Notes

Gedung-gedung tinggi masih sibuk dengan rutinitas, puluhan kepala yang bekerja di dalamnya masih berceloteh perihal tujuan untuk mendapat beberapa lembar kertas bernominal untuk kebutuhan hidup. Di sela-sela gedung,  kehidupan kecil tentang jalanan yang tidak pernah dikunjungi langkah kaki dan tong sampah yang terdapat di sisi jalanan hanya pelengkap hiasan yang ada.

Gallardo hitam itu membelah jalanan yang terbilang sepi. Beberapa kali mengabsen rambu lalu lintas yang ia lewati sepanjang jalan. Suara alunan musik jazz dari penyanyi tahun 90-an itu tampak menjadi satu-satunya suara di dalam mobil yang sedang melaju. Cengkraman pada kemudi ia eratkan, bersamaan tungkai kaki menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi.

Nino menghela napas kasar ketika Gallardo itu berhenti di depan sebuah rumah yang terbilang cukup mewah dengan warna coklat muda di bagian depannya. Kuasanya menyambar ponsel yang ada di kursi penumpang, dengan segera jemari menari di atas lapisan kaca; menuliskan sesuatu dan mengirimnya pada seseorang di seberang sana. Lagi, kepalanya terasa berdetam. Nino mengerang panjang, ia membuka dashboard mobilnya. Sebuah tempat obat menyembul di sela dashboard. Irisnya menatap nyalang pada obat yang kini ada di genggamannya.

"Lagi,..."

Satu butir pil ia tenggak begitu saja.

()

Derit pintu berkayu dengan simbol mozaik itu terbuka lebar.