Notes

Alunan musik dari tuts-tuts piano yang ditekan mulai mengudara memekakkan seisi ruang evaluasi dengan Aeseul di dalamnya. Dara kelahiran 1992 silam itu tertunduk dalam; berusaha menutun dirinya ke dalam lagu yang kini tertangkap rungunya. Sebuah penghayatan dalam bernyanyi itu penting, setidaknya begitu yang dia tau dari eommanya. Aeseul percaya saat kau bernyanyi sepenuh hati, maka orang yang mendengar juga akan mendengarkanmu sepenuh hati.

"Sumeul keuge swieobwayo."

Mezzo sopran si gadis Kim mulai mengudara; menyusup ke dalam musik yang masih senantiasa teralun, beralih fungsi menjadi pengiring bagi gadis yang akrab disapa Aeseul itu.

"Dangsinui gaseum yongjjogi jeorige ... jogeumeun apaol ttaekkaji."

Dengan 'chest voice' nya yang agak berat dan khas seperti suara penyanyi jazz kebanyakan, Aeseul malafalkan larik kedua dalam lagu yang dibawakannya. Sejumput napas tak berarti dicuri sang puan setelah kata 'jeorige' yang mendahului kata 'jogeumeun'. Kepalanya belum berani dia angkat. Sebuah konflik batin dalam dirinya mulai mengental tertahan sembari Aeseul mengumpulkan emosi jiwa yang bisa dia tuangkan dalam aura bernyanyinya.

"Sumeul deo baeteobwayo," kembali mezzo soprannya yang mengambil alih rapalan lirik-lirik dalam isi kepalanya. Tendas perlahan membumbung seiring kedua manik hazelnya menatap milik sang penilai di hadapannya. Labiumnya tetap melanjutkan tugasnya; melantunkan lirik selanjutnya, "Dangsinui ane nameun ge eobdago neukkyeojil ttaekkaji."


"Sumi beogcha- ollado gwaenchannayo."

Teknik 'adagio' ditekankan kala lirik 'sumi beogchaollado gwaenchanayo' dirapalkan. Teknik yang serupa pernah ia pakai saat menyanyikan lagu 'flashlight' semasa audisi dahulu.

"Amudo keudael tathajin anha~"

Tempo lamban dan penuh penghayatan menjadi dasar yang Aeseul gunakan untuk membawakan lagu milik Lee Hi itu; tak jauh dengan versi aslinya.

"Gakkeumeun silsuhaedo dwae … nugudeun geuraesseunikka."

Mezzosopran milik si gadis Kim bertahan pada jaungkauan suara G5 dengan tetap mempertahankan 'pitch control' nya agar tidak keluar dari jalurnya. Phrasing Aeseul atur sedemikian rupa guna mencegah habisnya napas di tengah-tengah bernyanyi nanti.

"Gwaenchandaneun mal … malpunin wirojiman."

Suaranya terdengar sedikit lirih pada penghujung bridge; menyiapkan ruang resonansi suaranya menjelang reffrain lagu yang dia bawakan.


Sebuah helaan panjang Aeseul ambil sebelum kemudian labiumnya kembali menembangkan lirik dalam kepalanya.

"Nugungaye hansum~ geu mugoun sumeul~"

Kini sopran khasnya yang mengudara; menggulir mezzo soprannya yang bertahta sejak verse pertama hingga bridge sebelum reff tadi. Kedua alis Aeseul saling bertautan kala netranya terpejam melantunkan larik pertama dari 'inti' lagu yang dara itu bawakan.

"Naega eotteohke~ hearil … suga … isseulkkayo~"

Suaranya kini mencapai jangkauan B5C6—ber-'dissonance'—membaur dengan keheningan yang tercipta dalam ruangan itu, seakan semua terpusat pada Kim Aeseul yang kini tengah bernyanyi—ah … tidak. Dengan semua perminan wajah dan aturan nada yang dia lakonkan saat ini, dia lebih tampak seakan tengah bercerita dalam nyanyiannya.

"Dangsinui hansum~ geu gipil ihaehal~ sun eobgetjiman."

Tatapan sendu bercampur bingung lurus memandang ke arah sang penilai yang ada di hadapannya. Aeseul seakan mengisyaratkan arti dari lirik itu sendiri, 'napas berat itu, bagaimana aku bisa tau?'
Kata 'ihaehal' diberi sedikit vibrasi oleh Aeseul hingga nadanya terdengar sedikit berayun.

"Gwaenchannayo … naega anajulgeyo."

Menuju ke akhir penampilannya, pembawaan Aeseul ber-'decrecendo' hingga kemudian berakhir lirih saat labiumnya mecuatkan lirik, "Jeongmal sugohaess-eoyo." Sebuah koda yang lembut dan juga stabil untuk sebuah penutup penampilan.