Notes

Ballerina Jobplot

Alunan musik terlantun merdu didalam ruangan persegi cukup besar, dengan dinding cermin menempel pada setiap sisinya. Seperti biasa setiap pukul 8 pagi ada seorang gadis sedang menari mengikuti alunan musik. Tak lama pintu ruangan berlantai kayu itu sedikit berderit, tanda ada manusia lain yang sedang memasuki ruangan. Gadis bertubuh sintal datang dengan rambut rapi disanggul dan pakaian senam serba hitam.

"Lana aku datang~" ujar si gadis riang, namun lawan bicaranya tidak menjawab ia hanya terus menari.

“Lihat kelakuan wanita ini, sahabatnya sudah berusaha datang lebih awal tapi tidak dihargai." Omel dara berparas campuran tersebut, dengan sedikit mendengus kesal Lucy mematikan alunan music yang sedari tadi menggema.

Ilana tersentak, fokusnya untuk menari telah hilang lalu ia pun melihat kea rah sumber bunyi yang terhenti. Berdirilah Lucy yang sedang manatap tajam dengan seringai penuh kemenangan menghiasi wajahnya.

"Kapan kau masuk? Seperti hantu saja mengganggu latihanku." ucap Lana kesal.

"Aku sudah memanggilmu berkali-kali nona Nastya Ilana Kim yang pandai. Kau seperti kerasukan roh saat menari, bahkan jika didepanmu ada Liam pun kau tidak akan sadar."

"Jangan sebut nama orang itu didepanku, cepat pemanasan aku mau mengisi botol minumku dulu."

"Iyaaaa, kenapa sih kau bisa lebih cerewet dari ibuku.”

Lana mengabaikan komentar Lucy dan terus berjalan menuju dapur, setelah mengisi botol minummnya ia kembali ke studio. Ilana lebih sering berlatih sendiri lebih awal sebelum teman-teman satu kelasnya datang untuk berlatih, terkadang Lucy ikut menemani seperti saat ini. Di dalam studio Lucy sedang melakukan perenggangan dengan menaikkan sebelah kaki kirinya ke atas bar.

"Sudah siap? Berhubung kau sudah datang kita mulai latihan dari awal." Kata Lana sambil meletakkan botolnya dan menghampiri Lucy yang sudah berdiri terlebih dahulu di sebelah bar.

[ 40 menit kemudian ]

Setelah latihan bar dasar, selanjutnya mereka berlatih untuk pertunjukan Swan Lake. Teknik dasar Lucy lebih kuat serta didukung ekspresi wajah yang tegas ia mendapatkan peran Odile, si angsa hitam. Lalu Lana akan menjadi tokoh utama Odete. Alur latihan mereka cukup padat mengingat waktu pertunjukan tersisa 2 minggu lagi. Waktu latihanterbagi menjadi 3 sesi, 1 jam pertama digunakan untuk latihan teknik dasar dan 1,5 jam kemudian untuk melatih koreografi Swan Lake, sisa waktu yang tersedia digunakan untuk latihan pas de deux Odete dengan pangeran.

Model jobplot

"Coba gerakkan wajahmu ke kiri sedikit, yak bagus. Tunggu, tahan ekspresi wajahmu. Bagus." ujar Caka, fotografer yang sedari tadi menekan tombol capture pada kameranya. "Yak kita istirahat 30 menit."

Seluruh kru meninggalkan spot masing-masing , lalu seperti biasa Caka yang sudah dianggap sebagai salah satu sahabat laki-lakinya itu mulai membuka percakapan, "Bagaimana latihanmu hari ini?"

"Lumayan", tadi Lucy sedikit kesal karena ada satu gerakan yang belum ia kuasai benar.

"Kapan wanita gila itu tidak pernah kesal?" mendengar pertanyaan Caka wanita berwajah oriental itu hanya tertawa kecil.

"Kau lupa bahwa dia adalah cinta pertamamu? Hahaha"

"Tsk, jangan ungkit masa lalu. Oiya kudengar pasanganmu baru saja cedera? Sudah ada pengganti?" tanya Caka mengalihkan pembicaraan mereka tentang Lucy.

"Dia sedang dirawat di dokter langganan lembaga kami, jangan khawatir." jawab dengan sedikit menghela nafasnya. Melihat wajah sedih yang samar itu Caka mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap pelan pucuk kepala Lana. Gadis itu hanya tersenyum menikmati perlakuan Caka terhadapnya. Ia tahu bahwa saat ini bukan kata-kata penghiburan yang dibutuhkan, Lana hanya butuh pikirannya terbagi dengan hal lain, oleh karena itu ia memilih untuk menjadi model paruh waktu saat laki-laki dihadapannya itu menawari pekerjaan ini.

"Kita mulai lagi, kembali ke posisi masing-masing." 30 menit telah berlalu, Lana kembali menjadi model yang menanti setiap gerakannya ditangkap oleh lensa kamera Caka. Tema pemotretan hari ini adalah natal, sedikit terlalu cepat namun koleksi yang sedang Lana gunakan memang dijadwalkan untuk launching pada malam natal. Berbeda dengan balet, saat berada didepan kamera Lana lebih kasar dengan setiap gerakan yang ia lakukan. Namun kedua pekerjaan ini memiliki kesamaan, mereka menuntut Lana untuk bisa mengeluarkan eskpresi wajah dan tubuhnya, memaksa Lana untuk tidak memikirkan tentang Liam barang sesaat.

"Yak cut! Terima kasih semua, kalian sudah bekerja keras hari ini." Ujar Caka sambil membungkukkan badan sekilas dan segera menuju komputernya untuk melihat hasil pekerjaan hari ini.

"Bagaimana? Ada yang kau suka?" tanya Lana.

"Yang ini, ini, ini dan ini menurutku cukup bagus."

"Hm. Lumayan, bisa kau kirimkan ke emailku?"

"Tentu saja. Apa kau akan langsung pulang? Tidak ikut minum bersama anak-anak?"

"Tidak, kau lupa seminggu mendekati pertunjukan, no alcohol even a can of beer." Caka hanya tertawa kecil mendengar keluhan wanita kesayangannya itu, "Kalau begitu hati-hati dijalan, mau ku antar?"

"Tidak, aku sudah besar dan kau baru saja bilang ingin pergi minum kan?"

"Iya iya iya Ilana. Sudah sana pulang."

Lana tidak menjawab, ia hanya memberikan anggukan kecil sambil berjalan menuju pintu untuk pulang.