Notes

Orang-orang memang banyak yang berkata, cinta akan tumbuh ketika kau mengenal pribadi yang cantik. Sementara orang-orang lain berkata sebaliknya: cinta hanya tumbuh ketika ada ketertarikan fisik terhadap orang tertentu. Bahkan, mereka yang terlalu logis akan menyatakan bahwa cinta tak lebih dari sekadar hasil reaksi kimia di dalam otakmu.

Bagi Hyunjae, cinta itu pemanis kehidupan. Semacam roti dan selai–orang masih bisa makan roti saja tanpa selai, namun rasanya kurang enak.
Dan hubungannya dengan Soohyun adalah rasa selai terbaik yang pernah ia rasakan untuk rotinya–setidaknya sejauh ini. Mungkin saja akan ada selai-selai enak lainnya yang akan ia rasakan, tapi ia tidak akan melupakan yang satu ini. Begitu manis, tapi tidak terlalu manis. Ada asam-asamnya–tapi saat rasa manis itu datang, jadi lebih manis. Tapi manisnya tidak pernah membuatnya bosan dan jenuh.

Seperti sekarang ini.

"Oppa! Singkirkan tanganmu dari mataku! Kalau aku tersandung, bagaimana?"

"Yah. Itu artinya kamu yang bodoh karena sudah melepaskan pegangan tanganku," ia menjawab sambil menunjukkan cengiran. Tentu saja, sang gadis berusia 20 tahun itu tidak bisa melihatnya, tapi bodoh amat. Ia yakin cengiran itu tidak akan hilang dalam beberapa jam ke depan.

Dengan lembut dan masih menggamit tangan halus sang gadis dalam genggamannya, Hyunjae kini menapaki tanah yang tertutup rerumputan basah oleh kabut. Matahari belum sepenuhnya mencapai puncak langit, sehingga suasana masih cukup dingin. Di taman kecil itu, ia telah menyiapkan kain tebal sebagai alas mereka duduk dan beberapa hal lainnya. Ke sanalah Hyunjae menuntun sang gadis.

"Tetap berpegangan padaku dan duduk perlahan."

Gadis manis itu mengikutinya, walau kerut samar terlihat di dahi. "Oppa?"

"Aku menjagamu kok." Tangan Hyunjae berpindah, kini salah satunya memegang pinggang Soohyun agar gadis itu tidak kehilangan keseimbangan. Begitu Soohyun telah duduk dengan nyaman, Hyunjae berpindah tempat untuk duduk di sampingnya, lalu membuka penutup mata yang terpasang di kepala sang gadis.

"Voila!" Cengiran Hyunjae pun bertambah lebar, terutama setelah melihat reaksi Soohyun yang begitu terpukau.

"... oppa? Oh, ya ampun, ini–"

'Hadiah' Hyunjae untuk ulang tahun sang kekasih kali ini adalah piknik mini di sebuah taman di dekat tebing, yang menunjukkan pemandangan desa yang hijau serta laut di kejauhan. Berbagai macam bunga–lili, mawar, petunia, dan masih banyak lagi!–mulai mengembang dari kuncupnya, dan beberapa kupu-kupu beterbangan di antaranya. Tempat itu terletak di dataran yang cukup tinggi, sehingga udara terasa masih sejuk walau matahari terik di langit.

"Cantik, kan~?" Hyunjae hanya terkekeh lalu mengecup pipi sang gadis yang masih membeku. Tindakan itu seolah setengah menyadarkannya, dan ia mengangguk-angguk pelan. Perlahan senyum merayap dan mengembang di bibir mungil Soohyun.

"Sangat cantik!" Kekasihnya itu memeluk Hyunjae sambil terkikik senang. Reaksi yang membuat kehangatan menyeruak di dada Hyunjae.

Pemandangan alam di depannya mungkin cantik, namun ia tak bisa mengalihkan tatapannya dari pemandangan lain di sebelahnya: senyum lebar di wajah cantik Soohyun. Di saat-saat seperti inilah, Hyunjae sangat bersyukur pernah hidup dan dapat mengenal Soohyun dalam kehidupan singkatnya ini.