.
‎"Oh iya mbak, gak papa kok." Setelah mengucapkan beberapa kalimat, sang pramusaji pergi meninggalkan sang gadis.
‎Sepeninggalnya pramusaji, datanglah seorang pria tinggi dengan topi yang berada di kepalanya, tubuhnya yang sedikit besar dibaluti dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah. Pria tersebut menghampiri meja sang gadis dan mendudukinya.
‎"Hai, udah lama? Maaf ya udah buat lo nunggu, tadi macet soalnya." sesal pria itu seraya melepaskan topi.
"Engga kok Vin, baru juga nyampe."
‎"Eh iya lo mau mesen apa?" tanyanya, dan kemudian "Mbak!" ucapnya seraya mengangkat tangan kanan agar sang pramusaji datang menghampiri mereka. "Iya mas, ada yang bisa dibantu?" tanya sang pramusaji.
‎"Hm, saya mau pesen nasi goreng sama jus mangganya 1" kemudian pria itu menoleh ke gadis yang berada di depannya. "Lo mau mesen apa?"
"Samain aja kayak lo, Vin"
‎"Oh oke. Nasi goreng sama jus mangganya 2 ya mbak, nasi gorengnya 1 gak pedes sama sekali ya." ucap pria tersebut, pramusajipun mencatat pesanannya lalu pergi meninggalkan kedua orang itu.
‎"Lah lo gak suka pedes, Vin?" tanya Lusi.
"Kagak hahaha" jawab Vino diakhiri tertawa khasnya.
‎”Padahal pedes itu enak loh, lo makan tapi gak ada rasa pedesnya gak enak Vin”
‎"Enggak ah, pedes gak enak. Gue kalo makan pedes langsung kayak orang apaan tau hahaha."
‎"Astaga, gue baru pertama kali nemuin cowok gak suka makan-makanan yang pedes ckck" ucap sang gadis seraya menggelengkan kepalanya heran.
Tak lama kemudian, pesanan mereka telah datang, mereka pun memakannya seraya berbincang-bincang mengenai banyak hal. Setelah selesai membayar makanannya, merekapun pulang bersama. Sesampainya di rumah Lusi, gadis tersebut langsung turun dari motor Vino dan mengembalikan helm yang telah dipinjamnya tadi.
‎"Thanks ya Vin udah nganterin gue pulang sampe rumah. Padahal tadi gue bisa naik bus aja loh kayak biasanya hahaha" ucap Lusi.
‎"Apa sih Lus, santai aja kali. Awas nanti ada yang tiba-tiba tidur di bahu lo hahaha" canda Vino.
Gadis itu memukul bahu pria yang ada di depannya pelan."Itu sih lo Vin hahaha" Lusi pun ikut tertawa mendengar ucapan dari Vino.
"Hahaha yaudah gue balik dulu ya." ucap pria muda itu.
Sebelum ia pergi, ia sempat mengusap kepala gadis itu seraya tersenyum kepadanya. Sontak hal itu membuat sang gadis sedikit terkejut dan membalas senyuman dari pria yang ada di hadapannya itu. Setelah motor laki-laki itu pergi, sang gadis masuk ke dalam rumah dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Hari demi hari telah berlalu, hubungan Lusi dengan Vino semakin akrab. Mereka berdua sering menghabiskan waktu, bahkan mamanya Lusi, Alina tau tentang ke dekatan hubungan mereka. Tak jarang jika mereka sedang bertemu, kedua pipi gadis itu bersemu merah karena menahan malu dan juga degup jantungnya tidak berdetak seperti biasanya. Hal yang sama juga terjadi dengan sang pria, Vino. Tetapi, pipi Vino tidak gampang bersemu merah seperti Lusi, hanya saja degup jantungnya sering berpacu lebih cepat jika sedang bersama dengan Lusi.
Gadis itu tahu kalau ia menyukai Vino dan sudah sangat lama menyukainya. Tetapi, gadis itu memilih untuk berdiam diri dan membiarkannya saja agar pria tersebut menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Sedangkan Vino? Pria itu hanya memendam perasaannya saja, sama seperti Lusi. Berharap jika sang gadis dapat mengetahui bagaimana perasaannya. Menurutnya, gadis itu tidak akan pernah mengetahui bagaimana perasaannya, kecuali jika ia mengutarakan perasaannya kepada sang gadis.
Tetapi jika ia ingin mengutarakan perasaannya dengan sang gadis, ia masih tidak bisa melupakan bayang-bayang dari masa lalunya tentang percintaan sewaktu ia belum menginjakan kaki di Sekolah Menengah Atas, tepatnya saat di Sekolah Menengah Pertama.
Ia mempunyai kejadian yang cukup buruk dengan mantan kekasihnya itu, padahal kejadian itu sudah berlangsung cukup lama. Mereka sudah berpacaran hampir sekitar 2 tahun. Tapi pada akhirnya, sang mantan kekasih mengkhianatinya dan menyebabkan kandasnya hubungan mereka. Mantan kekasihnya itu bukan hanya satu atau dua kali menyelingkuhinya, melainkan sudah berkali-kali. Namun, Vino tidak tahu dengan hal itu dan lebih memilih untuk mempercayai sang mantan kekasih. Hingga pada akhirnya Vinopun mengetahui hal itu.
Marah? Iya jelas. Ia sudah sangat percaya dengan sang mantan kekasihnya itu, tapi pada akhirnya ia malah dikecewakan olehnya. Namun, ia tidak bisa marah kepada sang mantan kekasihnya dikarenakan rasa sayangnya yang sangat besar. Kecewa? Pasti, rasa kecewanya sangat besar sampai akhirnya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Hati pria itu begitu patah, hatinya sudah hancur menjadi kepingan-kepingan kecil dan rasa percayanya terhadap orang menjadi memudar.
Sejak hubungannya berakhir, pria itu menjadi pribadi yang berubah. Ia lebih banyak diam dan juga sering menyendiri kala teman-temannya sedang asik bercanda ataupun tengah berbincang.
Sampai saat ini ia masih suka memikirkan sang mantan, namun tidak sesering dulu. Mungkin ia trauma dengan masalah percintaan? Entahlah, tidak ada yang tahu dengan isi hati kecilnya, hanya pria itu dan Tuhan-lah yang tahu. Itu adalah sedikit cerita dari bagian masa lalunya, sekarang pria itu mulai kembali menjadi kepribadiannya yang dulu dan juga sedikit demi sedikit ia mulai percaya kepada orang lain.

Tepat pada hari ini, Lusi diajak pergi oleh Vino. Ia akan dijemput oleh Vino pukul 4 sore nanti dan sekarang sudah pukul 4 sore. Bersamaan dengan berputarnya jarum jam, terdengar bunyi mesin motor yang dimatikan.
'Ting Tong' belpun berbunyi, dibukanya pintu oleh ibu dari sang gadis, Alina. Ia mendapati sosok pria berpostur tinggi dan menyapanya. "Eh ada nak Vino, mau jalan ya sama Lusi?"
"Halo tante" pria itu menjeda ucapannya dan menyalami tangan perempuan yang berada di depannya. "Hehe iya tante, mau ngajak Lusi jalan. Boleh tan?" tanya lelaki muda itu.
"Boleh dong, masa gak boleh sih Vin hahaha ya udah masuk yuk?" Alinapun mengajak Vino untuk masuk ke dalam rumahnya, "Vino duduk disini dulu ya, nanti tante panggilin Lusi nya" ucapnya tersenyum, lalu pergi meninggalkan Vino.
Sesampainya di kamar anak perempuannya, ia langsung masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Dek, ada Vino tuh di bawah. Kamu buruan gih dandannya, jangan lama-lama kasian Vino nungguinnya." setelah mengucapkan hal itu, Alinapun turun dan pergi menuju dapur untuk melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.
Sebelum keluar dari kamarnya, gadis itu kembali merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Setelah selesai merapihkan, iapun turun ke lantai satu untuk menemui seseorang yang sedang menunggunya.
"Hai Vin!" sapanya kala ia tengah menuruni satu persatu anak tangga, "Lama ya?" lanjutnya kala ia sudah menapakkan kakinya di lantai satu.
“Enggak kok Lus, baru aja dateng" kemudian tersenyum. "Udah Lus? Kalo udah langsung jalan aja yuk Tanya Vino lalu gadis itu mengangguk dan berpamitan kepada ibunya Mamaa, Vino sama Lusi keluar dulu ya. Bye mom
"Iya nak, hati-hati ya! Vino tante titip Lusi ya." Ucap Alina dari dalam dapur.
Kemudian merekapun sampai di tempat yang dituju, ternyata Vino mengajak Lusi ke taman. Lalu merekapun masuk ke dalam kawasan taman tersebut. Sambil berjalan mereka berbincang tentang banyak hal, tanpa sadar lelaki yang ada di sampingnya memegang telapak tangan sang gadis, mereka terus bergenggaman hingga menemukan tempat duduk.
"Lus" suara khas Vino yang berat mengintrupsinya.
"Kenapa Vin?"
"Gue mau ngomong sama lo, tapi takut nantinya lo bakalan kecewa sama omongan gue, Lus" laki-laki itu menundukkan kepalanya sembari memikirkan kalimat yang pas untuk dilonntarkan.
"Gak papa kok, santai aja kali Vin. Emangnya lo mau ngomong apa ke gue?" jantung gadis itu mulai berdegup kencang, ia tidak bisa mengontrol detak jantungnya yang seakan-akan ingin melompat keluar.
"Lus, sebenernya gue suka sama lo. Tapi.. " jedannya.
"Tapi apa? Lo jangan buat gue penasaran deh Vin" wajah dari gadis itu mulai sedikit memucat menunggu kelanjutan ucapan dari Vino.
"Tapi gue ga bisa nembak lo Lus, hati gue masih belum siap buat berpacaran dulu. Jujur gue masih kebayang sama masa lalu gue, gue masih suka mikirin mantan yang jelas-jelas udah khianatin gue gitu aja. Gue tuh kayak... Kayak trauma gitu buat berpacaran Lus. Lo ngerti ga maksud gue?" tanya Vino seraya menatap manik mata dari gadis yang berada di hadapannya.
Jleb, hati gadis itu seperti tertusuk oleh tombak yang entah berasal dari mana, lalu ia kembali menatap mata pria yang ada di hadapannya. "Jadi lo suka sama gue tapi lo ga bisa pacaran sama gue karena lo masih trauma sama masa lalu lo, gitu kan?" Lelaki di depannya hanya mengangguk. "Boleh gue jujur? Sebenernya gue juga suka sama lo Vin, entah sejak kapan. Perasaan itu tiba-tiba muncul, kadang gue suka senyum-senyum sendiri kalo abis jalan sama lo atau kalo gue dapet pesan dari lo. Kadang gue juga suka kangen sama lo, gue jua suka khawatir kalo lo tiba-tiba gak ada kabar." jelas sang gadis yang tengah berusaha untuk menahan air matanya yang mendesak ingin keluar.
"Lus, sorry gue gak bisa nembak lo. Sorry gue gak bisa jadi pacar lo. Sorry gue gak bisa jadi segalanya buat lo. Sorry Lus" sesalnya, lalu ia menundukkan kepalanya. Melihat ekspresi dari pria yang ada di depannya membuat Lusi merasa kasihan, lalu mengangkat dagu pria yang ada di hadapannnya dan tersenyum. "Gak usah minta maaf, Vino gak salah kok sama Lusi. Lusi gak papa kok Vin, serius deh."
Usai mengungkapkan isi dari hati masing-masing, pria itu mengantarkan sang gadis untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah sang gadis, iapun turun dari motor dan memberikan helm yang dipinjamnya.
"Makasih ya Vin, makasih juga udah jujur tentang perasaan lo sama gue" gadis itu pun tersenyum kemudian berbalik untuk memasuki rumahnya. Baru beberapa langkah, langkah kakinya terhenti karena panggilan dari seseorang. Ia pun membalikkan badannya dan menatap pria tersebut. "Kenapa Vin?" tanya Lusi.
Lus, jangan merasa segen ya sama gue, kita tetep jadi temen kan? gadis itu mengangguk lalu tersenyum sangat manis. Sampein salam gue buat tante Alina ya" pria itu tersenyum lalu meninggalkan halaman rumah dari sang gadis.
Setelah pria itu pergi dari halaman rumahnya, gadis tersebut masuk ke dalam rumah, menuju kamar tidurnya yang berada di lantai dua. Sesampainya di kamar, gadis itu menumpahkan tangisannya yang telah ditahannya sedari tadi, ia menangis tersendu-sendu kala ingatannya kembali memutarkan ucapan dari pria itu.
“Terus kalo dia gak mau pacaran kenapa harus ngebuat gue baper sama dia? Astaga.. Gue gak habis pikir sama jalan pikirannya hiks.. hiks..“
Kalo dia trauma sama pacaran seenggaknya coba dulu sama gue. Gak selamanya cewek bakalan nyelingkuhin dia.. gadis itu berhenti sejenak, mengambil nafas disela-sela tangisannya itu. Siapa tau kalo dia pacaran sama gue, dia gak bakalan ngerasa dikhianatin lagi.. Vino jahattt!!!! Gue benci sama Vino!!" ia pun memukul kasar bantal yang berada di kasurnya. Merasa sangat kecewa dan dengan mata yang sembab iapun tertidur di lantai kamarnya. Beruntungnya orang tua dari gadis itu sedang tidak berada di rumah.

Hari demi hari telah dilalui Lusi, matanya yang sering membengkak akibat menangis mulai terlihat seperti semula. Banyak dari rekan-rekannya yang menanyai perihal matanya yang sempat membengkak, tetapi ia hanya menjawabnya dengan senyuman. Sejak kejadian di taman waktu itu, Vino banyak mengiriminya pesan, tetapi tak ada satupun pesan dari Vino yang dibalas oleh Lusi. Vino juga menelfonnya, tetapi ia hanya membiarkan, tak menjawab panggilan telfon dari Vino. Saat ini Vino tak pernah mengiriminya pesan atau menelfonnya seperti yang sebelumnya. Itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Vino.
Tak ingin memendam kejadian pahit tersebut, iapun bercerita kepada sahabatnya, Maura. Maura memberikannya solusi dan juga selalu men-support Lusi dalam keadaan yang seperti itu. Lalu Lusi mulai melupakan kejadian yang pernah dialaminya dengan Vino, ia tidak akan pernah melupakan Vino, karena baginya Vino adalah salah satu orang yang sempat sangat berarti. Terimakasih karena sudah mengajariku tentang rasa sayang sekaligus rasa kekecewaan yang begitu berarti, Vin.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.