NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Lelaki itu membelai surai kuda putihnya dengan lembut. Ia menatapnya dan mendekatkan wajahnya, menyandarkan kepalanya pada surai kuda itu. Ia memejamkan matanya dan menikmati suasana pada siang itu. Sinar matahari tertutupi oleh awan dan angin sepoi membelai tubuhnya.

"Yang Mulia." Saat mendengar suara yang sangat familiar memanggilnya, ia menoleh.

"Taeyong hyung." Yang dipanggil mengoreksi, "Bukankah aku memerintahkanmu untuk memanggilku dengan namaku saja? Kita sudah bersama sejak lama, aku pikir kau menganggapku teman." Taeyong menghela nafas dan menghampiri Jaehyun yang sedang membungkuk. Jaehyun lebih tinggi beberapa sentimeter darinya, ia juga lebih gagah, lebih cerdas, lebih kuat dari dirinya. Taeyong memiliki tubuh yang kecil, kepalanya hanya sebahu Jaehyun, membuatnya harus mendongak sedikit ketika menatap mata Jaehyun.

"Ah, maafkan aku, Yang Mulia. Tetapi aku tidak mau lancang. Ini masih di area istana."

"Tak perlu khawatir. Tidak ada yang melihat, Jaehyun." Taeyong menegakkan tubuh Jaehyun, "Hyung."

Jaehyun terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka mulutnya lagi, "Baiklah, Taeyong hyung." Taeyong tersenyum mendengar namanya dilontarkan oleh sang ajudan. Jaehyun menatapnya, namun ekspresinya datar, walaupun dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia mengagumi senyuman itu.

"Ada apa, omong-omong?"

"Oh," Jaehyun merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah amplop, "Yang Mulia Ratu mengirimkan surat lagi."

Jaehyun dapat melihat sorot mata Taeyong yang berubah saat ia mendengar kalimat terakhir, jemarinya meraih surat itu. Ia membalikkan tubuhnya lalu duduk di atas rerumputan. Tak lama kemudian, gemuruh petir mulai terdengar dari atas langit. Awan berubah menjadi abu-abu, walaupun rintik hujan belum turun.

"Cuaca mendung, Yang Mulia, sebaiknya kau masuk. Aku akan membawa Claude." Yang tidak lain adalah kuda putih milik Taeyong. Jaehyun menghampiri Claude dan menarik talinya sementara Taeyong masih terdiam, tangannya menggenggam surat itu.

Jaehyun menghela nafas ketika kembali dan masih mendapati Taeyong yang terdiam, "Taeyong hyung." Ia membungkuk dan Taeyong menoleh, "Aku tahu kau sedang bersedih, tetapi beliau juga pasti akan bersedih jika mengetahui kau jatuh sakit hanya karena hujan." Taeyong akhirnya berdiri dan berjalan mengikuti Jaehyun. Tepat saat mereka memasuki istana, hujan deras turun dan menyapu penjuru kerajaan.

Untuk anakku yang sangat aku kasihi,

Sayang, maafkan aku karena belum bisa membahagiakanmu, belum bisa menemanimu hingga dewasa menyambut, hingga ajalmu menjemput. Maaf dan kata cinta hanya bisa aku utarakan melalui kertas putih dan tinta hitam. Sesungguhnya aku sangat ingin melihat wajahmu, membelai rambutmu, memeluk tubuhmu. Oh, anakku. Aku begitu mencintaimu, lebih dari apapun.

Taeyong. Ingatkah saat dulu, saat kau masih mungil, kakimu masih sebesar ibu jariku. Kau begitu lucu, matamu yang indah dan besar, mewarisi mataku, mereka bilang. Sedang ketampananmu mewarisi ayahmu. Ingatkah? Saat kecil, Ibu pernah mengatakan suatu hal kepadamu. Aku harap kau tidak akan pernah lupa. Saat itu, kau duduk di pangkuanku, dan aku menyenandungkan lagu-

Taeyong meletakkan secarik kertas itu dan memejamkan matanya. Ia meneggelamkan kepalanya di antara kedua kakinya dan ia memeluk tubuhnya sendiri. Ia tidak menangis, tentu saja. Ayah dan Ibunya mendidiknya menjadi anak yang kuat dan tidak lemah, air mata tak pernah terlihat keluar dari kedua mata indahnya.

Sesungguhnya, tak ada yang tahu, ia menangis dalam diam.

"Jaehyun." Adalah orang pertama yang ia ingat saat ia sedang bersedih. Satu-satunya teman yang ia miliki selama masa remajanya. Ia segera melipat kertas itu dan memasukkannya ke laci nakas kamarnya, lalu berdiri dan keluar, berjalan-jalan untuk mencari udara segar.

Jaehyun adalah anak dari Penasihat Utama Raja, yang tak lain adalah ayah Taeyong. Sejak kecil, Taeyong selalu bersama dengan Jaehyun dan kini Jaehyun diberi tugas untuk menjaga dan mengawasi Taeyong. Taeyong tidak menolak, ia senang akan kehadiran Jaehyun disisinya namun itu juga membuatnya takut.

Ia masih ingat, kejadian itu, saat ia sedang jatuh sakit, demam tinggi lebih tepatnya. Ia merasakannya, tentu saja, ketika ia sedang terbaring di ranjangnya. Orang-orang mengira ia sedang tidur, namun tepat setelah kamarnya mulai sepi, ia terbangun, namun kelopak matanya rasanya berat untuk dibuka. Lalu ia hanya berdiam, sembari mencoba untuk kembali terlelap.

Tiba-tiba, ia menyadari bahwa ada seseorang yang masih bersamanya. Suara langkah kakinya mendekat dan hanya dengan mencium aroma tubuhnya, Taeyong tahu betul siapa sosok itu. Jaehyun. Jaehyun duduk di pinggir ranjangnya dan Taeyong masih berpura-pura tidur. Setelah beberapa menit hening, ia merasakan sebuah tangan membelai dahinya dan rambutnya. Lalu tanpa aba-aba, sebuah tekstur lembut menyapu bibirnya.

Taeyong terdiam, tubuhnya mematung, tidak tahu harus bereaksi apa. Ia sedang demam, dan Jaehyun menciumnya, di bibir. Entah karena apa, atas dasar apa, dan untuk apa. Taeyong tidak akan pernah tahu.

Ciuman itu berlangsung singkat, namun manis. Jaehyun segera berdiri setelah itu dan berdeham, segera meninggalkannya. Taeyong tidak yakin apakah ia menyesali ciuman itu, maupun alasan dibalik perbuatannya.

Yang jelas, ia takut akan satu hal. Ia takut hal ini akan menjurus ke akhir yang tidak baik.

Jaehyun adalah seseorang yang baik, sopan, mengesampingkan wajah luar biasa tampannya dan tubuh proporsionalnya, ia tahu akan tanggung jawabnya dan ia adalah seorang pria yang selalu menepati janjinya. Kemampuan dalam bertarungnya tidak diragukan lagi maka dari itu ia dipercayakan untuk menjaga keselamatan sang Pangeran. Ia selalu menghormati Taeyong walaupun kenyataannya mereka sudah berteman dekat sejak kecil dan sejak ia digelari sebagai Panglima Kerajaan, Jaehyun berubah menjadi lebih sopan, dan tidak bicara lancang layaknya teman dekat.

Taeyong merindukannya, merindukan perlakuan biasanya dulu, saat mereka masih teman dekat. Kini ia bahkan meminta izin sebelum menyentuh tangannya ketika ia terluka dan Jaehyun hendak membalurinya dengan obat. Namun Taeyong tidak menyangka, bahwa Jaehyun akan melakukan hal itu dan ia tidak dapat menangkap maksud dari ciuman itu. Ia akhirnya memendam rahasia itu hingga kini.

"Yang Mulia, tidak baik berkeliaraan di luar kamar saat hujan deras turun. Sebaiknya anda menetap di kamar, Pangeran." Taeyong menoleh dan mendapati seorang prajurit sedang membungkuk ke arahnya.

"Aku mencari Jaehyun." Ia berkata.

"Jenderal sedang berada di taman belakang." Sahutnya.

"Apa? Maksudmu, diluar istana? Bukankah sedang hujan?"

"Benar, tetapi ada tugas yang harus ia kerjakan."

"Siapa yang menyuruhnya?"

"Raja, Yang Mulia." Taeyong menggigit bibirnya, ia membenci Ayahnya, sejak dulu, perasaan itu tidak pernah pudar. Taeyong segera berlari dan ia dapat mendengar prajurit di belakangnya berseru, "Hati-hati, Yang Mulia!"

Jaehyun sedang mengganti pakaian atasnya saat Taeyong membuka kandang kuda dan Taeyong terbelalak. Ia berkedip saat melihat pemandangan di depannya. Jaehyun sedang membelakanginya namun ia dapat melihat jelas proporsi badannya dan punggungnya yang putih. Taeyong menggigit bibir dan mengalihkan pandangannya. Jaehyun sudah berpakaian lengkap lagi saat ia menoleh dan mendapati Taeyong sedang menoleh ke samping, menghindari tatapannya.

"Taeyong hyung?" Jaehyun mengernyit ketika mendapati Pangerannya sedang berdiri di ujung pintu.

"Jaehyun. Apa yang kau lakukan disini?" Taeyong bertanya.

"Seharusnya aku yang bertanya demikian, Pangeran."

"Hyung." Taeyong mengoreksi.

"Aku sedang berjalan-jalan di sekitar istana dan kebetulan ingin melihat Claude. Kau sedang apa disini?" Taeyong berbohong, "Tubuhmu basah. Kau terkena hujan?"

"Raja memerintahkanku untuk memeriksa area masuk hutan."

"Dan kau menurutinya?" Taeyong menatapnya tajam, dan Jaehyun mengernyit.

"Apa maksudmu, hyung? Tentu saja aku harus patuh kepada Ayahmu."

"Tetapi ini hujan, Jaehyun. Kau bisa jatuh sakit." Taeyong menatapnya sendu, "Seperti dahulu. Kau ingat saat aku demam tinggi dan tak lama setelah aku sembuh kau juga jatuh sakit? Aku tidak mengerti, sungguh." Taeyong membalikkan tubuhnya dan ia dapat mendengar Jaehyun berdeham. Taeyong tersenyum.

"Aku harus pergi, hyung. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan." Jaehyun membungkuk saat melewatinya dan Taeyong menahan lengannya, ia terkejut saat menyentuh lengannya, "Tubuhmu panas."

Jaehyun terdiam.

"Aku akan memberi tahu Ayah untuk membatasi perintahnya. Maafkan Ayahku."

"Tidak perlu, Yang Mulia, sudah menjadi kewajibanku untuk siap siaga terhadap situasi dan resiko apapun dan menerobos hujan adalah hal yang biasa untukku. Ada hal yang lebih berat lagi yang harus aku hadapi nantinya dan hal ini aku anggap sebagai sebuah latihan." Tutur Jaehyun.

Taeyong menatapnya. Jaehyun selalu seperti itu, ia adalah pria yang tangguh dan bijaksana. "Ikut aku ke ruang kesehatan." Ia menarik tangannya, tak menerima penolakkan dan Jaehyun akhirnya menurut.

"Berbaringlah." Perintahnya saat mereka sampai di sebuah kamar di ruang kesehatan yang sepi, hanya ada mereka berdua. Taeyong menutup pintu kamar dan membuka kemasan obat yang ia dapat dari Dokter kerajaan.

"Ini perintah." Taeyong memberinya segelas air minum dan sebuah pil obat, "Minumlah."

Jaehyun terdiam menatap gelas dan obat itu sebelum akhirnya menurutinya. Taeyong lalu duduk di pinggir ranjang dan menatapnya. Jaehyun menarik nafas panjang saat ia selesai meneguk gelas dan terdiam saat melihat Taeyong yang sedang menatapnya.

Jaehyun berkedip, "Ada apa, Yang Mulia?"

Taeyong menghela nafas dan memijat keningnya, "Hyung, Jaehyun."

"Baiklah, maaf."

"Berhenti meminta maaf, Jaehyun. Tidak bisakah kita bercanda gurau seperti dahulu? Jabatanmu kini tidak bisa mengubah perlakuanmu padaku." Tutur Taeyong pada akhirnya, "Kenapa kau bersikap terlalu kaku dan formal kepadaku, Jaehyun? Dan mengetahui kau masih bercanda gurau dengan para prajurit lain bahkan juru masak, membuatku berpikir, apakah aku melakukan suatu kesalahan padamu?"

Pandangan Jaehyun melembut, "Kau tidak melakukan kesalahan apapun, hyung. Bahkan eksistensimu adalah sebuah anugerah dalam hidupku."

Taeyong berkedip, "Begitukah?"

"Aku mempunyai alasan tersendiri dalam setiap perbuatanku, dan aku harap kau dapat memahami itu, walaupun aku tidak menjelaskannya."

Taeyong menatap matanya, sementara Jaehyun mengalihkan pandangannya.

"Seberapa penting diriku bagimu, Jaehyun?"

Jaehyun terkejut akan pertanyaannya, "Kenapa tiba-tiba bertanya begitu, hyung?"

"Jawab saja." Perintahnya, namun nada bicaranya lembut.

Jaehyun terlihat berpikir sejenak. "Entahlah, aku bersedia untuk mengorbakan nyawaku jika itu bersangkutan dengan dirimu." Jelasnya.

"Kenapa begitu, Jaehyun?"

"Aku bertugas untuk melindungimu dari serangan bahaya juga mengawasimu, memastikan kau tidak melakukan hal yang berbahaya dan senantiasa berbahagia." Jaehyun berkata tanpa menatapnya. "Ibumu adalah orang yang baik, dan aku menghormatinya. Sama seperti layaknya aku menghormati dirimu."

Taeyong merasa belum puas akan penjelasannya, "Jika mengesampingkan jabatan, maksudku, apakah aku ini adalah teman dekat bagimu?"

Jaehyun menatapnya dan Taeyong terlihat serius, ia tidak tahu kenapa tiba-tiba Taeyong penasaran tentang hal ini.

"Hyung, aku tidak mengerti."

Taeyong merasa kecewa dengan jawabannya, ia tahu Jaehyun hanya mengelak untuk menjawab, ia tidak tahu apa yang menghalanginya. Mereka terdiam cukup lama dan Jaehyun memejamkan matanya karena ia merasa pusing. Taeyong menatap wajahnya dan pandangannya menurun, ke bibirnya yang dahulu pernah ia rasakan.

Manis. Taeyong masih ingat rasanya.

Dan ia tidak akan melewatkan kesempatan besar ini, persetan dengan posisinya sebagai seorang Pangeran yang harusnya mengangkat tinggi kehormatannya. Persetan.

Ia mendekat dan Jaehyun kelihatannya tidak menyadarinya, bahwa wajah mereka hanya berjarak dua inci dan saat Taeyong bernafas, Jaehyun menyadarinya dan ia membuka matanya, namun terlambat, Taeyong sudah menciumnya terlebih dahulu dan Jaehyun terbelalak.

Jaehyun memegang bahu Taeyong dan melepas ciumannya, "Y-Yang mulia."

Taeyong menatapnya, tatapannya sedih dan kecewa.

"Apa yang kau lakukan?" Jaehyun meneguk salivanya.

"Aku yakin kau cukup cerdas untuk mengetahui bahwa itu adalah sebuah ciuman. Dan jika kau bertanya kenapa aku menciummu, karena aku ingin membalas apa yang kau lakukan padaku dahulu, saat aku sedang jatuh sakit."

Mata Jaehyun membulat dan ia melihat sekitar, beruntung tidak ada yang menyaksikan kejadian ini selain mereka.

"H-Hyung, bagaimana-"

"Aku baru saja terbangun saat itu, Jaehyun."

"Maafkan atas kelancanganku, hyung. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku tidak seharusnya menyentuhmu sembarangan."

"Tidak." Sahut Taeyong dan Jaehyun mengernyitkan dahinya, "Jangan berjanji, itu membuatku kecewa. Apakah kau menyesal, Jaehyun? Apakah kau menyesal menciumku? Apa yang membuatmu melakukan hal itu?"

"Sungguh aku minta maaf atas kelancanganku. Hanya saja.." Jaehyun terdiam, tidak yakin harus berkata apa.

"Tidak perlu meminta maaf, aku tidak keberatan." Jawabannya selalu membuat Jaehyun terkejut.

"Itu sebuah kecelakaan, Pangeran. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Kecelakaan." Taeyong tertawa pelan, "Apakah
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.